Headline
Presiden Prabowo berupaya melindungi nasib pekerja.
Laporan itu merupakan indikasi lemahnya budaya ilmiah unggul pada kalangan dosen di perguruan tinggi Indonesia.
MENYEDIAKAN kegiatan lain untuk anak dapat membantu mereka terlepas dari kecanduan gawai. Hal itu diungkapkan psikolog anak dari Tiga Generasi Vera Itabiliana Hadiwidjojo.
"Ketika anak melihat tidak ada pilihan lain, dia akan mencari apa yang ada. Bedanya sama orang dewasa kan mereka masih bisa cari pilihan lain sendiri. Anak-anak tuh belum bisa seperti itu. Oleh sebab itu perlu orang dewasa untuk membantu," jelas Vera, dikutip Selasa (9/8).
Vera menyampaikan, agar anak tidak kecanduan gawai, orangtua perlu memberi tahu kepada anak kegiatan apa saja yang bisa dia lakukan di dalam rumah. Tidak hanya itu, orangtua juga perlu menyediakan lebih banyak waktu untuk berkumpul dan berkegiatan bersama anak di rumah.
Baca juga: Memasak Bisa Jadi Quality Time Bersama Keluarga
"Kalau di rumah saja, kasih tahu apa yang bisa dilakukan. Mungkin mulai dari orangtuanya lebih banyak kasih waktu kumpul di rumah. Mulailah bikin jadwal untuk kembalikan lagi aktivitas anak. Soalnya selama 2 tahun pandemi ini kan kita berkutat dengan jadwal. Sekarang harus dibuat lagi jam-jam kegiatan anak," kata Vera.
"Diatur juga jam main gawainya. Kalau sulit sekali, mungkin bisa dibantu dengan wifi-nya dicabut dulu atau disimpan dulu gadgetnya. Nah pada saat nggak boleh pegang gadget, orangtua juga harus menyediakan pilihan dia harus ngapain. Jadi kasih dia kegiatan. Kalau cuma ditarik saja gadgetnya, pasti balik lagi kebiasaanya," imbuhnya.
Sebagai salah satu contoh kegiatan, Vera menyarankan kepada orangtua untuk mencoba bereksperimen bersama anak di rumah. Eksperimen juga dapat dilakukan di berbagai macam bidang, misalnya seperti memasak bersama anak di dapur.
Namun, sayangnya, Vera mengatakan, umumnya, orangtua terlalu lelah untuk melakukan hal tersebut. Sehingga, orangtua akan cederung kurang sabar dan enggan bereksperimen dengan anak karena takut rumah menjadi berantakan. Padahal, bereksperimen bersama anak justru akan menimbulkan dampak besar bagi diri anak sehingga hal ini perlu untuk dilakukan.
"Sebenarnya intinya eksperimen itu kan mencoba sesuatu, mengasah berpikir kritis. Cuma kendalanya adalah orangtua terkadang terlalu lelah. Jadi tidak sabar. Takut berantakan atau segala macam," ungkap Vera.
"Kalau takut berantakan, kita berapa lama sih kalau beresin rumah? Paling lama 2 jam lah ya. Tapi dampaknya kepada anak kan akan lebih dari itu. Dia bisa tahu kalau belajar ternyata menyenangkan. Itu saja susah loh untuk menumbuhkan rasa semangat belajar pada anak," lanjutnya.
Terakhir, Vera menyampaikan, jika anak mulai merasa bosan untuk melakukan kegiatan tersebut, cobalah untuk bernegosiasi dengan anak. Dengan demikian, orangtua juga dapat lebih memahami keinginan sang anak.
"Kalau anak bosan, ya yang namanya bosan pasti wajar. Tapi kita orangtua juga jangan buru-buru ketika anak bilang bosan. Kadang anak hanya perlu didengar dulu emosinya apa. Tanyakan bosannya karena apa. Dengan begitu bisa negosiasi juga dengan anak," tutupnya. (Ant/OL-1)
Gejala awal pneumonia pada anak sering disalahartikan sebagai batuk pilek biasa, sehingga tidak jarang kondisi ini disepelekan begitu saja.
Anak-anak yang tumbuh bersama ayah yang aktif secara fisik cenderung memiliki perkembangan fisik yang kuat.
Pola makan bergizi seimbang bisa mengikuti panduan Isi Piringku dari Kementerian Kesehatan yang memuat proporsi nasi, sayur, lauk hewani, dan buah sebagai acuan yang mudah diterapkan di rumah.
PHBS ini sebenarnya utamanya untuk anak-anak usia sekolah, karena biasanya mereka sudah dikasih untuk makan bekal sendiri, jadi sudah dilepas sama orangtua.
Vaksinasi influenza memang tidak menjamin anak bebas dari flu sepenuhnya, namun dapat mencegah gejala menjadi berat atau komplikasi serius.
Keterlibatan ayah tidak hanya membentuk aspek fisik anak, tapi, juga mempengaruhi kepercayaan diri dan keberanian mengambil risiko.
Ketika anak mengalami kecemasan saat dijauhkan dari gawainya, itu menjadi salah satu gejala adiksi atau kecanduan.
KEHIDUPAN masyarakat modern semakin tergantung dengan sejumlah gawai seperti telepon seluler (ponsel) tetapi juga ramah lingkungan.
Balita berumur kurang dari dua tahun menjadi kelompok paling berisiko terhadap dampak dari screen time (paparan waktu layar).
Kebiasaan bermain dan melihat konten menggunakan gawai bisa membuat anak susah memusatkan perhatian dan menyebabkan penurunan kemampuan sensorik anak.
Melatonin merupakan hormon yang bikin mengantuk hingga seseorang akhirnya bisa tertidur.
Kondisi ini dikenal sebagai gadget neck, yaitu nyeri yang muncul karena posisi kepala menunduk terlalu lama, seperti saat menatap layar ponsel atau laptop.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved