Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Mager atau malas gerak ternyata dapat menimbulkan penyakit tidak menular (PTM) seperti jantung, obesitas, diabetes, dan lainnya. Apalagi ditambah konsumsi gula, garam, lemak (GGL) yang tinggi, merokok, dan meminum alkohol yang menambah kasus kesakitan hingga kematian.
"Di mana konsumsi gula garam lemak yang tinggi ini juga bisa menyebabkan atau pemicu penyebab kardiovaskular. Selain itu juga bisa sebabkan kanker, diabetes melitus, dan permasalahan kronik lainnya," kata Direktur P2PTM Kementerian Kesehatan Dr Eva Susanti dalam konferensi pers secara daring, Rabu (28/9).
Persoalan utama yakni kurangnya aktivitas fisik setiap hari karena dengan kecanggihan teknologi kemudian kehidupan yang lebih baik di daerah perkotaan ini menyebabkan masyarakat hidup dengan mager atau malas gerak.
"Kemudian juga terkait dengan konsumsi alkohol ini juga menyebabkan seluruh permasalahan penyakit tidak menular ini," ujarnya.
Sementara prevalensi merokok juga terjadi peningkatan terutama pada perokok anak dengan umur 10-18 tahun dan peningkatan hampir 200% untuk perokok elektrik yang menimbulkan bahaya yang harus diselesaikan.
Kurang aktivitas fisik, kurang makan buah dan sayur kemudian tidak rajin olahraga, dan tinggi asupan gula garam dan lemak sangat berpengaruh pada kesehatan.
Hanya 3 dari 10 penderita PTM yang terdeteksi selebihnya mereka tidak tahu bahwa mereka sakit karena ini biasanya PTM itu tidak ada gejala dan tanda sampai terjadinya komplikasi.
"Kemudian ironisnya lagi bahwa dari 3 penderita PTM tersebut hanya satu orang yang berobat secara teratur tentu persoalan ini harus kita jawab," tuturnya.
Alhasil angka obesitas meningkat dari 14,8% menjadi 21,8%. Fakta yang terjadi adalah banyak orang dewsa yang makin banyak jarang berolahraga. Justru meningkatkan konsumsi rokok dan alkohol.
"Untuk diabetes ini meningkat lebih dari 50% pada 10 tahun terakhir ini kalau kita tidak kendalikan tentunya beberapa tahun ke depan kita akan menghadapi permasalahan yang lebih besar lagi," ungkapnya.
Faktor risiko ini bisa dikendalikan jika semua masyarakat mempunyai keinginan yang sama untuk hidup lebih sehat dan mengurangi angka kesakitan hingga kematian. (OL-12)
Jika tidak terdeteksi sejak dini, gagal jantung dapat memicu komplikasi yang serius, bahkan menyebabkan kematian.
Universitas Johns Hopkins mengembangkan model AI yang mampu memprediksi risiko kematian jantung mendadak lebih akurat.
Faktor risiko penyakit jantung pada populasi dewasa muda sama dengan mereka yang berusia lebih tua, yaitu obesitas, merokok, diabetes atau kadar gula darah tinggi,
Teknologi AI dan digital sangat penting untuk menutup kesenjangan layanan jantung di Indonesia
Cara tidur seseorang dapat menjadi sinyal awal adanya masalah pada jantung.
belum adanya dokter jantung di daerah tertentu di Indonesia serta belum lengkapnya fasilitas diagnostik penyakit jantung yang baik menyebabkan keterlambatan dalam diagnosis dan pengobatan.
Dalam dunia kerja, obesitas dapat mengganggu keberlangsungan produktivitas (brain fog) dan penurunan kesehatan karena penyakit penyerta dari obesitas.
Samoa, Nauru, dan Tonga masuk dalam daftar negara dengan tingkat obesitas tertinggi di dunia. Bagaimana dengan Indonesia? Simak data terbaru dari WHO.
Menurut data Survei Kesehatan Indonesia dari Kementerian Kesehatan, prevalensi obesitas nasional 2023 pada penduduk umur di atas 18 tahun, mengalami peningkatan.
Poin yang membedakan Lighthouse Advanced dari klinik lain adalah pendekatannya yang menyeluruh dan berkelanjutan melalui Companion Program.
OBESITAS pada anak merupakan kondisi yang bisa memicu munculnya berbagai penyakit berbahaya. Asupan Protein hewani bisa menjadi cara untuk mengatasi obesitas pada anak.
Protein hewani bukan sekadar pelengkap—bagi anak, ia adalah fondasi utama untuk tumbuh sehat dan terhindar dari obesitas.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved