Headline
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
DOKTER spesialis ortopedi dan traumatologi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Rahyussalim, mengatakan tingkat keberhasilan terapi stem cell atau sel punca pada pasien yang mengalami nyeri tulang belakang mendekati 100%.
Rahyussalim menilai, bagi para dokter, pengurangan keluhan subjektif akibat nyeri dari pasien adalah bentuk keberhasilan dari tindakan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan.
Pada 24 jam pertama setelah terapi sel punca, Rahyussalim mengatakan 100% pasien merasakan nyeri yang mereka alami berkurang secara signifikan.
Baca juga: Walau Alami Nyeri Tulang Belakang, Warga Diingatkan Tetap Aktif
"Bahkan, pada beberapa kasus, pasien yang tadinya tidak bisa jinjit, menjadi bisa jinjit," ucap Rahyussalim, dikutip Sabtu (2/12).
Rahyussalim mengatakan terdapat kemungkinan pasien merasakan nyeri dalam kurun waktu dua minggu pertama setelah terapi sel punca. Dia memperkirakan rasa nyeri tersebut datang karena masih ada regenerasi yang masih berproses.
"Umumnya, sesudah dua minggu, perbaikannya sangat membaik," kata Rahyussalim.
Baca juga: Melawan Nyeri Sendi dan Pegal Linu Bisa dengan Mengonsumsi Minuman Ini
Pasien dengan kerusakan yang luas, memerlukan reimplantasi pada periode berikutnya. Rahyussalim mengatakan hal tersebut bukanlah tanda kegagalan dari terapi sel punca, melainkan kebutuhan pasien tersebut akibat kerusakan yang lebih buruk daripada pasien lainnya.
"Kalau ada reimplan, itu memang kebutuhan dan pengulangan yang sebetulnya sudah bisa kita perhitungkan sebelumnya," ungkap Rahyussalim.
Melalui terapi sel punca, Rahyussalim berniat memopulerkan surgery without incision atau operasi tanpa sayatan. Prosedur terapi sel punca hanya menggunakan jarum 1,2 milimeter dan diimplantasikan ke lesi yang telah dipetakan sebelumnya.
"Jadi, tidak ada luka. Pasien tidak memerlukan darah, tidak memerlukan perawatan, tidak memerlukan ICU, tidak memerlukan kabel-kabel yang banyak," kata Rahyussalim.
Melihat keberhasilan terapi sel punca untuk mengatasi nyeri tulang belakang, dia berharap terapi tersebut bisa ditanggung Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.
"Mudah-mudahan pengambil kebijakan di BPJS mendengar ini. Kami harapannya begitu," ujar Rahyussalim.
Saat ini, BPJS Kesehatan belum mengganti biaya perawatan pasien yang menggunakan terapi sel punca. (Ant/Z-1)
KESADARAN menjaga fisik dan kesehatan dinilai menjadi hal penting bagi atlet esports untuk mencegah cedera dan menjaga karier tetap panjang.
Chikungunya jarang berakibat fatal dan virus yang dibawa oleh nyamuk ini tidak menyebar melalui udara.
Sebuah kota industri di selatan Tiongkok melaporkan lebih dari 3.100 kasus chikungunya sepanjang bulan ini, menjadikannya wabah terbesar penyakit yang ditularkan nyamuk di Tiongkok
Penyakit Guillain-Barré Syndrome (GBS) kini sedang mengancam anak-anak Gaza. GBS sendiri adalah penyakit autoimun, artinya sistem kekebalan tubuh menyerang saraf perifer.
RSV merupakan virus yang mudah menular dan menyerang saluran pernapasan dan paling berbahaya menyerang dua ujung spektrum yaitu bayi dan lansia.
Flu Singapura atau Hand, Foot, and Mouth Disease (HFMD) tak hanya menyerang anak-anak. Namun, orang dewasa juga bisa terinfeksi dan mengalami komplikasi berat.
Banyak yang keliru membedakan antara kecemasan (anxiety) dan depresi. Ini perbedaannya.
MASYARAKAT diimbau tidak menunda konsultasi dan terapi jika menyadari ada gangguan bipolar (GB) dan skizofrenia, baik pada diri sendiri, keluarga maupun lingkungan sekitar.
Ketegangan otot, nyeri kronis, insomnia, hingga kelelahan dapat menjadi manifestasi dari beban emosional yang belum terselesaikan.
Masyarakat diajak untuk tidak ragu dan malu melakukan pemeriksaan kesehatan ke puskesmas jika memiliki gejala kasus TB sebab penyakit tersebut bisa disembuhkan.
Terapi ini terbukti efektif menangani sejumlah penyakit berat, seperti leukemia, krisis myasthenia gravis, Guillain-Barré syndrome, dan berbagai gangguan neurologis autoimun lain.
Gerakan cepat dalam latihan, seperti agility dengan shuttlecock, memicu rasa pusing hebat yang membuat Gregoria Mariska Tunjung khawatir akan kambuh mendadak.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved