Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
SELAMA 17 tahun terakhir, Laporan Risiko Global (Global Risks Report atau GRR) dari Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum atau WEF) telah memperingatkan publik mengenai risiko-risiko global yang saling berhubungan.
Menurut Laporan Risiko Global 2023, konflik dan ketegangan geoekonomi yang terjadi telah memicu serangkaian risiko global yang terhubung secara mendalam.
Risiko tersebut mencakup krisis energi dan pasokan pangan, yang mungkin akan terjadi hingga dua tahun ke depan, dan peningkatan biaya hidup serta pembayaran utang yang tajam.
Pada saat yang sama, sejumlah krisis tersebut berisiko menghambat upaya penanggulangan risiko jangka panjang, terutama yang berkaitan dengan perubahan iklim, keanekaragaman hayati dan investasi pada sumber daya manusia.
Laporan Risiko Global 2023 menunjukkan bahwa celah untuk upaya penanggulangan ancaman dari risiko jangka panjang yang paling serius kini semakin sempit, sehingga tindakan kolektif diperlukan sebelum risiko-risiko tersebut mencapai titik kritis.
Laporan Risiko Global 2023, yang dibuat WEF dari hasil kerja sama dengan Marsh McLennan dan Zurich Insurance Group, menyarikan pandangan lebih dari 1.200 ahli risiko global, pembuat kebijakan dan pemimpin industri.
Dalam tiga periode waktu, laporan ini memberikan gambaran penuh atas lanskap risiko-risiko global yang baru namun tidak asing lagi karena dunia menghadapi banyak risiko yang sudah ada yang sebelumnya tampak mereda.
Saat ini, pandemi global dan perang di Eropa telah membawa kembali krisis energi, inflasi, pangan dan keamanan.
Situasi ini menciptakan risiko lanjutan yang dapat mendominasi hingga dua tahun mendatang: risiko resesi; meningkatnya kesulitan utang; berlanjutnya krisis biaya hidup; masyarakat terpolarisasi yang dimungkinkan oleh disinformasi dan misinformasi; jeda pada aksi iklim yang cepat; dan perang geoekonomi zero-sum.
Jika dunia tidak mulai bekerja sama secara lebih efektif dalam mitigasi iklim dan adaptasi iklim, maka akan terjadi pemanasan global dan gangguan ekologis secara berkelanjutan dalam 10 tahun kedepan.
Kegagalan untuk melakukan mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim, bencana alam, hilangnya keanekaragaman hayati dan kerusakan lingkungan hidup, termasuk ke dalam lima dari 10 risiko teratas – dengan hilangnya keanekaragaman hayati sebagai salah satu risiko global yang paling cepat memburuk dalam satu dekade ke depan.
Baca juga: Perkenalkan Isu Perlindungan Gambut Lewat Pameran Seni di Kala Senja
Secara bersamaan, kepemimpinan yang didorong oleh krisis dan risiko perseteruan geopolitik menciptakan keresahan sosial pada tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya, dengan investasi pada perkembangan kesehatan, pendidikan dan ekonomi yang menghilang, semakin mengikis ikatan sosial yang ada.
Pada akhirnya, meningkatnya risiko perseteruan tidak hanya menumbuhkan persenjataan geoekonomi, tetapi juga remiliterisasi, terutama melalui teknologi baru dan para pelaku kejahatan.
Beberapa tahun mendatang, sejumlah pemerintahan akan menghadapi tantangan sulit dalam menentukan prioritas yang harus ditempuh diantara faktor masyarakat, lingkungan dan keamanan di negaranya.
Risiko geoekonomi jangka pendek telah menguji komitmen net-zero dan menunjukkan kesenjangan antara kebijakan apa yang diperlukan secara ilmiah dan yang cocok secara politis. Tindakan kolektif atas krisis iklim yang dipercepat sangat diperlukan untuk membatasi konsekuensi yang disebabkan oleh dunia yang semakin memanas.
Sementara itu, pertimbangan keamanan dunia serta meningkatnya pengeluaran untuk militer, dapat menyebabkan kurangnya kapasitas fiskal untuk mengurangi dampak dari krisis biaya hidup yang berkepanjangan.
Tanpa adanya perubahan, negara-negara yang rentan dapat mengalami krisis terus menerus di mana mereka tidak mampu berinvestasi pada pertumbuhan masa depan, perkembangan sumber daya manusia dan teknologi ramah lingkungan.
Laporan Risiko Global mendorong para pemimpin untuk bertindak secara kolektif dan tegas, serta menyetarakan pandangan jangka pendek dan jangka panjang.
Selain aksi iklim yang mendesak dan terkoordinasi, laporan ini juga memberikan rekomendasi upaya bersama antar negara, serta kerja sama organisasi publik dan swasta untuk memperkuat stabilitas finansial, tata kelola teknologi, perkembangan ekonomi dan investasi pada penelitian, sains, pendidikan dan kesehatan.
"Lanskap risiko jangka pendek didominasi oleh energi, pangan, utang dan bencana. Kelompok yang masuk dalam kategori rentan semakin menderita - dan karena krisis yang bertubi-tubi, kelompok yang tergolong rentan secara cepat meluas di negara kaya maupun miskin," kata Saadia Zahidi, Managing Director, World Economic Forum dalam keterangan pers, Senin (16/1).
"Iklim dan perkembangan sumber daya manusia wajib menjadi perhatian utama para pemimpin dunia, bahkan saat mereka tengah memerangi krisis yang sedang terjadi. Kerja sama merupakan satu-satunya cara untuk melangkah maju," jelas Saadia Zahidi, Managing Director, World Economic Forum.
John Scott, Head of Sustainability Risk, Zurich Insurance Group, menyatakan: "Keterkaitan antara dampak perubahan iklim, hilangnya keanekaragaman hayati, keamanan pangan dan konsumsi sumber daya alam, merupakan kombinasi yang berbahaya."
"Tanpa adanya perubahan kebijakan atau investasi yang signifikan, kombinasi tersebut dapat mempercepat runtuhnya ekosistem, mengancam pasokan pangan, meningkatkan dampak bencana alam dan menghambat kemajuan dalam mitigasi perubahan iklim," jelasnya.
"Apabila kita bertindak cepat, masih ada kesempatan di akhir dekade untuk mencapai 1.5ᵒC dan mengatasi kondisi darurat alam. Semakin berkembangnya teknologi pada energi terbarukan dan kendaraan listrik memberikan kita alasan yang kuat untuk tetap optimistis," kata Scott.
Carolina Klint, Risk Management Leader, Continental Europe, Marsh, mengungkapkan: "Tahun 2023 ditandai dengan meningkatnya risiko terkait pangan, energi, bahan baku, dan keamanan siber, yang menyebabkan gangguan lebih lanjut terhadap rantai pasokan global dan berdampak pada keputusan investasi."
"Saat seluruh negara dan berbagai organisasi berupaya meningkatkan ketahanan, hambatan ekonomi akan membatasi kemampuan mereka," ujarnya.
"Menghadapi kondisi geoekonomi tersulit pada generasi ini, perusahaan harus berfokus tidak hanya bernavigasi pada kekhawatiran jangka pendek, tetapi juga mengembangkan strategi yang akan menempatkan mereka pada posisi yang dapat bertahan dalam menghadapi risiko jangka panjang serta perubahan struktural," kata Carolina Klint.
Laporan Risiko Global merupakan pilar dari Inisiatif Risiko Global Forum Ekonomi Dunia yang memiliki tujuan untuk mendorong pemahaman umum yang lebih tinggi mengenai risiko global jangka pendek, menengah dan panjang, guna memungkinkan kesiapsiagaan dan ketahanan terhadap risiko.
Laporan Risiko Global 2023 juga membedah bagaimana berbagai risiko yang ada dan yang berpotensi muncul, dapat berinteraksi satu sama lain untuk menciptakan suatu "polycrisis" – kumpulan risiko global terkait dengan dampak majemuk dan konsekuensi yang tak terprediksi.
Laporan tersebut mengeksplorasi "Persaingan Sumber Daya", potensi kumpulan risiko lingkungan, geopolitik dan sosio-ekonomi yang saling berkaitan dengan pasokan dan permintaan atas sumber daya alam yang mencakup pangan, air dan energi. (RO/OL-09)
TANTANGAN dalam mengatasi dan melakukan mitigasi bencana di dunia saat ini disebut semakin kompleks. Berbagai isu global seperti perubahan iklim hingga tekanan urbanisasi menjadi pemicunya.
VIKTOR Lake tampak serius menulis kata demi kata hingga kalimat diatas secarik kertas. Sepertinya ia memeras otak untuk menciptakan sebuah dongeng.
Workshop ini bertujuan memperkuat kapasitas masyarakat dalam memahami, menghadapi, dan merespons bencana secara inklusif dengan pendekatan berbasis kearifan lokal.
Sebanyak 69 titik di wilayah Kabupaten Karawang, Jawa Barat, kini dikategorikan sebagai kawasan permukiman kumuh.
Dedi memulai langkah dengan melakukan tindakan tegas di kawasan Puncak, Kabupaten Bogor. Ini penting untuk mengurangi dampak hujan yang terjadi di kawasan tersebut.
Praktik lokal mitigasi bencana di Aceh dan irigasi Subak di Bali adalah contoh bentuk-bentuk kearifan lokal dalam menangkal dampak perubahan iklim yang dapat direproduksi di tempat lain.
Risiko tidak hanya datang dari praktik korupsi yang disengaja, tapi juga dari ketidaktahuan dan kelalaian dalam menjalankan fungsi kontrol internal.
PT Asuransi Tokio Marine Indonesia (TMI) menggelar seminar hybrid bertajuk Strategi Mitigasi Risiko dan Klaim (dalam asuransi pengangkutan) untuk klien, broker, dan agen.
Saat ini sedang dikembangkan rancangan berbasis kinerja menggunakan prosedur analisis respon wilayah waktu untuk bangunan tahan gempa.
PSIKOLOG klinis lulusan Universitas Indonesia Annisa Mega Radyani menyampaikan kecenderungan orang dalam merespons informasi risiko bencana alam serta langkah-langkah bijak
Kesadaran umat Islam tentang perubahan iklim yang dipahami masyarakat sebagai takdir harus dilihat lagi maknanya sebagai sesuatu yang bisa diubah dalam arti bisa dimitigasi.
PT Asuransi Jasa Indonesia (Asuransi Jasindo) menyepakati kerja sama dengan Swiss Re Asia (Swiss Re) dalam rangka memperkuat lini bisnis di ekosistem BUMN.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved