Headline

. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.

Fokus

Penurunan permukaan tanah di Jakarta terus menjadi ancaman serius.

Harga Pangan Bergizi Mahal, Upaya Penurunan Stunting Semakin Sulit

M. Iqbal Al Machmudi
14/12/2022 14:07
Harga Pangan Bergizi Mahal, Upaya Penurunan Stunting Semakin Sulit
Potret relawan menimbang berat badan anak dalam kegiatan pemeriksaan kesehatan.(Antara)

BERDASARKAN data dari Badan Pangan Dunia (FAO), harga pangan bergizi di Indonesia menjadi yang tertinggi di Asia Tenggara. Harga pangan bergizi di Indonesia bahkan mencapai US$4,47, atau sekitar Rp69 ribu per hari.

Nilai tersebut lebih tinggi dibandingkan negara lain, seperti Thailand hanya US$4,3, Filipina US$4,1, Vietnam US$4 dan Malaysia US$3,5.

Survei menyebut hampir 68% penduduk Indonesia tidak mampu memenuhi kebutuhan makanan bergizi tersebut. Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Kurniasih Mufidayati mengungkapkan situasi ini jelas memberatkan program percepatan penurunan stunting di Indonesia.

Adapun komponen utama dari percepatan penurunan stunting adalah pemenuhan gizi rumah tangga. Bahkan, sejak sebelum hari kelahiran atau 1.000 Hari Pertama Kehidupan.

Baca juga: Peran Orang Tua Penting Untuk Cegah Stunting

"Jika ada 68% masyarakat Indonesia tidak mampu menjangkau makanan bergizi, ini masalah serius dalam upaya penurunan stunting, yang targetnya 14% pada 2024 mendatang," ujar Kurniasih dalam keterangannya, Rabu (14/12).

Keberhasilan penurunan stunting atau gizi buruk pada balita dimulai dari kemampuan rumah tangga Indonesia untuk bisa mengakses sumber makanan bergizi, dengan harga yang terjangkau.

Langkah yang bisa dijalani, yakni perbaiki tata niaga pangan. Sehingga, rakyat bisa mendapat bahan mahanan bergizi yang lebih murah dan terjangkau. Keluarga juga perlu memprioritaskan pengeluaran bulanan untuk pemenuhan gizi, dibandingkan pengeluaran lain yang tidak perlu.

Baca juga: Air Tak Bersih Ternyata Salah Satu Penyebab Stunting di RI

Mengacu data Kementerian Keuangan, konsumsi terbesar masyarakat miskin Indonesia setelah beras adalah rokok. Bahkan, pengeluaran untuk rokok mengalahkan pengeluaran untuk kebutuhan protein keluarga.

Perlu ada penyadaran di tengah masyarakat, bahwa pemenuhan gizi keluarga memiliki dampak jangka panjang. Jika ingin anak sehat dan cerdas di masa mendatang, kebutuhan pangan bergizi tidak boleh dipangkas.

"Harus ada intervensi untuk membuat harga pangan bergizi lebih murah, sehingga terjangkau masyarakat," katanya.(OL-11)
 

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik