Headline
Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.
Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.
Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.
PESINETRON Aliando Syarief mengungkapkan dirinya didiagnosis menderita obsessive compulsive disorder (OCD) selama beberapa tahun. Gangguan mental itu membuat dirinya tak bisa beraktivitas secara normal. Aliando mengaku gejala penyakit OCD yang dialaminya tergolong ekstrem sehingga perlu pengobatan menyeluruh. Kondisi tersebut memaksa dirinya mulai jarang tampil di layar kaca.
Spesialis kedokteran jiwa, dr Zulvia Oktanida Syarif, menjelaskan OCD ialah sejenis gangguan mental yang ditandai dengan adanya gejalan obsesi (pikiran yang terjadi berulang) dan kompulsi (tindakan yang berulang). Namun, belum diketahui penyebab pastinya.
"Orang dengan OCD memiliki gejala obsesi, kompulsi, atau keduanya. Gejala-gejala ini dapat mengganggu semua aspek kehidupan, seperti pekerjaan, sekolah, dan hubungan pribadi," kata Zulvia dalam diskusi virtual dilansir pada Minggu (13/2).
Baca juga : Menkes: 1 dari 10 Orang di Indonesia Idap Gangguan Kesehatan Jiwa
Obsesi merupakan pikiran yang berulang, dorongan, atau gambaran mental yang menyebabkan kecemasan. Sementara itu, kompulsi ialah perilaku berulang seseorang dengan OCD merasakan dorongan untuk melakukan dalam menanggapi pemikiran obsesif.
Kompulsi umum, termasuk pembersihan berlebihan atau mencuci tangan, memesan, dan mengatur sesuatu dengan cara yang khusus dan tepat. Pengidap juga bisa berulang kali memeriksa berbagai macam hal seperti memeriksa pintu apakah sudah terkunci.
Gejala bisa datang dan pergi, mereda seiring waktu, atau memburuk. Meskipun sebagian orang dewasa dengan OCD menyadari apa yang mereka lakukan tidak masuk akal, ada orang dewasa dan sebagian besar anak yang tidak menyadari bahwa perilaku mereka di luar kebiasaan. Orangtua atau guru biasanya mengenali gejala OCD pada anak-anak.
Baca juga : Satu dari Tiga Remaja Indonesia Punya Masalah Kesehatan Mental
Ada beberapa faktor penyebab terjadinya OCD pada seseorang. Salah satunya ialah muncul stresor pada penderita OCD. Stresor merupakan faktor-faktor dalam kehidupan manusia yang mengakibatkan terjadinya respons stres. "Stresor ini berasal dari berbagai sumber, baik dari kondisi fisik, psikologis, maupun sosial," ujarnya.
Dia menjelaskan OCD dapat muncul di usia 10 tahun hingga 24 tahun bahkan bisa dari dari SD atau SMP. Kondisi itu sangat mengganggu aktivitas bagi penderitanya. Bahkan, ketika stresor tersebut muncul saat dewasa dapat membuat kondisi penderitanya semakin berat.
"Menurut penelitian, faktor risiko OCD yang berasal dari faktor biologis ialah adanya ketidakseimbangan neurotransmiter di otak. Faktor lain ialah faktor genetik, pola asuh, perkembangan anak, dan faktor stresor sosial," sebutnya.
Baca juga : Inilah Psikiater Pencipta Modul Terapi Musik Pertama untuk ODGJ
Zulvia menjelaskan penanganan pada penderita OCD harus komprehensif atau menyeluruh dengan pemberian obat untuk menyeimbangkan neurotransmiter di otak yang menyebabkan adanya obsesi dan kompulsi.
"Penanganan kedua dengan psikoterapi yang merupakan suatu jenis terapi di mana penderita akan dibantu oleh terapis untuk mengatasi obsesi dan kompulsi. Salah satu jenis dari terapi tersebut adalah CBT atau terapi perilaku kognitif," paparnya.
Tidak ada cara yang pasti untuk mencegah gangguan obsesif-kompulsif. Namun, mendapatkan pengobatan sesegera mungkin bisa membantu mencegah OCD memburuk dan mengganggu kegiatan dan rutinitas pengidap sehari-hari. (H-2)
OCD dicirikan oleh dua elemen utama, yaitu obsesi dan kompulsi, yang terjadi berulang kali dan sulit untuk dikendalikan oleh penderitanya.
Dilansir dari berbagai sumber, penderita gangguan jiwa tertinggi di Indonesia terdapat di DKI Jakarta. Sebanyak 24,3% penderita gangguan jiwa di Jakarta.
Nurma mengatakan, tidak ada gelagat aneh yang diperlihatkan tersangka saat menjalani pemeriksaan. Saat ini kondisi tersangka sudah mulai stabil.
Tindakan tegas dan proses hukum secara transparan akan dilakukan terkait kasus seorang anggota polisi yang membunuh ibu kandungnya di Cileungsi, Bogor, Jawa Barat.
Prevalensi depresi tertinggi terjadi pada kelompok usia 15-24 tahun dengan sebanyak 2 persen yang didominasi dari latar belakang ekonomi bawah.
DINAS Kesehatan Kota Yogyakarta mencatat orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) di Kota Yogyakarta mencapai 1.239 penderita pada 2023, termasuk warga luar wilayah.
Merasa seperti sedang diawasi meski sendirian? Pelajari penyebab ilmiah dan pentingnya intervensi dini untuk menjaga kesehatan mental.
Program Mental Ease at Workplaces menjadi komitmen jangka panjang Otsuka Group dalam bidang keberlanjutan sumber daya manusia dan kesejahteraan karyawan.
Banyak yang percaya posisi tidur mencerminkan kondisi emosional atau mental seseorang. Namun, benarkah demikian?
Kesehatan mental yang baik berawal dari kebiasaan kecil, termasuk apa yang Anda konsumsi setiap hari. Tahukah Anda bahwa makanan tertentu mampu meningkatkan mood secara alami?
Ketika anak terlalu sering melihat konten negatif yang muncul seperti kekerasan mereka bisa menganggap hal tersebut sebagai sesuatu yang biasa atau wajar.
PENELITIAN terbaru memperingatkan diet rendah kalori dapat memicu depresi. Pria disebut lebih rentan terhadap efek negatif dari pembatasan makan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved