Indonesia Tertinggal dalam Mitigasi Gas Rumah Kaca Kendaraan Bermotor

M. Ilham Ramadhan
12/11/2024 14:50
Indonesia Tertinggal dalam Mitigasi Gas Rumah Kaca Kendaraan Bermotor
Direktur Eksekutif Komite Penghapusan Bensin Bertimbal (KPBB) Ahmad Safrudin. (Ilham Ramadhan A./MI)

 

INDONESIA tertinggal dalam mitigasi gas rumah kaca (GRK) kendaraan bermotor. Ketertinggalan itu mencakup tidak diaturnya standar karbon kendaraan, elektrifikasi kendaraan bermotor, dan masih beredaranya BBM berkualitas rendah. Hal itu disampaikan Direktur Eksekutif Komite Penghapusan Bensin Bertimbal (KPBB) Ahmad Safrudin. 

Standar karbon kendaraan yang belum diatur, menurutnya, merupakan ketertinggalan utama Indonesia. Padahal, ujar dia, standar tersebut menjadi acuan bagi produsen kendaraan bermotor dalam memproduksi dan memasarkan kendaraannya di Indonesia. Kedua,  sambungnya, agenda mitigasi GRK kendaraan bermotor dengan elektrifikasi tertunda. 

"Misalnya adopsi bus listrik di Jakarta yang seharusnya sudah mencapai 2700 unit pada 2024 ini, baru terealisasi 100 unit, apalagi kota-kota lain seperti Denpasar, Surabaya, Semarang, Solo, Yogyakarta, Bandung, Medan, Makassar, dan lainnya yang sama sekali tidak ada perkembangan terkait elektrifikasi angkutan umumya karena terbentur pendanaan," jelas Ahmad dikutip dari keterangan pers, Selasa (12/11). 

Ketiga, terang Ahmad, bahan bakar minyak (BBM) berkualitas rendah (seperti High Sulfur Fuel) dengan faktor emisi Carbon tinggi masih diedarkan, misalnya Pertalite 90, BBM dengan kadar belerang di atas 200 ppm tersebut memiliki factor emisi yang tinggi dan tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada kendaraan berstandard Euro4/IV, demikian juga BioSolar dan DEXlite. 

"Guna mengejar ketertinggalan mitigasi emisi karbon kendaraan bermotor, maka RPJMN 2025-2029 harus berdasar grand design dengan amanat penerapan strategi trisula, pertama, pelaksaan mitigas GRK untuk menyelamatkan dunia dari krisis iklim," jelas Ahmad.

"Kedua, membangun industri national manufacturing yang mampu menyediaan produk kendaraan bermotor dengan teknologi net-ZEV untuk memitigasi GRK secara efektif dan ketiga, menciptakan competitive advantage of nat’l auto-industry atas berkah sumber daya alam yang dibutuhkan sebagai raw material industri Net Zero Emission Vehicle (net-ZEV) secara global dan kepemilikan prototype Battery Electric Vehicle (BEV) atau Kendaraan BErmotor Listrik Berbasis Battery (KBLBB) karya anak bangsa," tambahnya.  (H-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Indriyani Astuti
Berita Lainnya