Headline
Rakyat menengah bawah bakal kian terpinggirkan.
PAKAR gizi klinik Eva Kurniawati mengingatkan masyarakat bahwa kurang tidur, khususnya pada orang berusia produktif, berhubungan dengan risiko timbulnya obesitas di kemudian hari.
"Usia produktif yang kurang tidur ternyata bisa berhubungan dengan craving yang jadi lebih. Nanti kalau craving timbul, excess kalorinya besar nanti jadi obesitas," ujar dokter yang tergabung dalam Perhimpunan Dokter Spesialis Gizi Klinik Indonesia (PDSGKI), dikutip Rabu (29/3).
Eva mengakui, seiring pertambahan usia, waktu tidur seseorang umumnya menjadi lebih pendek. Walau begitu, dia menyarankan agar kualitasnya tetap terjaga.
Baca juga: 4 Cara Menyiasati Perubahan Pola Tidur selama Puasa Ramadan
Menurut Mayo Clinic, durasi tidur seorang dewasa minimal sekitar tujuh jam per malam, sementara mereka yang berusia 13 tahun hingga 18 tahun yang direkomendasikan delapan hingga 10 jam per 24 jam.
Durasi ini lebih singkat ketimbang anak berusia enam hingga 12 tahun dan tiga hingga lima tahun yang masing-masing membutuhkan sembilan hingga 12 jam per 24 jam serta 10 - 13 jam per 24 jam (termasuk tidur siang).
Orang dewasa yang durasi tidurnya kurang dari tujuh jam setiap malam secara teratur dikaitkan dengan kesehatan yang buruk tidak hanya penambahan berat badan dan memiliki indeks massa tubuh (IMT) 30 atau lebih tinggi, tetapi juga berhubungan dengan munculnya diabetes, tekanan darah tinggi, penyakit jantung, stroke, dan depresi.
Baca juga: Tetap Sehat Saat Puasa dengan Istirahat yang Cukup
Sementara itu, kriteria obesitas pada orang dewasa, menurut Kementerian Kesehatan, dapat dinilai berdasarkan indeks massa tubuh (IMT) atau BMI di atas 27 dan mengukur lingkar perut untuk menunjukkan obesitas sentral.
Pria dikatakan obesitas sentral bila memiliki lingkar perut lebih dari 90 cm, sementara wanita di atas 80 cm.
Eva menyarankan orang-orang melakukan pemeriksaan lingkar perut secara berkala untuk mendeteksi obesitas sentral selain mengukur berat badan badan dan tinggi untuk menghitung IMT.
"Syukur-syukur kalau ada cek komposisi tubuh, jadi bisa tahu fat (lemak) berapa persen, cek lingkar perut karena dengan obesitas sentral semua peningkatan risiko penyakit kronis," kata dokter yang juga menyarankan masyarakat memeriksa gula darah dan kolesterol.
Pemeriksaan kesehatan berkala dan istirahat cukup sebenarnya menjadi bagian dalam perilaku hidup sehat CERDIK yang digaungkan Kementerian Kesehatan guna menjauhkan seseorang dari berbagai berbagai penyakit tidak menular.
Perilaku lain yang juga termasuk dalam CERDIK yakni mengeyahkan asap rokok, rutin berolahraga, menerapkan diet sehat dan seimbang, serta mengelola stres.
"Rajin berolahraga kalau yang dari pradiabetes itu bisa mengurangi risiko untuk jadi diabetes 40%. Jadi harus konsisten rajin berolahraga," pungkas Eva. (Ant/Z-1)
Di Indonesia, kanker paru menyumbang 9,5% dari seluruh kasus kanker serta menjadi penyebab 14,1% kematian akibat kanker.
Penelitian terbaru menemukan paparan gelombang panas berulang dapat mempercepat proses penuaan manusia.
Makanan yang menjadi tren dan digemari anak muda biasanya tinggi gula dan gorengan dengan tepung mengandung advanced glycation end products (AGEs) yang merusak kolagen.
Sektor kesehatan di Indonesia kini memasuki fase baru dengan hadirnya teknologi pemindai PET/CT Biograph Vision Quadra di RS EMC Grha Kedoya.
Dorongan untuk hidup lebih sehat, lebih lama, dan lebih baik kembali digaungkan melalui ajang AIA Vitality Live 2025.
Berdasarkan data pada 2023, terungkap Kalimantan Barat hanya memiliki dua sistem MRI dengan jumlah penduduk mencapai 5 juta jiwa.
OLAHRAGA padel memiliki sejumlah manfaat penting bagi kesehatan, mulai dari aspek fisik hingga mental, namun tidak semua orang aman untuk langsung memainkannya.
Obesitas berkontribusi pada munculnya peradangan kronis (inflammaging) yang mempercepat kerusakan molekuler dan mengurangi kemampuan regenerasi sel.
Riskesdas 2018 menunjukkan bahwa 35,4% penduduk dewasa Indonesia mengalami obesitas, dengan angka tertinggi tercatat di DKI Jakarta (43,2%).
Obesitas berdampak pada menurunnya daya ingat, konsentrasi, hingga risiko penyakit neurodegeneratif seperti Alzheimer, Parkinson, stroke, dan demensia.
Skor ini digunakan untuk mengelompokkan variasi genetik guna memprediksi karakteristik tertentu, yang dalam hal ini adalah BMI.
Ilmuwan Salk Institute menggunakan teknologi CRISPR untuk mengidentifikasi mikroprotein kunci dalam sel lemak, berpotensi jadi target terapi obesitas.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved