Senin 06 Maret 2023, 21:21 WIB

Harus Ada Insentif untuk Perkuat Restorasi Gambut

Atalya Puspa | Humaniora
Harus Ada Insentif untuk Perkuat Restorasi Gambut

Antara/Wahdi Septiawan
Pemandu dan pengunjung mengamati Nepenthes atau kantong semar saat melintasi jalur ekowisata rawa gambut Hutan Lindung Gambut (HLG), Jambi.

 

Restorasi gambut menjadi salah satu kunci untuk menekan emisi di sektor hutan dan lahan. Pasalnya, gambut memiliki simpanan karbon dalam jumlah yang sangat besar. Restorasi gambut dan rehabilitasi mangrove juga dapat membantu mencapai 59% dari taget penurunan emisi gas rumah kaca yang tertuang dalam encahced nationally determined contribution (NDC).

Sayangnya, sampai saat ini, masih banyak kendala yang ditemui dalam melakukan restorasi gambut. Salah satu kendala terbesar ialah kurangnya insentif bagi masyarakat agar konsisten dalam melakukan kegiatan tersebut.

"Kendala utama yang dihadapi di lapangan adalah perlunya insentif bagi masyarakat agar mau melanjutkan upaya pengolahan lahan tanpa membakar. Minimal untuk meringankan biaya pengolahan lahan," kata Kepala Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) Hartono kepada Media Indonesia, Senin (6/3).

Kendati demikian, ia meyakini tahun ini pihaknya akan mampu meningkatkan partisipasi aktif publik dengan melakukan kegiatan berbasis masyarakat untuk restorasi gambut. Untuk melakukan hal itu, BRGM mendapatkan pendanaan sebesar Rp305 miliar dari APBN.

"Selain pendekatan kepada masyarakat, perusahaan dan pemilik konsesi bertanggung jawab terhadap restorasi gambut di area kerja masing-masing. KLHK melakukan monitoring dan supervisi pelaksanaannya," ucap dia.

BRGM menargetkan sebanyak 300 ribu hektare area gambut di Indonesia bisa direstorasi pada 2023. Adapun, beberapa provinsi yang menjadi ranah kerja BRGM yakni Riau, Jambi, Sumatra Selatan Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur dan Papua.

"Target 1,2 juta hektare yang diberikan presiden kepada BRGM dilaksanakan khusus di gambut rusak di areal nonkonsesi. Sampai dengan akhir tahun 2022 sudah terealisasi 586 ribu hektare," tutur Hartono.

Selain untuk menekan emisi, restorasi gambut juga menjadi kunci untuk pencegahan kebakaran hutan dan lahan. Sebab, ekosistem gambut memang rentan terbakar pada musim kemarau panjang. Terlebih lagi, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi tahun ini akan lebih kering dibanding tahun kemarin.

Sebelumnya, berdasarkan studi yang dilakukan oleh Pantau Gambut, sebanyak 16,4 juta hektare area gambut di Indonesia rentan terbakar. Area seluas 3,8 juta hektare masuk dalam kategori kerentanan tinggi dan 12,6 juta hektare tergolong ke dalam kerentanan sedang. (Z-11)

Baca Juga

MI/Lina Herlina

JK: Ceramah di Indonesia Jauh Lebih Bebas dari Negara lain

👤Mediaindonesia.com 🕔Sabtu 01 April 2023, 04:47 WIB
Wakil presiden ke-10 dan ke-12 RI Muhammad Jusuf Kalla (JK) mengungkapkan aturan ceramah di di masjid di Indonesia jauh lebih longgar...
Dok. Pribadi

Makeover Rumah saat Ramadan, Perhatikan Padu Padan Warna Untuk Cat Rumah

👤Ghani Nurcahyadi 🕔Jumat 31 Maret 2023, 23:35 WIB
Senior Marketing Manager Nippon Paint Indonesia Linda Kam mengatakan, padu padan yang tepat dapat menghasilkan kesan elegan pada...
CDC

Covid-19 Masih Ada, Kasus Baru Bertambah 465 Hari Ini

👤Theofilus Ifan Sucipto 🕔Jumat 31 Maret 2023, 23:35 WIB
KASUS baru covid-19 di Indonesia bertambah 465 orang pada Jumat, 31 Maret 2023 dengan kematian 8 orang. Kasus covid-19 di Indonesia...

E-Paper Media Indonesia

Baca E-Paper

Berita Terkini

Selengkapnya

Top Tags

BenihBaik.com

Selengkapnya

MG News

Selengkapnya

Berita Populer

Selengkapnya

Berita Weekend

Selengkapnya