Headline
Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.
Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.
AKSES Akses beasiswa, baik dari pemerintah maupun lembaga non-pemerintah, hingga saat ini masih dianggap kurang terbuka dan acap kali tidak tepat sasaran. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Asa Dewantara, lembaga riset independen yang bergerak di bidang pendidikan untuk kelompok ekonomi kurang mampu, masih ada ketimpangan dari segi kuantitas dalam angka partisipasi murni per jenjang pendidikan.
Dari penelitian yang dilakukan, terdapat temuan bahwa angka partisipasi aktif di jenjang usia dini (usia 3-6 tahun) dan perguruan tinggi sangat minim. Angka tertinggi dipegang oleh jenjang pendidikan sekolah dasar (SD) dan angkanya terus menurun pada jenjang di atasnya, yakni SMP dan SMA.
Baca juga: Meski tidak Diwajibkan, Jemaah Umrah Disarankan Tetap Vaksin Meningitis
Kesenjangan ekonomi yang paling terlihat ada di jenjang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), SMP, dan SMA. Adapun tantangan yang dihadapi dalam jenjang pendidikan tersebut didominasi oleh angka pekerja anak, ketersediaan fasilitas pendidikan, serta permasalahan ekonomi lainnya.
Menurut pemerhati pendidikan sekaligus dosen Universitas Multimedia Indonesia, Doni Koesoema, pemberian beasiswa merupakan penuntasan masalah yang paling dasar untuk membantu anak-anak dari keluarga miskin untuk meretas belenggu kemiskinannya. Meski demikian, perlu ada beberapa hal yang diperhatikan, salah satunya perbaikan kebijakan dan sistem pemberian beasiswa itu sendiri.
“Anak-anak itu drop out ternyata alasannya sangat basic, yakni orangtuanya tidak punya biaya, angkanya bisa sampai 70%, sisanya baru lah faktor-faktor lain seperti pekerja anak,” ujar Doni dalam webinar yang diinisiasi oleh Asa Dewantara pada Senin (20/3).
Dalam webinar yang bertajuk Menyoal Aksesibilitas dan Efektivitas Beasiswa dalam Membantu Pendidikan Kelompok Miskin yang diinisiasi oleh Asa Dewantara, Vivi Alatas, selaku narasumber sekaligus ekonom senior Bank Dunia juga menambahkan pentingnya perbaikan kualitas dalam pemberian beasiswa. Namun tentu saja hal tersebut menjadi tantangan tersendiri, terutama ketika akses pemberian beasiswa masih belum merata.
Untuk itu, perlu diadakan perbaikan sistem dalam menentukan target dan melakukan verifikasi penerima beasiswa. Salah satunya dengan mengikis celah yang memungkinkan terjadinya kongkalikong, atau negosiasi gelap antar pemilik kepentingan di dalam birokrasi pemberian beasiswa.
“Yang dibutuhkan adalah dengan melakukan on demand application system, di mana setiap orang bisa mendaftar kapan saja baik secara online maupun offline dan verifikasinya dapat dilakukan tanpa memberikan celah untuk kongkalikong,” ujar Vivi.
Vivi juga mengatakan realita yang terjadi saat ini, banyak fasilitas pendidikan seperti sekolah dan perguruan tinggi yang tidak kasat mata terhadap siapa yang lebih miskin atau lebih membutuhkan bantuan dana. Padahal kelompok yang benar-benar membutuhkan tersebut sering kali tidak memiliki akses pengetahuan untuk bisa mendapatkan beasiswa. Maka dari itu, perlu ada sistem targeting yang lebih transparan, sehingga pemberian beasiswa bisa lebih tepat sasaran. (H-2)
Binus University meluncurkan program Beasiswa Binus untuk Nusantara untuk Tahun Akademik 2026/2027.
Untuk tahun ini siswa penerima Program ADEM berasal dari berbagai daerah di enam provinsi di Papua.
Selain pelatihan intensif, peserta juga mendapat kursus Bahasa Mandarin gratis sebagai persiapan keberangkatan.
KEMENTERIAN Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) melakukan kerja sama dengan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) untuk meluncurkan program beasiswa keolahragaan.
Program ini membuka kesempatan bagi mahasiswa aktif dari seluruh Indonesia untuk memperoleh kuota hingga 2.000 beasiswa senilai Rp14 juta guna mengikuti pelatihan teknologi.
BIM diperuntukkan bagi pelajar terbaik yang berpotensi dalam bidang akademik, sains, seni, dan olahraga.
Selain revitalisasi sekolah, Kemendikdasmen juga akan melaksanakan program digitalisasi pembelajaran di daerah 3T seperti penyediaan internet dan juga listrik
anak-anak Sekolah Dasar (SD) yang diduga warga Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN) tengah belajar di tanah beralaskan terpal dalam kebun sawit.
Menteri Agama RI Nasaruddin Umar menyampaikan pesan pada seluruh murid baru madrasah untuk menjadi pemimpin bangsa di masa depan yang berilmu, berakhlak, dan berjiwa jujur.
Banyak sekolah, terutama di wilayah 3T (Tertinggal, Terdepan dan Terluar), masih menghadapi kendala dalam memaksimalkan penggunaan Chromebook.
Hari ini menandai dimulainya secara resmi kegiatan belajar-mengajar di Sekolah Rakyat yang tersebar di seluruh Indonesia.
Mendikdasmen) Abdul Mu’ti menegaskan bahwa Masa Pengenalan Lingkungan Satuan Pendidikan (MPLS) bukan masa perpeloncoan atau masa senioritas
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved