Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
DIRJEN Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan Maria Endang Sumiwi mengatakan sekitar 61,86% penderita gangguan jiwa belum mendapatkan akses layanan sesuai standar.
Pemberian fasilitas pengobatan kesehatan jiwa sangat penting bagi masyarakat mengingat kesehatan jiwa sangat mempengaruhi mental seseorang yang dampak terburuknya hingga bunuh diri.
"Kita juga melihat dari data-data pelayanan yang bisa kita berikan saat ini baru sekitar 50% dari seluruh Puskesmas kita yang jumlahnya 10.321 unit yang baru mampu memberikan pelayanan kesehatan jiwa," kata Maria saat peringatan Puncak Hari Kesehatan Jiwa Sedunia Tahun 2022, pada 10 Oktober 2022 lalu.
Ia menyampaikan, jumlah psikiater di Indonesia yang menurut standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) seharusnya 1:30.000 penduduk, namun saat ini masih 1:200.000. Selain itu masih ada 4 provinsi belum memiliki rumah sakit jiwa dan baru 40% rumah sakit umum dengan pelayanan jiwa.
"Dalam situasi seperti ini kesempatan ini saya ingin menggunakan sebagai momentum bersama nantinya kita memperkuat jejaring layanan kesehatan jiwa dari rumah sakit rujukan sampai dengan di masyarakat Puskesmas," ujarnya.
Menurutnya jika harus memenuhi psikiater sesuai standar WHO maka akan sangat lama sehingga perlunya terobosan agar beban kesehatan jiwa bisa di layani dengan jejaring yang ada.
Dihubungi terpisah Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) dr. Diah Setia Utami, SpKJ menilai selain pemerintah peran masyarakat juga harus ditingkatkan terutama dalam hal awarness dan edukasi. Agar kesehatan jiwa juga diperhatikan sehingga penyintas tidak lagi memikirkan untuk percobaan bunuh diri.
"Pertama, awareness masyarakat tentang kesehatan jiwa khususnya depresi masih rendah. Kedua, keluarga sering kali tidak menganggap sesuatu yang serius terhadap masalah yang dihadapi anggota keluarga," ujarnya.
Ketiga alat keshatan untuk layanan kesehatan jiwa yang masih terbatas, dan yang masih berat adalah stigma terhadap penyintas kesehatan jiwa maupun Orang Dengan Masalah Kejiwaan (ODMK).
"Kondisi di atas juga yang menyebabkan deteksi dini dari gangguan jiwa termasuk bunuh diri tidak terdeteksi lebih dini dan bisa diintervensi sejak awal," ujarnya.
Masalah kesehatan jiwa merupakan masalah global dan nasional yang masih perlu mendapatkan perhatian. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) adanya peningkatan prevalensi penduduk yang mengalami gangguan mental emosional pada populasi usia di atas 15 tahun dari 6% pada 2013 menjadi 9,8% pada 2018.
Masalah kesehatan jiwa juga menjadi peringkat pertama penyebab beban kesehatan Indonesia pada remaja bila dihitung melalui Years lived with disability (YLD).
Pada remaja kesehatan mental menjadi masalah kesehatan utama sebesar 11,76% data tahun 2019 dan menjadi 20 penyebab kematian pada remaja. (H-2)
Pada orang dengan hoarding disorder, penimbunan sering kali dilakukan secara acak dan sembarangan. Mereka merasa aman saat bisa menumpuk sampah karena merasa sayang saat membuangnya.
Salah satunya ialah muncul stresor pada penderita OCD. Stresor merupakan faktor-faktor dalam kehidupan manusia yang mengakibatkan terjadinya respons stres.
Prevalensi depresi tertinggi terjadi pada kelompok usia 15-24 tahun dengan sebanyak 2 persen yang didominasi dari latar belakang ekonomi bawah.
Potensi risiko gangguan kejiwaan di kalangan caleg menjadi atensi manajemen RSUD Sayang.
Berdasarkan informasi dari keluarganya, petugas tersebut memiliki riwayat dan keturunan penyakit kejiwaan
Angka kejadian gangguan jiwa di Indonesia terus meningkat, dalam waktu lima tahun terakhir.
Seiring mobilitas yang semakin tinggi dan hadirnya beragam profesi, figur ayah di rumah terasa kurang dan membuat ikatan emosional antar ayah dan anak berkurang
Tren gaya hidup tanpa alkohol semakin berkembang di tengah masyarakat, dengan banyak orang memilih untuk mengurangi atau bahkan menghentikan konsumsi alkohol.
Ternyata, terdapat sebuah penelitian baru yang menunjukkan bahwa rajin berolahraga bisa membantu menutunkan tingkat depresi.
Hari terakhir di sekolah bisa membawa kesedihan bagi anak. Mereka harus berpisah dengan guru dan teman-teman akan memberikan tantangan emosional.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved