Headline
Presiden Prabowo berupaya melindungi nasib pekerja.
Laporan itu merupakan indikasi lemahnya budaya ilmiah unggul pada kalangan dosen di perguruan tinggi Indonesia.
MENTERI Kesehatan Budi Gunadi Sadikin melantik Direksi Rumah Sakit Vertikal Kementerian Kesehatan di Auditorium Siwabessy Kementerian Kesehatan Jakarta, Rabu (17/5/2023). Salah satunya yang dilantik adalah Dr dr Nova Riyanti Yusuf, SpKJ sebagai Direktur Utama Pusat Kesehatan Jiwa Nasional Rumah Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi.
Nova Riyanti Yusuf atau akrab disapa Noriyu tidak menyangka bahwa Non-ASN akhirnya dapat ikut serta dalam proses Seleksi Terbuka Jabatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Ia memilih satu posisi yaitu menjadi Direktur Utama Pusat Kesehatan Jiwa Nasional Rumah Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi dalam seleksi terbuka itu.
Noriyu memiliki banyak pengalaman di bidang kesehatan jiwa. Ia pernah menjadi anggota Komisi IX DPR RI periode 2009-2014 dan 2018-2019, Semasa di DPR, Noriyu pernah menjabat sebagai Wakil Ketua Komisi IX DPR RI yang mitra kerjanya adalah Kementerian Kesehatan, Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, BKKBN, BPOM, dan BNP2TKI.
Noriyu adalah inisiator Rancangan Undang-Undang Kesehatan Jiwa pada 2009 sekaligus sebagai Ketua Panja RUU Kesehatan Jiwa. Akhirnya RUU Kesehatan Jiwa ini disahkan menjadi UU No 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa.
Ia kemudian mengikuti ujian seleksi terbuka pada November 2022 hingga akhirnya dia lulus dan dilantik oleh Menkes untuk menjadi Direktur Utama Pusat Kesehatan Jiwa Nasional Rumah Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi.
baca juga: Layanan Kesehatan Jiwa Harus Mudah Diakses dan Ikuti Perkembangan Teknologi
Adapun Rumah Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi (RSMM) adalah rumah sakit vertikal Kementerian Kesehatan yang ditetapkan sebagai Pusat Kesehatan Jiwa Nasional (PKJN) berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.01.07/MENKES/741/2022.
Penetapan PKJN ini salah satu wujud implementasi Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa pasal 65(3) bahwa Menteri menunjuk pusat penelitian, pengembangan, dan pemanfaatan teknologi kesehatan jiwa.
"Dengan pemberian amanah kepada saya sebagai Direktur Utama PKJN RSMM, saya berharap bisa mengembangkan layanan kesehatan jiwa Indonesia sesuai dengan Transformasi Kesehatan Kementerian Kesehatan," kata Noriyu dalam keterangan tertulis, Jumat (19/5).
Ia pun sudah menyusun rencana kerja untuk mengembangkan Pusat Kesehatan Jiwa Nasional. Terutama proses pengampuan layanan kesehatan jiwa di seluruh Indonesia
"Selain itu fokus pada pengembangan layanan kesehatan jiwa sesuai dengan 6 Pilar Transformasi Kesehatan: transformasi layanan primer, layanan rujukan, sistem ketahanan kesehatan, sistem pembiayaan kesehatan, SDM kesehatan, dan teknologi kesehatan," lanjutnya.
Kemudian benchmarking sangat diperlukan, dan Noriyu sebagai fellow Harvard Medical School sudah menjalin komunikasi untuk rencana kolaborasi.
"Perlunya MoU dengan universitas-universitas untuk penelitian kesehatan jiwa. Juga MoU dengan instansi terkait untuk pengembangan potensi unit rehabilitasi (mengembalikan fungsi okupasi dari Orang Dengan Gangguan Jiwa)," ujar Noriyu yang juga seorang penulis buku.
Ia menuturkan selama periode 2009-2023 telah berkeliling ke beberapa negara yaitu Australia, Thailand, Kamboja, Uni Emirat Arab, Italia, dan Cuba, juga National Institute of Mental Health di Singapura, Jepang, dan Amerika Serikat, untuk melihat berbagai model layanan kesehatan jiwa. Alasannya implementasi yang baik tentunya harus berbasis bukti dan merupakan best practices.
Untuk jangka panjang, Noriyu sangat tertarik dengan beberapa model di luar negeri yang sudah pernah ia kunjungi yang nantinya bisa menjadi contoh dalam mengembangkan layanan kesehatan jiwa di Indonesia.
Yaitu Al Amal Psychiatric Hospital di Dubai, Uni Emirat Arab dengan konsep layanan humanis bebas pelanggaran hak asasi manusia (sesuai dengan WHO Quality Rights), memanfaatkan teknologi untuk layanan yang cepat, berakreditasi JCI, mengutamakan kepuasan pelanggan, dan memperhatikan kesejahteraan tenaga kesehatan di rumah sakit.
Kedua, konsep green hospital di Institute of Mental Health Singapura, karena sudah waktunya Indonesia juga semakin ramah lingkungan pada sektor kesehatan. Ketiga, penelitian-penelitian teknologi kesehatan jiwa juga makin harus ditingkatkan dan semakin diaplikasikan.
BEBAN penyakit pneumonia di Indonesia masih tergolong tinggi, khususnya pada kelompok usia dewasa dan lansia, serta individu dengan penyakit penyerta.
Direktur Penyakit Tidak Menular Kemenkes, mengatakan bahwa kandungan gula garam dan lemak pada (GGL) pada makanan yang dikonsumsi ditengarai menjadi salah satu penyebab obesitas pada anak.
Rasio dokter di Indonesia hanya sekitar 0,60 hingga 0,72 dokter per 1.000 penduduk. Angka itu jauh di bawah standar WHO yaitu 1 dokter per 1.000 penduduk.
Sebanyak 103 lokasi Koperasi Desa Merah Putih akan menjadi proyek percontohan untuk kehadiran klinik dan apotek desa.
DIREKTUR Penyakit Menular, Kementerian Kesehatan, Ina Agustina Isturini, mengatakan bahwa Indonesia menempati posisi ketiga dalam penemuan kasus kusta di dunia pada 2023.
Hingga saat ini, layanan tes HIV tersedia di 514 kabupaten/kota, layanan IMS di 504 kabupaten.
PERHIMPUNAN Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) pemeriksaan kesehatan jiwa berkala bagi peserta Program Pendidikan Dokter PPDS merupakan terobosan
DIREKTUR Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan Imran Pambudi mengatakan masyarakat Indonesia perlu meningkatkan literasi dalam penanganan anak dengan autisme.
WAKIL Ketua KPAI Jasra Putra mengatakan anak yang mengalami kekerasan bisa berujung pada gangguan kejiwaan, bahkan bunuh diri. Angka masalah kesehatan jiwa pada anak dan remaja cukup tinggi.
CONTINIUM of care (CoC) penting untuk kesehatan jiwa. CoC adalah pendekatan holistik yang mencakup seluruh spektrum perawatan kesehatan jiwa.
“Jadi lagu ini aku buat dari pengalaman sendiri, pas lagi di masa suicidal. Masa itu aku sangat kalut, depresi. Aku lagi di mental state yang bikin enggak bisa melihat cahaya di depan,”
Gangguan kesehatan jiwa, seperti depresi, kecemasan, dan skizofrenia, menjadi isu penting di Indonesia. Di Yogyakarta, prevalensi gangguan jiwa tercatat 0,78% pada 2024.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved