Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
DIREKTUR Utama Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan, Ali Ghufron Mukti, memaparkan beban biaya yang harus ditanggung oleh BPJS dalam hal hospitalisasi dan pengobatan dengue cukup tinggi.
"Di tahun 2023, pembiayaan yang dikeluarkan oleh BPJS Kesehatan untuk penanganan dengue mencapai Rp1,3 triliun. Angka tersebut naik dari tahun sebelumnya Rp626 miliar," kata Ghufron dalam diskusi publik di Manhattan Hotel, Jakarta Selatan, Rabu (17/1).
Sehingga diperlukan diskusi dan jalan keluar agar dapat bersama-sama mencari solusi efisiensi beban penyakit dengue, dan melihat bagaimana BPJS dapat berperan lebih jauh dalam memberikan perlindungan kesehatan kepada masyarakat Indonesia.
"BPJS Kesehatan juga tentu akan ikut serta mewujudkan aksi bersama menuju 'nol kematian akibat dengue' di tahun 2030," ujarnya.
Baca juga: Kemenkes Berencana Bangun Pabrik Telur Nyamuk Wolbachia. Dimana Lokasinya?
Sementara itu, Ketua Satuan Tugas Imunisasi IDAI Hartono Gunardi, menambahkan bahwa jumlah kasus demam berdarah dengue (DBD) di 2022 dapat ditemukan pada seluruh kelompok usia, dimana 35% ditemukan pada rentang usia 5-14 tahun. Angka kematian akibat DBD tertinggi dilaporkan terjadi pada kelompok anak-anak usia 5-14 tahun atau 45% dari seluruh kelompok usia.
"Anak-anak rentan terinfeksi dengue karena mereka berada dekat dengan populasi nyamuk aedes aegypti. Selain itu, waktu aktif nyamuk bersamaan dengan jadwal aktivitas anak-anak pada umumnya, yaitu pada siang hari dengan puncaknya pukul 08.00-13.00 serta 15.00-17.00," jelasnya.
Oleh karena itu, IDAI telah mengeluarkan rekomendasi vaksinasi dengue bagi anak-anak, yang berisi 4 antigen dari 4 serotip virus dengue. Efikasinya pun telah diteliti di 8 negara endemik dengue dengan lebih dari 28 ribu sampel berusia 1,5-60 tahun.
Baca juga: Vaksin Dengue untuk DBD Direncanakan Masuk Program Imunisasi Nasional
"Selain itu, tentunya kami juga mendukung penguatan semua upaya pencegahan DBD seperti penerapan program 3M Plus oleh Pemerintah, dan intervensi inovasi lainnya," ujar dia.
Ketua dan Pendiri FNM Society, Nila Djuwita F A Moeloek mengatakan perlunya melakukan gerakan guna mengaktivasi peran dari masyarakat dalam memperkuat langkah-langkah pencegahan dengue di tingkat terkecil, yaitu keluarga. Sebelum kita dapat menggerakkan yang lebih besar di tingkat nasional. Apalagi, semua orang berisiko terkena dengue.
"Beban yang ditimbulkan oleh penyakit DBD berdampak signifikan, baik secara sosial maupun ekonomi. Pasien yang terlambat ditangani dapat berakibat fatal, bahkan menyebabkan kematian, dan hal ini berisiko lebih tinggi pada anak-anak. Kalau sudah begitu, bukan hanya keluarga yang dirugikan mulai dari biaya yang dikeluarkan, rasa cemas dan khawatir. Tetapi apabila terjadi secara luas bisa menimbulkan kerugian pada negara," pungkasnya.
(Z-9)
Perubahan kelembapan udara selama masa pancaroba dapat meningkatkan kerentanan tubuh terhadap penyakit.
DBD termasuk penyakit yang mengancam jiwa. Seseorang bisa mengalami DBD lebih dari sekali akibat infeksi virus dengue dan infeksi berikutnya berisiko lebih parah.
Jangan meninggalkan sampah di dalam dan luar rumah karena bisa menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk dan telur
Kota Bandung masih menjadi penyumbang kasus terbesar dengan jumlah 1.021 kejadian.
STOK darah yang ada di Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Bandung Jawa Barat (Jabar) menipis. Jika biasanya persediaan mencapai 500 labu/ hari, sekarang hanya tersedia setengahnya.
Dengan banyaknya kasus DBD, warga diminta waspada dan meningkatkan kembali kebersihan lingkungan sekitar rumah.
Qdenga merupakan vaksin dengan indikasi untuk pencegahan penyakit dengue yang disebabkan oleh virus dengue pada usia 6 sampai 45 tahun.
KEMENTERIAN Kesehatan (Kemenkes) mewaspadai dampak dari el nino yang bisa sebabkan peningkatan kasus dengue di Indonesia.
DIREKTUR Pasca Sarjana Universitas YARSI Prof Tjandra Yoga Aditama mengatakan kasus dengue terus meningkat setiap tahunnya. Bukan hanya di Indonesia melainkan di dunia.
Kemenkes menegaskan inovasi teknologi wolbachia untuk menurunkan kasus dengue (DBD) tidak menimbulkan penyakit lain, tidak seperti yang dituduhkan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved