KEMENTERIAN Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mencatat adanya peningkatan timbulan sampah sebesar 20% di bulan Ramadan.
“Pada bulan Ramadan kita dituntut untuk menahan diri dan menahan nafsu. Namun demikian, timbulan sampah di bulan Ramadan justru tercatat naik 20% dikarenakan jumlah sisa makanan dan sampah kemasan," kata Sinta Saptarina, Direktur Pengurangan Sampah KLHK, Kamis (6/4).
Ia memberikan contoh, volume timbulan sampah di Kota Surabaya mengalami peningkatan selama bulan Ramadan. Saat kondisi normal, sampah yang masuk ke tempat pembuangan akhir (TPA) Benowo Surabaya per hari mencapai sekitar 1.500-1.600 ton.
Baca juga : Volume Sampah di Padang Meningkat saat Ramadan
Adapun, jumlah sampah kemudian meningkat 100-200 ton per hari di bulan Ramadan. Contoh lainnya yaitu laporan Dinas Lingkungan Hidup Kota Tangerang Selatan yang mencatat kenaikan timbulan sampah sebesar 5-10% dibandingkan hari biasa menjadi sekitar 970 ton per hari.
Selanjutnya berdasarkan data KLHK, sampah organik berupa sisa makanan mendominasi komposisi sampah tertinggi di Indonesia mencapai 41,2%, diikuti oleh sampah plastik 18,2%. Sementara berdasarkan sumber, sampah rumah tangga menyumbang jumlah sampah nasional terbesar mencapai 39.2%.
Baca juga : Pengelola Sampah Ilegal Diseret ke Meja Hijau, 10 Tahun Penjara Menanti
"Apabila sampah tidak dapat terkelola dengan baik, sampah dapat berdampak buruk bagi kesehatan, memiliki potensi pencemaran lingkungan, hingga peningkatan emisi karbon dari sektor sampah," imbuh dia,
Sinta kemudian mencontohkan sejumlah langkah sederhana yang dapat dilakukan selama bulan Ramadan. Di antaranya dengan membawa wadah makanan guna ulang dan tas belanja sendiri saat membeli takjil, mengkonsumsi makanan secukupnya, hingga memilah sampah dari rumah guna mendorong ekonomi sirkular.
“Berbagai langkah sederhana ini dapat memberikan keteladanan bagi masyarakat lainnya untuk bersama-sama merubah perilaku agar lebih ramah lingkungan,” kata Sinta.
Ketua Lembaga Pemuliaan Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam Majelis Ulama Indonesia (MUI) Hayu Prabowo mengingatkan, berbagai kerusakan di muka bumi yang telah ada disebabkan oleh ulah manusia.
“Pendekatan gaya hidup reuse dan recycle sebagai bagian dari ekonomi sirkular mampu mencegah hal yang mubazir dan berlebih-lebihan, seperti menggunakan kembali plastik yang masih bisa dimanfaatkan. Termasuk juga mengompos sisa makanan menjadi pupuk organik,” ungkap Hayu.
Hayu menjelaskan, MUI telah menerbitkan berbagai buku khotbah yang dapat dijadikan media dakwah di dalam panduan mengelola lingkungan hidup menurut Islam. Selanjutnya MUI juga mendorong Gerakan Sedekah Sampah Indonesia (Gradasi) Berbasis Masjid dimana masjid difungsikan sebagai pusat pembelajaran dalam pengelolaan sampah berbasis umat.
“Melalui pemberdayaan masjid, pengelolaan sampah yang memiliki nilai ekonomi ini pada akhirnya nanti dapat disalurkan menjadi santunan, dukungan pendidikan, asuransi, pembangunan masjid dan berbagai kegiatan ibadah lainnya yang bermanfaat,” ungkap Hayu.
Hening Parlan dari Lembaga Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana Aisyiyah sekaligus Majelis Lingkungan Hidup PP Muhammadiyah turut menambahkan, inisiatif Green Ramadhan yang dikembangkan organisasinya mendorong peran perempuan muslim akan pentingnya menjaga lingkungan secara berkelanjutan dimulai dari rumah.
“Perubahan-perubahan kecil di dalam pengelolaan sampah sejak dari sumbernya ini mampu menghadirkan manfaat secara lebih besar. Kami memiliki program eco takjil dan terus mengingatkan agar semua pihak dapat berkontribusi di dalam mengurangi sampah makanan di bulan Ramadan. Praktik menjaga bumi ini kami yakini menjadi bagian penting di dalam ajaran Islam sebagai rahmatan lil alamin,” kata Hening. (Z-5)