Headline
Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.
Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.
Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.
GANGGUAN Obsesif-Kompulsif (OCD) adalah salah satu jenis gangguan mental yang sering kali tidak disadari serta dianggap sebagai kebiasaan biasa oleh banyak orang. Sebenarnya, gangguan ini bisa sangat mengganggu keseharian seseorang secara signifikan jika tidak mendapatkan penanganan yang tepat.
OCD dicirikan oleh dua elemen utama, yaitu obsesi dan kompulsi, yang terjadi berulang kali dan sulit untuk dikendalikan oleh penderitanya.
Berdasarkan informasi dari Siloam Hospitals, OCD dapat mempengaruhi siapa saja tanpa memandang usia atau jenis kelamin, meskipun biasanya muncul pada masa remaja hingga awal dewasa. Gangguan ini bersifat kronis dan bisa berlangsung lama, sehingga penting untuk mengenalinya sejak awal.
Gejala utama OCD dibagi menjadi dua kategori penting: obsesi dan kompulsi. Walaupun keduanya seringkali berhubungan, keduanya memiliki perbedaan mendasar baik dari segi bentuk maupun dampaknya.
Obsesi
Obsesi adalah pikiran, dorongan, atau gambaran yang muncul berulang kali, tidak diinginkan, dan menimbulkan perasaan cemas.
Obsesi terbentuk dalam pikiran, bukan sebagai tindakan fisik. Penderita seringkali memahami bahwa pikirannya tidak logis, tetapi tetap tidak mampu untuk menghentikannya.
Contoh obsesi yang umum adalah:
Kompulsi
Kompulsi adalah tindakan yang dilakukan berulang kali untuk mengurangi kecemasan yang disebabkan oleh obsesi.
Kompulsi bisa berupa perilaku fisik maupun aktivitas mental, dan sering dilakukan seperti suatu ritual meskipun tidak memiliki hubungan logis dengan ketakutan yang dialami.
Contoh kompulsi adalah:
Informasi dari Halodoc menyatakan bahwa jika pikiran dan perilaku ini berlangsung lebih dari satu jam sehari dan mengganggu keseharian, maka dapat dianggap sebagai OCD.
Di banyak situasi, penderita merasa malu dan berusaha menyembunyikan gejala-gejala tersebut dari orang lain.
Diagnosis OCD dilakukan oleh tenaga profesional kesehatan mental seperti psikiater atau psikolog melalui wawancara dan observasi.
Menurut penjelasan dari Alodokter, OCD tidak dapat dideteksi melalui tes laboratorium, melainkan melalui evaluasi psikologis yang berdasarkan kriteria medis tertentu.
Beberapa langkah dalam proses diagnosis OCD mencakup:
Jika tanda-tanda yang muncul mengganggu kehidupan sehari-hari dengan serius dan bertahan setidaknya dua minggu, maka diagnosis OCD bisa ditetapkan.
Tanpa penanganan yang tepat, OCD dapat berujung pada depresi, masalah tidur, kesulitan bersosialisasi, bahkan kehilangan kemampuan dalam bekerja atau belajar.
Penanganan OCD umumnya dilakukan dengan kombinasi terapi perilaku kognitif (CBT) dan obat antidepresan berupa selective serotonin reuptake inhibitors (SSRI) yang berfungsi menyeimbangkan bahan kimia di otak.
Kesadaran tentang OCD masih sangat minim di masyarakat. Banyak orang melihat gejala OCD sebagai perilaku aneh atau sekadar sikap perfeksionis, padahal OCD adalah kondisi medis yang bisa diobati.
Dukungan dari keluarga, komunitas, dan akses ke layanan kesehatan mental sangat penting untuk membantu proses pemulihan. (Z-1)
Salah satunya ialah muncul stresor pada penderita OCD. Stresor merupakan faktor-faktor dalam kehidupan manusia yang mengakibatkan terjadinya respons stres.
Webinar ini memberikan insight bahwa orang normal pada umumnya pernah berpikir negatif, namun hal tersebut dapat dihentikan.
Dilansir dari berbagai sumber, penderita gangguan jiwa tertinggi di Indonesia terdapat di DKI Jakarta. Sebanyak 24,3% penderita gangguan jiwa di Jakarta.
Nurma mengatakan, tidak ada gelagat aneh yang diperlihatkan tersangka saat menjalani pemeriksaan. Saat ini kondisi tersangka sudah mulai stabil.
Tindakan tegas dan proses hukum secara transparan akan dilakukan terkait kasus seorang anggota polisi yang membunuh ibu kandungnya di Cileungsi, Bogor, Jawa Barat.
Prevalensi depresi tertinggi terjadi pada kelompok usia 15-24 tahun dengan sebanyak 2 persen yang didominasi dari latar belakang ekonomi bawah.
DINAS Kesehatan Kota Yogyakarta mencatat orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) di Kota Yogyakarta mencapai 1.239 penderita pada 2023, termasuk warga luar wilayah.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved