Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
BICARA Udara, komunitas yang berada di bawah naungan Yayasan Udara Anak Bangsa, menyelenggarakan sesi panel diskusi, yang diberi tema “Forum Menuju Indonesia Emas 2045: Dampak Kualitas Udara terhadap Masalah Stunting Manusia Indonesia,” di Ruang Auditorium Wisma Barito Pacific II, Tomang, Jakarta, Jumat (24/11/2023).
Dalam forum tersebut, hadir sebagai pembicara Direktur Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dr. Anas Ma’ruf MKM., dokter anak sekaligus pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), dr. Frida Soesanti, Sp.A (K), serta Ketua Komite Penanggulangan Penyakit Respirasi dan Dampak Polusi Udara (KP2RDPU) Kemenkes RI dr. Agus Dwi Susanto.
Sesi panel diskusi tersebut juga ditanggapi oleh anggota kampanye nasional dari setiap calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) Indonesia periode 2024 - 2029.
Baca juga: Dampak Polusi Udara pada Kesehatan
Co-Founder Bicara Udara Novita Natalia mengatakan, diskusi tersebut menyoroti bagaimana polusi udara memiliki dampak negatif pada manusia khususnya tumbuh kembang janin di dalam kandungan, yang berpotensi menyebabkan stunting terhadap anak dan bagaimana kebijakan yang harus diambil untuk mengatasi masalah ini
“Hasil dari paparan tersebut kemudian ditanggapi oleh para pemangku kebijakan sehingga tercipta dialog yang sehat dalam forum antara peneliti dan pemangku kebijakan," jelas Novita.
"Hal ini menjadi penting karena sinergitas antara kedua aktor tersebut merupakan kunci untuk membuat sebuah kebijakan penanganan polusi udara yang efektif,” ujar Novita.
Polusi Udara Harus Segera Ditangani
Salah satu pembicara dari FKUI dr Frida Soesanti mengatakan, masalah polusi udara harus segera ditangani. Sebab, berdasarkan penelitiannya, kondisi PM2.5 tahun 2023 melonjak naik sebanyak 12,5 kali jika dibandingkan beberapa tahun ke belakang sebanyak 8 kali.
Baca juga: 'Seperti Menghirup Racun', Nasib Anak-anak di India yang Terdampak Kabut Asap
“Paparan PM2.5 meningkatkan risiko peningkatan tekanan darah pada bayi. Semakin tinggi paparan polusi, semakin rendah berat badan lahir dan semakin pendek panjang badan lahir bayi, maka bayi berisiko untuk terkena stunting. Bukannya kita jadi generasi emas, malah generasi cemas, we have to do something,” ucapnya.
Pada kesempatan yang sama, Ketua KP2RDPU Agus Dwi Susanto menjelaskan, ibu hamil dan anak merupakan salah satu kelompok yang sensitif terhadap polusi udara.
Perubahan fisik pada ibu hamil sudah menjadi stressor bagi tubuh inflamasi dan stres akibat polusi udara dapat memperparah komplikasi kehamilan seperti preeklampsia dan inflamasi intrauterin.
Baca juga: Penting Memilih Pemimpin yang Peduli dengan Isu Polusi Udara
“Sedangkan saluran pernapasan pada anak-anak lebih kecil dan masih berkembang. Frekuensi napas yang lebih cepat menghirup lebih banyak udara relatif terhadap tubuhnya dibanding dewasa. Sistem kekebalan tubuh masih belum matang lebih rentan terhadap infeksi saluran pernapasan,” imbuhnya.
“Sedangkan saluran pernapasan pada anak-anak lebih kecil dan masih berkembang. Frekuensi napas yang lebih cepat menghirup lebih banyak udara relatif terhadap tubuhnya dibanding dewasa. Sistem kekebalan tubuh masih belum matang lebih rentan terhadap infeksi saluran pernapasan,” imbuhnya.(RO/S-4)
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa paparan jangka panjang terhadap polusi udara partikel halus (PM2.5) dapat menyebabkan fibrosis miokard.
Kondisi paling memprihatinkan ditemukan pada PT SBJ yang memiliki 12 tungku peleburan untuk kapasitas 8.816 ton per tahun, namun sama sekali tidak memiliki cerobong.
Peneliti dari University of Technology Sydney mengungkap debu bulan tidak seberbahaya polusi udara di jalanan.
Mengutip data WHO, 99% populasi dunia kini menghirup udara yang sudah melewati batas aman, dengan kualitas udara dalam ruangan bisa lima kali lebih buruk dari udara luar.
Pabrik Ajinomoto di Mojokerto dan Karawang juga memperkuat penggunaan energi terbarukan melalui kerja sama dengan PT PLN (Persero) dengan memanfaatkan Renewable Energy Certificate (REC).
Seluruh masyarakat diingatkan untuk menerapkan gaya hidup bersih dan rendah emisi dengan mengutamakan penggunaan transportasi publik serta moda transportasi rendah emisi.
ANGGOTA Komisi IX DPR RI Edy Wuryanto menilai program Makan Bergizi Gratis (MBG) dinilai belum menunjukkan efektivitas dalam menurunkan angka stunting.
MENTERI Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Kepala BKKBN Wihaji memaparkan ada 4 tantangan untuk menurunkan stunting saat ini.
Pemerintah Kota (Pemkot) Depok terus mengampanyekan zero new stunting.
Menurut Dikdik, inisiatif semacam ini merupakan bagian penting dari strategi pencegahan stunting yang harus dimulai sejak masa kehamilan hingga usia dua tahun pertama anak.
Menteri sebelumnya dijadwalkan menyaksikan proses distribusi Makan Bergizi Geratis (MBG) di Posyandu Lamahora Barat II, Kecamatan Nubatukan, Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur.
Penyerahan bantuan dilakukan bersama Wakil Gubernur NTT Johni Asadoma dan Bupati Rote Ndao Paulus Henuk.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved