Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
AMIR Mahmud Center, yang bergerak dalam bidang kajian kontranarasi dan ideologi dari paham radikal terorisme, menyatakan masyarakat harus mewaspadai narasi yang mengatakan bahwa radikal terorisme merupakan stigmatisasi agama.
"Harus dipahami bahwa radikalisme terorisme ini bukan klaim perlawanan terhadap umat Islam, bukan. Dibilang islamofobia juga bukan," kata Direktur Amir Mahmud Center, Amir Mahmud, yang juga mantan kombatan yang merupakan alumnus Akademi Militer (Akmil) Mujahidin Afghanistan seperti dilansir Antara di Jakarta, Jumat (4/11).
Sebenarnya, menurut dia, radikalisme setelah ditelusuri dengan berbagai konteks penelitian dan riset ternyata lahir sengaja digugah atau
dibangkitkan kembali oleh kelompok radikal yang mengatasnamakan Islam.
Beberapa waktu lalu masyarakat dikejutkan dengan ditangkapnya seorang wanita benama Siti Elina (SE). Dia hendak menerobos masuk ke Istana Merdeka dengan membawa pistol.
Dalam pemeriksaan terungkap bahwa SE ingin menemui Presiden Joko Widodo, kemudian bermaksud menyampaikan bahwa dasar negara Indonesia salah karena tidak menggunakan syariat agama.
Namun, lanjut Amir, dalam penelusuran diketahui bahwa yang bersangkutan merupakan pendukung organisasi kelompok radikal yang telah
dibubarkan, Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), dan terhubung dengan kelompok Negara Islam Indonesia (NII).
Akan tetapi, ada beberapa komentar di jagat maya dan tokoh nasional mengeluarkan statemen yang mengatakan bahwa kasus tersebut merupakan bentuk stigmatisasi pemerintah terhadap umat Islam. Mereka meminta masyarakat jangan percaya terhadap radikalisme dan terorisme karena merupakan bagian setting pemerintah menjelang akhir tahun dan tahun politik.
"Kalau membiarkan narasi-narasi tersebut, justru akan lebih memperparah persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia yang sedang
proses membangun," kata Amir ketika menanggapi hal tersebut.
Amir menjelaskan bahwa sejatinya radikalisme dan terorisme itu bukanlah stigmatisasi agama, melainkan benar-benar musuh agama dan musuh negara. Apa yang menjadikan sorot pandang seorang tokoh yang mengatakan bahwa perkara itu adalah stigma terhadap Islam, menurutnya, terlalu dini dan tidak mendasar untuk mengatakannya.
Baca juga: PUI Syukuri Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional KH.Ahmad Sanusi
Ia menilai tokoh yang bicara itu tidak bisa melihat sejauh mana sebenarnya bahaya radikalisme dan terorisme itu berkembang di
tengah-tengah masyarakat.
"Ini dimainkan oleh kelompok-kelompok yang senantiasa ingin merusak tatanan nilai kehidupan bangsa dan bernegara," ujarnya.
Kelompok tersebut, lanjut dia, selalu menjadikan perlawanan pemahaman ideologi mereka dengan Pancasila sebagai ideologi atau dasar negara Indonesia.
Menurut dia, yang menjadi masalahnya lagi menjelang tahun politik 2024 sudah ada gejala dari kelompok radikal tersebut untuk melakukan show of force (unjuk kekuatan) mereka. Hal itu, kata dia, dengan langkah-langkah seperti tablig, pengajian tablig dengan menggerakkan kelompok-kelompok atau komponen masyarakat yang tidak mengerti.
Amir mengungkapkan bahwa mereka menggunakan dalih olahraga dan dalih ukhuwah islamiah. Adapun simbol-simbol yang dimainkan adalah simbol-simbol kekerasan, benderanya yang dibawa juga bendera simbol-simbol yang ada simbol pedang dan sebagainya.
Hal itu, menurut Amir, kalau dibiarkan tentunya akan menjadi permasalahan bagi anak-anak muda serta kalangan yang lain.
Di sisi lain, kata dia, masih banyak komponen masyarakat yang tidak tahu dan tidak sadar mengenai bahaya, dampak, atau dahsyatnya paham radikal dan terorisme yang mengatasnamakan Islam ini jika membiarkan berkembang.
"Sebenarnya persoalan radikalisme dan terorisme adalah persoalan lama," ujarnya.
Untuk itu, dia meminta masyarakat agar benar-benar memahami bahwa penanganan radikalisme dan terorisme bukanlah stigmatisasi agama, melainkan menyelamatkan agama dari fitnah kelompok teror.
"Radikalisme dan terorisme adalah musuh negara dan juga musuh agama," katanya menegaskan. (Ant/OL-16)
Pencegahan tidak hanya dilakukan dari sisi keamanan tapi juga harus bisa memanfaatkan teknologi IT
GURU Besar Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Mirra Noor Milla menyatakan Indonesia berhasil menekan aksi terorisme dengan mencatatkan nol serangan dalam dua tahun terakhir.
Insiden mengerikan terjadi saat perayaan kemenangan Liverpool di Liga Premier Inggris. Ketika sebuah mobil menabrak supporter
Jerman enggan mengkritisi Israel karena tanggung jawab sejarah. Namun, ia mengaku tak bisa lagi memahami tujuan Zionis di Gaza.
REMAJA 18 tahun bernama Muammar, ditangkap oleh pihak Datasemen Khusus (Densus) 88 saat sedang membeli air galon, Sabtu (24/5) petang karena diduga terlibat aktivitas terorisme.
MENTERI Dalam Negeri Republik Indonesia (Mendagri), Tito Karnavian, menyampaikan pidato kunci dalam forum internasional bertema keamanan global yang diselenggarakan di Doha, Qatar.
Masih adanya stigma terhadap orang dengan HIV/AIDS (ODHA) di masyarakat, sehingga mereka kerap diabaikan sebagai pemilih.
Selain upaya percepatan eliminasi Tuberkulosis atau TB di Indonesia, penting untuk menghapus stigma negatif yang melekat pada TB. Stigma sering menjadi penghalang bagi orang dengan TB.
Kader diajak memahami dampak stigma yang menyebabkan ODGJ dan keluarganya merasa malu, mengalami diskriminasi, dan enggan berinteraksi dengan masyarakat.
Pendataan disabilitas dilakukan oleh berbagai kementerian dan lembaga, akan tetapi instrumen yang digunakan sering kali berbeda sehingga tak terjadi sinkronisasi data.
Ketua Program Studi Indonesia dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro, M. Umar Muslim mengungkapkan minat siswa yang mendaftar jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia cukup tinggi.
Riskesdas 2018 mengungkapkan bahwa prevalensi obesitas di kalangan orang dewasa Indonesia meningkat dari 19,1% pada 2007 menjadi 35,4% pada 2018.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved