Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Peneliti Ungkap Restorasi Gambut Secara Artifisial Tingkatkan Serapan Karbon

Atalya Puspa
12/11/2024 17:26
Peneliti Ungkap Restorasi Gambut Secara Artifisial Tingkatkan Serapan Karbon
Pembasahan lahan gambut.(MI/Denny Susanto)

KEPALA Pusat Riset Tanaman Perkebunan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Setiari Marwanto, mengungkapkan hasil penelitian terkait gambut. Dalam penelitian tersebut disimpulkan bahwa restorasi gambut secara artifisial dapat meningkatkan serapan karbon.

"Restorasi gambut secara artifisial dapat meningkatkan serapan karbon dibandingkan hanya dengan natural regeneration," ungkap Setiari dalam paparannya pada acara Ekspos Nasional Peat-IMPACTS di Jakarta, Selasa (12/11).

Ia mengatakan, ketika terjadi degradasi lahan akibat kebakaran hutan, maka revegetasi yang diintervensi oleh manusia dapat menghasilkan output yang lebih baik dibandingkan dengan regenerasi natural. Namun, kata dia, revegetasi yang tidak natural memiliki cost lebih tinggi. 

"Ini adalah piliha kita. Tetapi dengan revegetasi buatan itu kita bisa memilih jenis (tanaman gambut) yang direvegetasi. Kemudian bisa dilihat penurunan karbon itu juga lebih tinggi karena revegetasi yang bisa kita pilih tersebut," ujarnya.

Lebih lanjut, ia menuturkan jenis tanaman gambut yang lebih efektif untuk meningkatkan serapan karbon adalah jenis endemik. Yang termasuk jenis tersebut di antaranya balengeran, jelutung dan punak. "Serapan karbon tertinggi didapatkan dari (jenis) Jelutung, Shorra Belangeran, diikuti oleh Jelitung," tuturnya. 

Setiari menambahkan, penelitian tersebut dilatarbelakangi komitmen Indonesia untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. Selain itu juga terkait ketidakpastian yang tinggi dalam inventarisasi karena gambut bersifat dinamis. 

Diketahui penelitian itu dilakukan di beberapa lokasi. Di antaranya di Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat dan Kabupaten Ogan Komering Ilir di Provinsi Sumatra Selatan. "Diperlukan pengukuran yang intensif di lapangan dalam periode lebih dari satu tahun," paungkasnya.

Pada kesempatan tersebut, Principal Investigator Proyek Peat-IMPACTS Sonya Dewi mengungkapkan, pengelolaan lahan gambut berkelanjutan memerlukan komitmen dan kerja sama antar pemangku kepentingan untuk melaksanakan rencana intervensi secara efektif,  termasuk. petani, pedagang, dan masyarakat desa. 

"Kerja sama antar pemangku kepentingan diformalkan melalui perjanjian penghidupan di lahan gambut dan  dikembangkan lebih lanjut menjadi pengembangan model bisnis bersama," jelas Sonya. (S-1)  



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Denny parsaulian
Berita Lainnya