Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
INDONESIA menjadi contoh baik dalam pelaksanaan negara demokrasi di tengah kondisinya yang memiliki budaya dan agama yang beraneka ragam. Hal itu diakui oleh Presiden Timor Leste Jose Ramos Horta.
"Di Asia Tenggara, Indonesia menunjukkan keberhasilan sistem demokrasinya. Bukan hanya di tingkat Asia Tenggara, saya rasa. Tapi juga diantara seluruh negara asia," kata Jose dalam Kuliah Umum bertajuk Peran Islam Indonesia dalam Tatanan Dunia Berkeadilan yang diselenggarakan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Rabu (20/7).
Keberhasilan demokrasi Indonesia bukan hanya tercermin saat ini saja. Bahkan sejak dulu, saat Jose masih berstatus sebagai mahasiswa, di mana ia pertama kali menginjakkan kaki di Indonesia. Sekitar tahun 1960 hingga 1970-an. Saat itu dia datang ke Indonesia dengan tujuan untuk melakukan diplomasi demi kemerdekaan Timor Leste. Jose mengaku belajar banyak dari pemimpin Indonesia saat itu.
Ia mengaku, dalam kepemimpinannya di Timor Leste yang memiliki beragam suku, budaya dan agama saat ini, pembelajaran demokrasi di Indonesia sangatlah berarti.
"Penduduk Timor Leste memiliki banyak bahasa, agama dan juga ras. Ada Austronesia, Tionghoa dan keturunan Portugis Eropa, tapi semua menjalankan kebebasan memilih dan berpendapat dengan baik. Masalah sosial seperti kemiskinan tentu masih ditemui. Tapi tidak menjadikan hal itu jadi pemicu konflik diantara kita," beber Jose.
"Saya rasa kita harus berterima kasih atas kepemimpinan BJ Habibie yang membawa Indonesia untuk menjadi negara demokrasi. Juga Presiden Megawati, Gus Dur, dan bahkan idola saya sampai saat ini, Soekarno, pemimpin bangsa yang sungguh memiliki peran berarti pada kemajuan demokrasi di Indonesia dan bahkan dunia," pungkas dia.
Pada kesempatan itu, Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Azyumardi Azra mengungkapkan, saat ini dunia memang dipenuhi dengan berbagai konflik. Dan konflik terbesar banyak terjadi di negara-negara Islam seperti Arab Saudi, Irak hingga Afganistan.
"Kita bersyukur Indonesia negeri yang aman. Walaupun ada sedikit kegaduhan politik tapi harus kita syukuri bahwa kegaduhan itu tidak sampai mengacaukan tatanan bernegara," ucapnya.
Tapi, lanjut dia, kedamaian Indonesia tidak bisa kita anggap selesai dan harus diperkuat terus-menerus. Pasalnya, ada banyak faktor yang memicu munculnya perpecahan, mulai dari perang, kesenjangan ekonomi, hingga kesenjangan sosial.
Dalam hal ini, ia menilai bahwa umat Islam memiliki tanggung jawab khusus dalam menjaga Indonesia agar tetap damai.
Pasalnya, Indonesia menganut Islam Wasathiyah, yang merupakan ajaran Islam dengan ajaran yang kompatibel dengan segala perkembangan zaman.
"Misalnya saja di sini kaum perempaun dapat kedudukan yang tinggi dan bisa kemana saja. Islam Wasathiyah kompatibel dengan modernitas. Karenanya Indonesia sebagai negara demokrasi dan negara Islam tidak bertentangan seperti yang terjadi di negara Islam lain," beber dia.
"Ini yang dulu gencar sekali diekspor oleh pemerintahan SBY ke wilayah Eropa dan Timur Tengah. Tapi sayang sekali kemudian upaya mengekspor Islam Wasathiyah dan demokrasi relatif menurun. Kita perlu merevitalsiasi peran Indonesia dalam hal ini, untuk mengambil peran di perdamaian dunia lebih besar lagi," pungkasnya.
Pada kesempatan yang sama, Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Amany Lubis mengamini pernyataan Azyumardi. Ia mengungkapkan bahwa Islam selalu mengajarkan perdamaian dan toleransi yang tinggi. Untuk itu, ia berharap Indonesia bisa menjadi percontohan sebagai negara Islam yang demokratis.
"Nabi Muhammad SAW mengajarkan kita untuk menghormati satu sama lain, apapun latar belakangnya. Utuk itu kami berharap agar demokrasi di Indonesia, yang notabene adalah negara Islam, dapat menjadi contoh. Adanya peleburan antara budaya, ilmu pengetahuan dan agama dapat bersatu untuk mencapai kemajuan dan kedamaian," pungkas dia. (H-2)
Presiden Timor Leste, José Ramos-Horta, menyampaikan duka cita mendalam atas wafatnya Paus Fransiskus.
Beasiswa Human Capital Development Fund menyediakan US$30 juta per tahun untuk mengirim mahasiswa Timor Leste ke berbagai universitas ternama di Asia Tenggara dan Australia.
Presiden Ramos-Horta menegaskan pentingnya membangun hubungan yang lebih baik antara Indonesia dan Timor Leste
Kuliah umum dari Presiden Ramos Horta diharapkan menjadi dukungan UIN Jakarta bagi pemerintah Indonesia. Khususnya, mendorong terwujudnya Timor Leste sebagai negara demokratis.
Dalam konteks Indonesia, kebijakan publik sering kali menjadi paradoks yang menyakitkan, alih-alih menyelesaikan masalah justru melahirkan konflik baru.
KETUA Umum Rampai Nusantara, Mardiansyah Semar, menegaskan bahwa hak politik Presiden ketujuh RI Joko Widodo (Jokowi) sebagai warga negara dilindungi oleh undang-undang.
Sebagaimana dirumuskan para pendiri bangsa, demokrasi Indonesia dibangun di atas kesepakatan kebangsaan—yakni Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika.
PPP yang melirik figur di luar partai untuk jadi ketum juga imbas tidak berjalannya kaderisasi. Figur di luar partai yang berduit juga diperlukan untuk kebutuhan partai.
"Dari segi teoretis dan data empiris, pemilu yang baru dilaksanakan ini justru merugikan kualitas demokrasi."
MANTAN Presiden Universitas Harvard, Drew Gilpin Faust, mengajak masyarakat Amerika untuk angkat suara dalam membela nilai-nilai fundamental.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved