Headline
Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.
Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.
Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.
PERILAKU sedentari menimbulkan efek samping terhadap kesehatan yang sama buruknya dengan merokok. Hal itu diungkapkan Pembimbing Kesehatan Kerja Muda Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Bonnie Medana Pahlavie.
"Sedentary lifestyle itu, berdasarkan update ilmu pengetahuan baru disebu the new smoking. Hal itu karena perilaku itu memberikan efek atau dampak yang sama dengan merokok," kata dokter lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia itu, dikutip Sabtu (15/4).
Menurut Kementerian Kesehatan, perilaku sedentari adalah kegiatan yang mengacu pada segala jenis aktivitas yang dilakukan di luar waktu tidur, dengan karakteristik keluaran kalori yang sangat sedikit yakni kurang dari 1,5 METs.
Baca juga: Gangguan Makan Bisa Ganggu Siklus Menstruasi Remaja
Contoh perilaku sedentari adalah berbaring atau duduk dalam waktu lama seperti saat menonton TV, bermain gim video, hingga duduk terlalu lama di depan komputer ketika belajar atau bekerja.
Contoh lainnya adalah pergi ke toko atau mengantar anak ke sekolah yang jaraknya dekat dari rumah menggunakan mobil atau motor.
Bonnie mengatakan, perilaku tersebut jika dilakukan terus menerus akan menyebabkan terjadinya penumpukan lemak dalam tubuh sehingga meningkatkan potensi munculnya berbagai penyakit.
Baca juga: Anak yang Lahir Prematur Berisiko Terkena Hipertensi
"(Sedentari) tidak memberikan gerak dalam tubuh kita, akhirnya terjadi penumpukan lemak dalam tubuh kita. Sehingga, menimbulkan efek berupa penyakit tidak menular seperti obesitas, hipertensi, dan sebagainya," ujar Bonnie.
Untuk itu, Bonnie menyarankan agar perilaku sedentari dibatasi seminimal mungkin guna menghindari peningkatan risiko penyakit-penyakit tersebut.
"Pada dasarnya, tubuh kita, seperti otot-otot itu ditakdirkan untuk bergerak. Bahkan ada otot yang tidak pernah berhenti bergerak yaitu otot jantung. Jadi ya kita harus bergerak," kata Bonnie.
Bonnie menyarankan untuk melakukan aktivitas-aktivitas fisik seperti berjalan kaki, mencuci, menyapu, mengepel, maupun mencuci mobil. Selain itu, sempatkan juga untuk berolahraga dengan durasi 150 menit dalam sepekan.
"Seratus lima puluh menit dalam sepekan. Mau dipecah rata jadi 30 menit selama lima hari silakan, mau dipecah jadi 60-60-30 (menit) juga silakan," ujar Bonnie.
Ia juga mengingatkan berpuasa seharusnya tidak menjadi alasan untuk tidak berolahraga. Tetaplah berolahraga seperti jogging atau senam jantung sehat pada waktu-waktu seperti menjelang berbuka puasa atau setelah tarawih. (Ant/Z-1)
Membangun komunikasi terbuka dan transparan berdasarkan penelitian ilmiah menawarkan peluang nyata untuk memengaruhi pilihan gaya hidup merokok di antara penduduk Indonesia.
rancangan peraturan daerah (raperda) kawasan tanpa rokok (KTR) di Jakarta, salah satunya memuat denda merokok di tempat umum di DKI Jakarta yang mencapai Rp250 Ribu.
Kebiasaan merokok biasanya diawali hanya dengan satu batang rokok tapi akan ada banyak resiko yang mengikuti setelahnya.
Saliva atau air liur yang produksinya menurun karena rokok rentan membuat jaringan dan rongga mulut terinfeksi serta perubahan komposisi air liur perokok menjadi lebih asam.
Metode berhenti merokok bisa dilakukan melalui beberapa cara mulai dari mengurangi, menunda hingga berhenti total.
Sebanyak 12% remaja laki-laki usia 12–19 tahun merupakan perokok aktif, sementara 24% menggunakan rokok elektronik.
Seseorang disebut punya gaya hidup sedenter atau mager kalau lebih dari 50% waktu bangunnya (± 6 jam) dihabiskan hanya untuk duduk atau aktivitas sejenis.
Beraktivitas fisik secara rutin dapat mengurangi risiko stroke pada pria hingga 60%.
Pada orang dengan pola hidup sedentari, akan jarang melakukan aktivitas yang bergerak sehingga tidak minum banyak dan berkemih kurang dari 2,5 liter sehari.
Ada risiko kesehatan dari gaya hidup sedentari seperti obesitas, diabetes, dan penyakit jantung.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved