Headline
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.
KEBIASAAN melewatkan sarapan dapat mempengaruhi psikologis anak, salah satunya kehilangan fokus sehingga kesulitan mengikuti pelajaran di sekolah. Hal itu dikatakan psikolog Intan Erlita
"Kalau anak kita belum sarapan, jam 9 sampai 10 itu kadar gula darahnya turun kalau dari segi medisnya, lalu yang muncul biasanya yang pertama adalah anak cenderung cranky dan enggak fokus. Karena, bagaimana mau fokus kalau perutnya keroncongan, akhirnya dia enggak konsentrasi sama pelajaran," kata psikolog lulusan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia itu, dikutip Minggu (12/3).
Intan melanjutkan, jika anak terus-terusan tidak fokus pada pelajaran di sekolah karena tidak sarapan, yang dapat terjadi selanjutnya adalah penurunan prestasi.
Baca juga : Orangtua Diingatkan Pantau Tumbuh Kembang Anak untuk Deteksi Dini Diabetes
"Karena enggak cuma sekali kelewat sarapannya, kan. Bahkan ada beberapa keluarga yang merasa bahwa sarapan itu enggak penting lalu makannya digabung ke makan siang," ujar Intan.
Jika kebiasaan melewatkan sarapan terus berlanjut hingga anak duduk di bangku SMP dan SMA, anak bisa jadi melakukan kecerdikan-kecerdikan yang negatif, seperti melewatkan pelajaran dan memilih pergi ke kantin untuk mengisi perut.
"Karena kan jam 9 atau jam 10 dia udah lapar. Akhirnya pura-pura izin ke toilet, padahal ke kantin. Manusia kan secara natural itu instingnya berburu. Jadi ketika perut lapar, instingnya bergerak dan akhirnya punya ide untuk ke kantin, cari makanan," tutur Intan.
Baca juga : Perbaikan Jadwal Makan Bisa Atasi Anak Susah Makan
Untuk itu, menurut Intan, penting bagi orangtua membiasakan anak sarapan setiap pagi, tentunya dengan menu yang bernutrisi. Cara efektif yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan contoh.
"Harus dimulai dari orangtua, karena anak itu kan meniru apa yang orangtua lakukan. Jika orangtua ingin anaknya terbiasa dengan sarapan bernutrisi, mereka harus memberikan contoh dan membiasakan sarapan sebagai bagian dari kegiatan harian," ujar Intan.
Ia menambahkan, kegiatan sarapan juga harus dilakukan dengan senyaman mungkin. Orang tua perlu memperhatikan makanan apa yang disukai anak dan melibatkan anak untuk merencanakan sarapan atau bekal yang diinginkannya.
Baca juga : Ini Beda Demam Biasa dengan Demam Tifoid
"Sehingga, terciptalah semacam placebo effect di mana otak sudah membayangkan sesuatu yang diinginkan sehingga anak menanti-nantikan momen sarapan dengan menu favoritnya," kata Intan.
Ia juga mengatakan, saat mengajak anak sarapan, orangtua sebaiknya tidak menggunakan nada yang keras atau kalimat-kalimat yang membuat anak tidak nyaman.
Pasalnya, menurut dia, saat makan atau sarapan merupakan waktu yang tepat untuk semakin mempererat hubungan orangtua dan anak. (Ant/Z-1)
Virus yang menempel di saluran pernafasan juga dapat cepat terbuang saat cuci hidung dan diharapkan dapat mempercepat proses penyembuhan pasien.
Orangtua sebaiknya lebih dulu menanyakan dan mengamati gejala sakit yang dialami oleh anak sebelum membeli obat.
Peringatan Hari Anak Nasional merupakan bentuk nyata dari penghormatan, perlindungan, dan pemenuhan hak anak sebagai generasi penerus bangsa yang memiliki peran strategis.
Pengawasan orangtua kepada anak saat mengakses gadget dibutuhkan agar anak bisa memahami batasan akses ke jenis-jenis konten yang sesuai untuk usia mereka.
Stimulasi sensorik sendiri melibatkan penggunaan panca indra anak mulai dari penglihatan hingga sentuhan sehingga anak bisa memahami dan berinteraksi dengan lingkungannya.
Anak yang terpapar lagu-lagu dari lingkungannya perlu bimbingan orangtua untuk mengarahkan referensi musik yang lebih sesuai kepada anak dan menikmatinya bersama.
KEMENTERIAN Kesehatan Gaza melaporkan bahwa sebanyak 18.592 anak Palestina telah tewas akibat serangan militer Israel sejak 7 Oktober 2023.
Batuk pilek yang berulang selain mengganggu perkembangan anak, kondisi ini juga bisa menjadi indikasi adanya masalah kesehatan lain jika tidak ditangani dengan baik.
Paparan polusi udara berisiko menyebabkan asma, ISPA, penyakit kardiovaskular, penyakit paru sampai dengan resisten insulin pada kelompok usia muda seperti anak-anak dan remaja.
Asmirandah mengatakan bahwa informasi kesehatan yang berseliweran di media sosial tidak selalu benar, jadi lebih baik bertanya langsung kepada tenaga kesehatan profesional.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved