Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
PEMERINTAH dinilai perlu melakukan langkah tanggap darurat untuk memenuhi kebutuhan air di tengah ancaman kekeringan berbagai wilayah Indonesia. Hal itu diungkapkan oleh Pakar Hidrologi Sumber Daya Air IPB University Hidayat Pawitan.
Ia membeberkan, langkah tanggap darurat yang dapat dilakukan pemda saat ini ialah dengan mengirim tangki-tangki air bersih ke lingkungan padat penduduk untuk membagikan air bersih ke masyarakat.
“Tapi tentunya penyediaan tangki air bersih ke masyarakat ini sangat terbatas kapasitasnya, yaitu 3 sampai 5 meter kubik/ tangki. Berarti kira-kira hanya bisa melayani 300 sampai 500 jiwa per tangki. Distribusi air bersih dengan tangki ini barangkali yang paling inefisiensi karena besarnya jumlah air yang terbuang,” kata Hidayat saat dihubungi, Sabtu (9/9).
Baca juga: Sawah Mengering, Warga Gununghalu Bandung Barat Gelar Salat Minta Hujan
Padahal, dulu, ketika 1950 sampai 1960-an, dia membeberkan bahwa sebagai bagian dari infrastruktur utiliti kota selalu ada hidran yang bisa dibuka dalam kondisi darurat, termasuk untuk pemadaman kebakaran. Sayangnya, saat ini fasilitas itu tidak lagi tersedia di berbagai kota, dan hanya ada di gedung-gedung besar.
Menurut dia, semestinya pemerintah daerah sudah memiliki perhitungan rancangan penyediaan pasokan air domestik yang harus tersedia sepanjang waktu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Baca juga: 37,5% Wilayah Masuk Musim Kemarau Lebih Awal
Pasalnya, kondisi hidrologis Indonesia dengan curah hujan yang relatif berlimpah, yakni 2.700 mm per tahun semestinya tidak menyebabkan masyarakat kesulitan mendapatkan air untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Hidayat membeberkan, kebutuhan air domestik sekitar 60 sampai 200 liter/kapita/ha sebenarnya tidak banyak dibanding dengan kebutuhan air tanaman yang mencapai 1 sampai 2 liter/detik/hektare.
“Masalahnya di kawasan padat penduduk. Maka kebutuhan air domestik ini jadi besar dan perhatian pemerintah setempat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakatnya. Hal demikian semestinya sudah masuk dalam perhitungan rancangan penyediaan pasokan air domestik yang harus tersedia sepanjang waktu. Berbeda dengan kebutuhan air irigasi yang cukup diberikan saat ada tanaman dalam masa tanam,” beber dia.
Hidayat menjabarkan, ada tiga tipe kekeringan yang disebabkan dari El Nino. Yakni kekeringan meteorologi yang dicirikan dengan berkurangnya curah hujan yang mengakibatkan tanaman kekurangan air, kekeringan hidrologi yang dicirikan dengan berkurangnya debit sungai dan kekeringan sosial ekonomi yang memberi dampak pada kehidupan sosial ekonomi masyarakat, khususnya yang menyangkut pasokan air baku masyarakat.
Selain pemerintah, Hidayat menilai masyarakat juga perlu menyikapi ancaman kekeringan ini dengan baik.
“Masyarakat harus dapat hidup dengan kondisi kekeringan yang membuat ketersediaan air terbatas dengan lebih sadar dan hirup hemat air,” pungkas dia. (Ata/Z-7)
BENCANA tanah longsor di Kampung Cipondok, Desa Pasanggrahan, Kasomalang, Subang, membuat pipa Perumda Air Minum Tirta Rangga (PDAM) Subang terputu
Warga sangat antusias dengan bantuan tersebut, karena sangat membutuhkan pasokan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari.
Pemkab Cianjur melalui Perumdam Tirta Mukti menyiapkan sebanyak 5.000 pemasangan sambungan air bersih gratis.
Kebocoran pipa PDAM di Wilayah Bandung Utara disebabkan oleh adanya pengeboran untuk infrastruktur sebuah hotel
Tidak hanya kebakaran TPA, krisis air bersih pun terjadi di musim kemarau tahun lalu, salah satunya di Kelurahan Argasunya. Pemkot Cirebon pun melakukan pemenuhan kebutuhan air bersih
Dia menambahkan sumber air bersih mulai berkurang dan muncul tenggelam. Warga juga harus berbagi air bersih dari mata air dengan warga dari desa lain, yakni Desa Cipelang.
Berdasarkan prediksi, saat ini sebetulnya sudah memasuki kemarau. Namun di Kabupaten Cianjur masih terjadi hujan dengan intensitas ringan hingga sedang.
BPBD sudah melakukan distribusi air bersih ke salah satu masjid dan warga di lingkungan desa tersebut.
Pada musim kemarau yang telah berlangsung dua bulan, banyak sumur mengalami penyusutan.
Untuk mengirim air bersih tidak bisa cepat, karena harus menunggu armada pulang dari lokasi pengiriman sebelumnya.
Ketersedian kapasitas sumber air baku mengalami penurunan kapasitas antara 52-59%
BADAN Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Barat melaporkan kekeringan dan kekurangan air bersih masih terjadi di sejumlah wilayah. Laporan terbaru datang dari Kabupaten Cirebon.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved