Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Pemerintah Perlu Ambil Langkah Tanggap Darurat untuk Tangani Kekeringan

Atalya Puspa
09/9/2023 17:00
Pemerintah Perlu Ambil Langkah Tanggap Darurat untuk Tangani Kekeringan
Ilustrasi: warga Desa Beutaran menampung air saat kekeringan.(MI/Fransiskus Gerardus Molo )

PEMERINTAH dinilai perlu melakukan langkah tanggap darurat untuk memenuhi kebutuhan air di tengah ancaman kekeringan berbagai wilayah Indonesia. Hal itu diungkapkan oleh Pakar Hidrologi Sumber Daya Air IPB University Hidayat Pawitan.

Ia membeberkan, langkah tanggap darurat yang dapat dilakukan pemda saat ini ialah dengan mengirim tangki-tangki air bersih ke lingkungan padat penduduk untuk membagikan air bersih ke masyarakat.

“Tapi tentunya penyediaan tangki air bersih ke masyarakat ini sangat terbatas kapasitasnya, yaitu 3 sampai 5 meter kubik/ tangki. Berarti kira-kira hanya bisa melayani 300 sampai 500 jiwa per tangki. Distribusi air bersih dengan tangki ini barangkali yang paling inefisiensi karena besarnya jumlah air yang terbuang,” kata Hidayat saat dihubungi, Sabtu (9/9).

Baca juga: Sawah Mengering, Warga Gununghalu Bandung Barat Gelar Salat Minta Hujan

Padahal, dulu, ketika 1950 sampai 1960-an, dia membeberkan bahwa sebagai bagian dari infrastruktur utiliti kota selalu ada hidran yang bisa dibuka dalam kondisi darurat, termasuk untuk pemadaman kebakaran. Sayangnya, saat ini fasilitas itu tidak lagi tersedia di berbagai kota, dan hanya ada di gedung-gedung besar.

Menurut dia, semestinya pemerintah daerah sudah memiliki perhitungan rancangan penyediaan pasokan air domestik yang harus tersedia sepanjang waktu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Baca juga: 37,5% Wilayah Masuk Musim Kemarau Lebih Awal

Pasalnya, kondisi hidrologis Indonesia dengan curah hujan yang relatif berlimpah, yakni 2.700 mm per tahun semestinya tidak menyebabkan masyarakat kesulitan mendapatkan air untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Hidayat membeberkan, kebutuhan air domestik sekitar 60 sampai 200 liter/kapita/ha sebenarnya tidak banyak dibanding dengan kebutuhan air tanaman yang mencapai 1 sampai 2 liter/detik/hektare.

“Masalahnya di kawasan padat penduduk. Maka kebutuhan air domestik ini jadi besar dan perhatian pemerintah setempat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakatnya. Hal demikian semestinya sudah masuk dalam perhitungan rancangan penyediaan pasokan air domestik yang harus tersedia sepanjang waktu. Berbeda dengan kebutuhan air irigasi yang cukup diberikan saat ada tanaman dalam masa tanam,” beber dia.

Hidayat menjabarkan, ada tiga tipe kekeringan yang disebabkan dari El Nino. Yakni kekeringan meteorologi yang dicirikan dengan berkurangnya curah hujan yang mengakibatkan tanaman kekurangan air, kekeringan hidrologi yang dicirikan dengan berkurangnya debit sungai dan kekeringan sosial ekonomi yang memberi dampak pada kehidupan sosial ekonomi masyarakat, khususnya yang menyangkut pasokan air baku masyarakat.

Selain pemerintah, Hidayat menilai masyarakat juga perlu menyikapi ancaman kekeringan ini dengan baik.

“Masyarakat harus dapat hidup dengan kondisi kekeringan yang membuat ketersediaan air terbatas dengan lebih sadar dan hirup hemat air,” pungkas dia. (Ata/Z-7)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya