Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
GEN Z, yang saat ini berada di rentang usia 13-27 tahun, merupakan kelompok usia yang rentan terkena serangan gatal. Ini lantaran gen Z memiliki mobilitas tinggi di tengah paparan cuaca dan polusi ekstrem.
Sayangnya, hal ini kerap diabaikan karena dianggap sebagai hal wajar. Padahal, serangan gatal bisa jadi sebagai pertanda penyakit lainnya, salah satunya penyakit kulit yang lebih parah.
Karena itu, penting bagi masyarakat khususnya gen Z untuk lebih aware pada kondisi kulitnya dan segera memeriksakan diri ke dokter spesialis kulit dan kelamin jika hal tersebut terjadi.
Baca juga: Ini Tips dari Pakar untuk Atasi Biang Keringat
Manager Operation Klinik Pramudia Anthony Paul Christian mengatakan pada kondisi cuaca ekstrem serta polusi yang berlebih saat ini, tidak jarang kondisi kulit pun bisa berubah apalagi pada gen Z yang aktif melakukan kegiatan outdoor.
Secara medis, keluhan kulit gatal ini selain menurunkan kualitas hidup, bisa juga berkembang menjadi tanda timbulnya penyakit kulit lain seperti eksim dan dermatitis atopik pada gen Z.
"Klinik Pramudia sebagai klinik spesialis kulit dan kelamin, berkomitmen memberikan pelayanan kesehatan terbaik bagi semua pasien, termasuk gen Z."
“Salah satu upaya yang kami berikan dalam mengatasi permasalahan ini adalah pengobatan komprehensif dan inovatif. Kami juga memberikan edukasi pencegahan penyakit oleh tim dokter spesialis kami kepada para pasien,” jelas Anthony, di Jakarta, hari ini.
Baca juga: Hati-hati, Beberapa Penyakit Ini Mengintai Anda di Tempat Renang Umum
Spesialis Dermatologi dan Venereologi Klinik Pramudia dr Amelia Soebyanto SpDV menjelaskan hal yang perlu diperhatikan apalagi bagi gen Z yang sering melakukan kegiatan outdoor ialah pencegahan.
Menurut dia, kerusakan kulit seperti gatal itu dapat dicegah dengan melakukan perawatan rutin pada kulit seperti rutin membersihkan kulit minimal dua kali sehari dengan sabun lembut, menggunakan mosturizer dan tabir surya, dan jika perlu mengonsumsi suplemen sesuai jenis dan tipe kulit.
"Minum air putih membantu memberikan kelembapan pada kulit yang kering. Selain itu, mengurangi paparan dari polusi seperti mengurangi aktivitas di luar rumah dan menggunakan masker juga tak kalah penting,” ucapnya.
Baca juga: Ini Dampak Polusi Udara Pada Kesehatan Kulit dan Cara Mencegahnya
Spesialis Dermatologi Venereologi Klinik Pramudia dr Eko Prakoso Wibowo SpDV menambahkan ada tiga faktor gen Z terkena serangan gatal.
Pertama, karena di usia produktif gen Z cenderung lebih aktif melakukan kegiatan outdoor, sehingga terpapar matahari dan polusi. Kedua, gaya hidup kurang sehat seperti mengonsumsi makanan cepat saji dan minuman manis.
Ketiga, terkait stres. Biasanya stres menjalani kehidupan sehari-hari, baik sekolah maupun pekerjaan, bisa mempengaruhi waktu istirahat atau waktu tidur sehingga memicu masalah kulit yang diawali dengan rasa gatal.
Ia mengatakan obat gatal yang biasa diberikan dokter ialah golongan antihistamin. Terapi topikal dengan kandungan bahan kortikosteroid, urea, dan menthol, juga dapat mengurangi gejala gatal tersebut.
Namun, kata dia, gen Z senang mencari tahu penyakitnya melalui browsing tanpa konsultasi pada dokter yang tepat. Ini memicu self-medication yang belum tentu aman sehingga penyakit tidak sembuh dan memicu stres.
"Untuk itu, penting bagi gen Z untuk lebih aware pada kondisi kulit gatal dan segera memeriksakan ke dokter SpKK yang tepat,” tutup Eko. (RO/S-2)
Sama seperti organ tubuh lainnya, kulit bisa terkena berbagai jenis penyakit. Mulai dari yang umum hingga langka, yang disebabkan oleh banyak hal.
Ahli medis menegaskan kolam renang bukan pengganti yang efektif untuk mandi, dan bahkan bisa meningkatkan risiko penyakit kulit.
Mukosa atau kulit halus itu mudah sekali mengalami lepuh atau lecet dengan trauma mekanik yang sedikit saja, misalnya gesekan yang panas.
Faktor penyebab antara lain sistem imun yang rendah.
Obat kortikosteroid berperan penting dalam pengobatan eksim. Namun ada sebagian pasien/keluarga menolaknya karena fobia steroid.
Histamin ini akan melebarkan pembuluh darah sehingga cairan darahnya bisa rembes ke jaringan kulit.
Secara genetik, puncak sel tubuh manusia berfungsi pada usia 28 tahun. Setelah itu, fungsi sel-sel tubuh mulai menurun.
Teknik DHI sebagai tehnik transplantasi rambut dengan teknologi terbaru masuk ke Indonesia dengan dibawa oleh dr. Cintawati Farmanina M.Bio(AAM) melalui Farmanina Clinic.
Konsep organic futurism merupakan jawaban dari perawatan yang dibutuhkan wanita pada era ini.
Jelita harus memilih klinik yang mengutamakan profesionalisme dan transparansi dalam layanan mereka.
Perawatan ini direkomendasikan untuk dilakukan 6-9 bulan setelah melahirkan.
Inisiatif ini hadir sebagai respons atas terus meningkatnya jumlah pasien yang datang melakukan perbaikan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved