Headline
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
PEMERINTAH akan memberikan dana hibah kepada provinsi yang memiliki kinerja baik di sektor penurunan emisi gas rumah kaca selama periode 2014 - 2016. Hal itu diungkapkan oleh Direktur Penghimpunan dan Pengembangan Dana Badan Pengelola Dana Lingkungan Hidup (BPDLH) Endah Tri Kurniawati.
"KLHK sudah ada datanya provinsi yang berkontribusi dalam penurunan emisi gas rumah kaca di 2014 dan 2016. Sekitar Juli atau Agustus BPDLH akan menerbitkan call for proposal, meminta provinsi yang sudah masuk list untuk menyampaikan proposal agar penyaluran dananya dilakukan," kata Tri, Selasa (30/5).
Sebagai informasi, dana yang akan disalurkan kepada provinsi berasal dari insentif yang didapatkan pemerintah Indonesia pada program REDD+ dari GEF senilai US$103,8 juta. Insentif itu telah didapatkan RI pada September 2021 lalu. Adapun, sebanyak US$9,4 juta telah digunakan untuk prakondisi REDD+, sementara US$93 juta sisanya akan dialirkan ke daerah.
Baca juga: KLHK Amankan 1.393 Batang Kayu Ilegal
Tri mengungkapkan, daerah yang nantinya mendapatkan dana itu harus membuat program yang merefer pada REDD+ yang terdapat pada Peraturan Menteri nomor 70 tahun 2018.
"Jadi outcome-nya harus peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar hutan dan penurunan emisi dari hutan dan lahan di tahun 2023," kata Tri.
Baca juga: Bappenas Dorong Pengintegrasian Karbon Biru dalam Kebijakan Perubahan Iklim
Sebagai informasi, sejak dibentuk pada 2018, Badan Pengelola Dana Lingkungan Hidup (BPDLH) berhasil mengumpulkan sebanyak dana sebesar Rp14,52 triliun dari berbagai pihak.
Adapun, dana yang terkumpul meliputi dana bergulir reboisasi sebesar Rp2,01 triliun, dana Sustainable Energy Fund dari Global Environment Facility (GEF) sebesar Rp22 miliar, selain itu dana dari Terra Ford Foundation sebesar Rp14,4 miliar, dana mangrove sebesar Rp5,8 triliun dengan skema loan dan Rp273 miliar dengan skema grant.
Selain itu dana bilateral pemerintah Norwegia sebesar Rp12 miliar untuk pemulihan LHK, penanaman pohon dan mangrove dalam agenda FOLU Net Sink 2030.
Selain itu dana FCPF dari World Bank sebesar Rp1,5 triliun untuk Provinsi Kalimantan Timur, dana dari Bio CF Initiative for Sustainable Forest Landscape Result Based Payment dari World Bank sebesar Rp11 triliun untuk Provinsi Jambi, serta dana bilateral USAID untuk program PRIMATA sebesar US$50 juta. (Ata/Z-7)
Greeneration Foundation bersama EcoRanger dan Kecamatan Muara Gembong yang didukung oleh Fujitsu menyelenggarakan Merdeka Clean Up Muara Gembong
KEMENTERIAN Kementerian Lingkungan Hidup/Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (KLH/BPLH) menegaskan komitmennya dalam mengatasi polusi plastik pada forum internasional.
Penyelenggaraan trail run memberi multiplier effect bagi sektor perekonomian daerah.
Karena hormon oksitosin berpengaruh terhadap produksi ASI, ibu perlu merasa nyaman, diterima, dan didukung secara emosional, terutama pada masa menyusui.
Menyusui adalah salah satu solusi alami yang ramah lingkungan, karena mengurangi ketergantungan terhadap susu formula dan juga kemasan plastik.
Penelitian Universitas Negeri Ohio ungkap warga yang tinggal dekat laut punya harapan hidup lebih panjang. Faktor lingkungan dan sosial jadi kunci utama.
Fenomena Hujan Carnian atau Carnian Pluvial Episode (CPE) adalah sebuah peristiwa geologis yang terjadi sekitar 232 juta tahun lalu pada periode Trias Akhir
Lewat REDD+ dan GREEN for Riau ini, pemerintah bersama jajaran pemangku kepentingan akan bekerja sama dalam menekan dan menurunkan emisi karbon.
Penerapan sistem informasi berbasis teknologi seperti SSIINas ini dapat memberikan kemudahan bagi sektor industri untuk melaporkan data emisinya secara terintegrasi.
SKK Migas mencatat Indonesia memiliki cadangan gas terbukti sebesar 54,76 Trilliun Standard Cubic Feet (TSCF).
SEKITAR 18 juta kebun sawit di Indonesia saat ini dapat memproduksi palm oil mill effluent (POME) sekitar 910 ribu ton atau setara 36 juta tCO2eq emisi gas rumah kaca.
Indonesia tertinggal dalam mitigasi gas rumah kaca (GRK) kendaraan bermotor. Ketertinggalan itu mencakup tidak diaturnya standar karbon kendaraan dan elektrifikasi kendaraan bermotor.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved