Headline

Gencatan senjata diharapkan mengakhiri perang yang sudah berlangsung 12 hari.

Fokus

Kehadiran PLTMG Luwuk mampu menghemat ratusan miliar rupiah dari pengurangan pembelian BBM.

Hal-Hal Ini Memperparah Penyebaran DBD di Indonesia, Bagaimana Mencegahnya?

Indriyani Astuti
25/6/2025 13:19
Hal-Hal Ini Memperparah Penyebaran DBD di Indonesia, Bagaimana Mencegahnya?
ilustrasi(freepik)

DEMAM berdarah dengue (DBD) menjadi ancaman sepanjang tahun. Sebagai negara endemis, dengue bukan penyakit musiman. Dengue masih menjadi tantangan besar dalam sistem kesehatan Indonesia. Sejumlah faktor turut memperparah penyebaran penyakit DBD yakni tingginya mobilitas penduduk, perubahan iklim, dan urbanisasi. Oleh karena itu, pendekatan holistik diperlukan untuk mencegah penyakit tersebut. 
Hal itu disampaikan Direktur Penyakit Menular, Kementerian Kesehatan Ina Agustina Isturini. 

Menurutnya penanggulangan dengue harus lebih sistematis dan berbasis data. Saat ini, ujar dia, pemerintah daerah mulai melakukan upaya mencegah serta menekan angka dengue di daerah mereka. Salah satunya, sambung dia, melalui vaksinasi yang menyasar anak-anak sebagai kelompok paling terdampak DBD.

"Untuk mencapai tujuan besar yaitu nol kematian akibat dengue pada 2030 diperlukan langkah yang lebih taktis, aplikatif, dan adaptif," ujarnya melalui keterangan, Rabu (25/6).

Sepanjang tahun 2024, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mencatat sebanyak 257.271 kasus dengue dengan 1.461 kematian di seluruh Indonesia. Selain itu data pada Juanuari 2025 sampai dengan 12 Juni 2025, terdapat 67.030 kasus dengue dengan 297 kematian. Pemerintah daerah, sambung dia, dapat mengurangi beban penyakit ini. 

Beban Penyakit Dengue

Hal itu diakui pemerintah Kabupaten Kutai Kertanegara. Edi Damansyah, Bupati Kabupaten Kutai Kartanegarainisiatif mengatakan di Provinsi Kalimantan Timur, dengue terjadi di seluruh kabupaten/kota. Ia mencontohkan tahun 2024, Dinas Provinsi Kalimantan Timur mencatat sebanyak 10.571 kasus dengue dengan jumlah kematian 22 kasus. Adapun Kutai Kartanegara, kata dia, menempati posisi jumlah kasus tertinggi yaitu sebanyak 2.802 kasus.

"Sebagai bagian dari upaya preventif di tengah tingginya beban dengue di daerah kami. Kami meyakini bahwa penanggulangan dengue tidak bisa hanya bergantung pada satu pendekatan. Diperlukan strategi yang lebih kuat, mulai dari edukasi, pemberdayaan masyarakat, pengendalian vektor, hingga perlindungan melalui vaksinasi," ujar Edi.

Sementara itu Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur Jaya Mualimin menjelaskan vaksinasi dengue di Kabupaten Kutai Kartanegara merupakan langkah lanjutan. Sebelumnya dilakukan vaksinasi pada dua kota besar di provinsi tersebut. 

“Keberhasilan pelaksanaan vaksinasi dengue di Balikpapan dan Samarinda, dengan cakupan vaksinasi yang mencapai hampir 100 persen pada kelompok sasaran. Hasil sementara menunjukkan bahwa anak-anak yang telah menerima vaksinasi tidak mengalami infeksi dengue," ucap dia.

Dalam pencegahan dengue, menurutnya perlu juga adanya program pengendalian vektor, seperti Gerakan 3M Plus, Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik, dan edukasi lintas sektor. Hal itu, tegasnya, tetap dijalankan secara konsisten. Sedangkan vaksinasi guna melengkapi program tersebut.

"Target penurunan insiden menjadi kurang dari 10 per 100.000 penduduk, dan mencapai nol kematian akibat dengue pada tahun 2030,” jelasnya. (H-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Indriyani Astuti
Berita Lainnya