Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
FAKULTAS Studi Islam Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII), mengadakan Kolokium studi Islam pertama dengan tema “Decentering Islamic Studies” pada 12-13 Juli 2022 di Gedung Theater Fakultas Studi Islam UIII.
Tema itu diambil sebagai bagian untuk menunjukkan peran penting Islam Indonesia dalam peta studi-studi Islam di dunia, dari masa lalu hingga sekarang ini.
Timur Tengah yang melahirkan Islam dengan segala dinamikanya dalam sejarah berhasil memapankan studi-studi Islam dengan karakter intertekstualitasnya yang sangat dominan.
Barat di lain pihak sejak abad XVIII hingga kini mencoba menjadi alternatif studi Islam dengan kekuatan analitis dan metodologisnya. Keduanya memiliki sejarah dan konteks sosial-politiknya yang berdampak plus-minus bagi dunia Islam, khususnya Indonesia.
Secara individual, ulama-ulama Indonesia telah berkiprah di Tanah Suci sebagai pengajar di Tanah Suci Haramain, juga sebagai penulis kitab-kitab yang dipelajari di banyak kuttab dan pusat studi di seluruh dunia Islam.
"Decentering Islamic Studies pada dasarnya melanjutkan cita-cita ulama nusantara dulu untuk menjadikan Indonesia sebagai salah satu pusat studi Islam di dunia. Pesantren-pesantren yang telah berdiri ratusan tahun juga menjadi bagian penting proyek besar ini," tulis Dekan Fakultas Studi Islam UIII Noorhaidi Hasan dalam keterangannya.
Di lingkungan akademika, UIN/IAIN/STAIN telah menjadi pusat-pusat baru pengembangan studi dan pemikiran Islam. Secara alamiah, sedang terjadi “pelepasan” Timur Tengah sebagai satu-satunya pusat studi Islam, sekaligus “pelepasan” Barat sebagai satu-satunya alternatif pengembangan studi Islam.
Sebagai konsekuensinya, “decentering” tidak hanya bermaksud menjadikan Indonesia sebagai satu-satunya alternatif pengembangan pusat studi Islam di luar Timur Tengah dan Barat. “Decentering” ini tentu saja bermaksud mendukung muncul dan mapannya ruang-ruang baru dan pusat-pusat studi alternatif bagi pemikiran Islam di wilayah-wilayah lain, selama syarat-syarat dan per-kondisinya memungkinkan.
Colloquium studi Islam yang digagas oleh Fakultas Studi Islam UIII digerakkan oleh konteks regional dan global tersebut. Fakultas Studi Islam saat ini diperkuat oleh sarjana-sarjana Indonesia dan asing jebolan perguruan tinggi ternama dari berbagai penjuru dunia seperti Utrecht University, al-Azhar University in Cairo, Mohamed V Rabat, Amsterdam University, Australia National University, University of California, Edinburgh University dan lainnya.
Baca juga : Pakar: Kurikulum Merdeka Harus Diterapkan Serentak
Sarjana-sarjana Indonesianya sendiri adalah alumni pesantren dan IAIN/UIN di berbagai wilayah di Indonesia. Karya-karyanya telah menghiasi kepustakaan nasional dan internasional. Kekuatan ini telah menjadi pra-syarat dan pre-kondisi ide “decentering” ini.
Dalam Colloquium ini, FSI-UIII mengundang akademisi-akademisi mapan dan yang sedang menjadi promosi stars baik di luar negeri maupun di Indonesia. Mereka diundang secara khusus untuk menyampaikan pemikiran dan gagasan mereka terkait ide “decentering” ini.
Diantara akamedisi itu, ialah Ismail Fajrie Alatas (New York University), Martin Slama (Agustian Academy foto Science), Sadek Hamid (University foto Wales Trinity St. David, UK), Kholoud Al-Ajarma (Edinburgh University), Siti Sarah Muwahidah (Edinburgh University), dan Muhammad El-Marakeby (Al-Azhar University Cairo dan UIII).
"Kolokium ini juga menghadirkan 43 nara sumber yang di seleksi ketat melalui proses Call for Papers. Mereka berasal dari universitas-universitas terkemuka di Mesir, Beirut, Teheran, Afrika. Dari dalam negeri, para nara sumber adalah periset dan dosen di berbagai perguruan tinggi Islam dan universitas terkemuka di seluruh Indonesia,"imbuh Noorhaidi.
Selain itu, Kolokium juga dirangkaikan dengan peluncuran Islamic Studies Review (ISR), sebuah jurnal akademik yang dirancang dan didisain menjadi salah satu alternatif media dan jurnal pengembangan pemikiran dan studi Islam di level internasional.
Di edisi perdana, Islamic Studies Review (ISR) menampilkan penulis-penulis mapan dan berkembang di risetnya masing-masing. Selain lima artikel ini, ISR juga memuat dua Book Review untuk memperkenalkan dan mengkritisi publikasi-publikasi baru terkait studi Islam. Tidak hanya itu, Kolokium juga akan mengumumkan pemenang “FIS-UIII Award” dalam kompetisi menulis dengan total hadiah Rp62 juta.
Noorhaidi Hasan berharap Kolokium itu dapat menghasilkan pendekatan-pendekatan baru dalam pengembangan studi Islam sehingga konteks “decentering” ini semakin menguat.
Di saat yang sama, Rektor UIII Komaruddin Hidayat juga berharap, agar Kolokium yang menghadirkan 48 nara sumber dari dalam dan luar negeri ini, dapat menjadi ajang ilmiah alternatif selain konferensi-konferensi reguler yang sudah mapan di berbagai universitas terkemuka di dunia. (RO/OL-7)
Penandatanganan MoU menjadi langkah konkret FPPTI dalam mendukung pertumbuhan literasi ilmiah di Indonesia, khususnya dalam bidang perpustakaan perguruan tinggi.
Publikasi karya ilmiah memerlukan kolaborasi yang baik, sehingga memerlukan pendampingan agar hasilnya optimal.
Kesuksesan Serdang Bedagai memberi contoh bahwa pemberian pangan lokal, seperti ikan gabus sangat dibutuhkan untuk pengentasan stunting dalam waktu singkat.
Hasil rekomendasi TPF ditindaklanjuti dengan dua Surat Keputusan (SK) Rektor Unas. SK No 116 Tahun 2024.
Jurnal Pancasila Law Review (PancLRev) diharapkan dapat menjadi wadah bagi mahasiswa PDIH FH UP, penelitian, dosen FH UP, dan penulis di luar FH UP sehingga berdampak pada akreditasi FH UP.
TIM GeNose C19 UGM berhasil memublikasikan data riset GeNose C19 sebagai alat skrining Covi-19 di dua jurnal internasional bereputasi pada Agustus 2022.
MMS Group Indonesia (MMSGI) lewat anak usahanya PT Multi Harapan Utama (MHU) berhasil meraih tiga penghargaan bergengsi pada ajang TOP CSR Award 2025.
AKTOR Reza Rahadian mendapat penghargaan Excellent Achievement in Film dari Malaysia International Film Festival (MIFFest) 2025.
Program tebus karbon dan penghijauan dalam upaya menjaga kelestarian vegetasi hutan milik Peruri, termasuk penanaman lebih dari 10.000 pohon di 2024.
Penghargaan tersebut dinilai mencerminkan apresiasi dunia internasional yang terus meningkat terhadap sinema Indonesia.
PT Merak Chemicals Indonesia (MCCI), produsen Purified Terephthalic Acid (PTA) yang bergerak di sektor hulu industri tekstil, menerima penghargaan Best Liaison Contact dari
Penghargaan ini menjadi simbol kolaborasi dunia industri dan dunia pendidikan, yang berperan penting mencetak SDM unggul di sektor pariwisata dan kuliner Indonesia.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved