Headline
Serangan Israel ke Iran menghantam banyak sasaran, termasuk fasilitas nuklir dan militer.
Serangan Israel ke Iran menghantam banyak sasaran, termasuk fasilitas nuklir dan militer.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
MENURUT studi terbaru yang diterbitkan oleh Nature, implementasi pajak karbon intensif dan pajak terhadap produk makanan seperti daging dan susu dapat berkontribusi untuk mengurangi sekitar sepertiga residu dari hasil pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK) yang diperlukan untuk mencapai komitmen netralitas karbon di Inggris pada tahun 2050.
Residu emisi GRK adalah emisi yang dilepaskan ke atmosfer setelah semua kebijakan dan upaya telah dilaksanakan untuk mengurangi emisi GRK secara keseluruhan.
Dalam mencapai kesimpulan ini, para akademisi dari berbagai universitas Inggris -- University of Exeter, University of Reading, dan London School of Hygiene & Tropical Medicine (LSHTM)-- mengumpulkan survei dari 5.912 peserta.
“Konsumsi produk hewani meningkat secara signifikan di Indonesia dan berbagai kebijakan publik untuk menangani dampaknya harus dipertimbangkan," ungkap Among Prakosa, Manajer Kebijakan Pangan Indonesia, Sinergia Animal dalam keterangan pers, Jumat (1/7).
Baca juga: Sektor Kehutanan dan Energi Kontributor Utama Pengurangan Emisi
Sinergia Animal adalah organisasi perlindungan hewan internasional yang mempromosikan pilihan makanan yang lebih sehat dan berkelanjutan di Amerika Latin dan Asia Tenggara.
"Pedoman pola makan di banyak negara telah menyoroti pentingnya mengadopsi pola makan yang tidak terlalu bergantung pada produk hewani," kata Among.
"Dengan mengingat darurat iklim dan meningkatnya kasus penyakit kronis terkait dengan pola makan yang tidak sehat, sudah waktunya bagi pemerintah untuk berbuat lebih banyak mempertimbangkan langkah-langkah baru seperti pajak yang lebih tinggi untuk produk makanan yang merusak lingkungan," ungkapnya
“Tentu saja kita tidak bisa hanya menerapkan pajak dan menaikkan harga pangan lebih tinggi lagi di negara yang sudah bergelut dengan kelaparan, karena krisis ekonomi saat ini, tanpa terlebih dahulu medorong akses lebih luas terhadap produk makanan sehat lainnya," papar Among.
" Itulah sebabnya kebijakan yang mensubsidi produksi dan distribusi sayuran, buah-buahan, biji-bijian dan biji-bijian organik skala kecil yang diproduksi merupakan hal yang juga mendesak," katanya.
Adanya klausul pajak karbon di UU No.7/2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan merefleksikan keseriusan Pemerintah Indonesia mewujudkan ekonomi rendah karbon dan ramah lingkungan.
"Ini juga peluang untuk mendorong sistem pangan berkelanjutan, mengingat Indonesia berada di peringkat kelima global penghasil emisi dari produksi pertanian, dengan emisi dari fermentasi enterik dan kotoran ternak, masing-masing menghasilkan 13% dan 14% emisi pertanian nasional," jelas Among.
Masa depan yang lebih hijau
Produksi makanan saja dapat menyumbang lebih dari 30% dari semua emisi GRK secara global, dan makanan berbasis hewani bertanggung jawab atas 57% dari semua totalnya.
"Untuk mengurangi permintaan produk pangan dari sistem yang tidak berkelanjutan dan juga mencapai tujuan iklim di tahun 2050, kita perlu berinvestasi dalam melakukan transisi ke sistem pangan yang lebih berkelanjutan - yang menggunakan lebih sedikit hewan,” jelas Among.
Menurut penelitian terbaru, yang diterbitkan oleh University of Bonn, di Jerman, untuk mencapai tujuan iklim dan mencapai ketahanan pangan global, konsumsi daging harus dikurangi setidaknya 75% di banyak negara.
Pola makan sehat untuk bumi
Menurut laporan diterbitkan oleh EAT-Lancet Commission, pola makan yang konsisten dengan tujuan iklim dan nutrisi sebagian besar dihasilkan dari makanan yang berbasis nabati.
Institusi tersebut menekankan bahwa walaupun konsumsi makanan global seperti daging merah dan gula harus dikurangi lebih dari 50%, konsumsi buah-buahan, kacang-kacangan, sayuran, dan kacang-kacangan harus dilipat gandakan.
“Di Indonesia, program tantangan 21 Hari Vegan dari Sinergia Animal dapat mendorong dan membantu mereka yang ingin mengadopsi pola makan berbasis nabati dengan bantuan ahli gizi profesional secara gratis”, jelas Among.
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang program ini, dapat mengakses tautan 21hariveg.org. (RO/OL-09)
Minyak kelapa sawit diyakini masih akan terus memainkan peran vital di berbagai sektor dalam pemenuhan hidup masyarakat. Sayangnya, hingga kini ada banyak tantangan yang menghantui.
Bund, pola makan vegetarian, vegetarian lacto-ovo, atau vegan secara signifikan menurunkan risiko kematian dini akibat kanker, penyakit jantung, dan penyakit kardiovaskular.
Water Footprint Network memperkirakan bahwa menerapkan pola makan berbasis nabati selama sebulan di Indonesia dapat menghemat 688,2 liter air.
Nabati Group, produsen makanan yang bermarkas di Jawa Barat, itu, ingin membawa sensasi menyantap makanan berkualitas restoran ke rumah-rumah di Indonesia
Orang yang mengonsumsi diet nabati sehat yang kaya akan sayuran, buah-buahan, biji-bijian utuh, dan kacang-kacangan memiliki 19% kemungkinan lebih rendah mengalami sleep apnea.
Kementan terus menggairahkan budidaya porang dan talas guna meningkatkan perekonomian masyarakat pedesaan dan berkontribusi pula pada perekonomian nasional.
Kesadaran masyarakat dalam menjalankan ibadah kurban tahun ini menjadi sorotan positif.
Peneliti IPB University Nyoto Santoso mengatakan bahwa lutung sentarum, yang merupakan primata endemik Kalimantan, hingga kini belum termasuk dalam mandat pengelolaan BBTNBKDS.
Kalau tertampung di shelter, hewan-hewan tersebut akan mendapatkan perawatan yang layak, asupan pakan dan minum yang memadai, serta vaksinasi lengkap.
Belangkas merupakan fosil hidup yang hanya terdiri dari empat spesies di dunia, tiga di antaranya terdapat di Indonesia.
Salah satu tantangan dalam merawat hewan kesayangan adalah memastikan mereka mendapatkan nutrisi dan perawatan yang sesuai dengan kebutuhan spesifik mereka.
Ada banyak jenis hewan yang dapat dititipkan, di antaranya anjing, kucing, kelinci, kura-kura, iguana, kuda, sapi, domba, kambing, hingga babi.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved