Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
DEFISIENSI vitamin D bisa terjadi pada semua kelompok usia dan dapat mengganggu aktivitas karena menyebabkan seseorang mudah lelah. Berdasarkan riset Sakatonik Group, diketahui 5 dari 10 orang Indonesia kekurangan vitamin D dan hanya 14 persen orang yang sadar hal tersebut.
"Defisiensi vitamin D adalah kekurangan vitamin D dalam tubuh yang bisa menimpa semua kelompok usia mulai dari anak-anak hingga lansia. Kekurangan vitamin D bisa terjadi di negara tropis seperti Indonesia meski sinar matahari ada sepanjang hari," kata Health Practitioner Klikdokter dr Devia Irine Putri dalam dialog daring, beberapa waktu lalu.
Ada banyak faktor seseorang mengalami hal tersebut seperti asupan makanan vitamin D kurang, faktor usia, warna kulit, obesitas, ibu menyusui atau sedang hamil, mengidap penyakit tertentu, hingga kekurangan dari sinar matahari.
Baca juga: Orangtua Berperan Besar Bantu Anak Pahami Cara Bersosialisasi
Baca juga: Mencegah Stunting dengan Pelajari Asupan Gizi
Setiap orang berisiko kekurangan vitamin D, tapi ada kelompok yang rentan seperti orang yang tidak pernah terpapar sinar matahari. Contohnya orang yang bekerja di dalam ruangan terus menerus, pekerja yang memakai outfit tertutup, lansia, ibu hamil atau menyusui, orang yang memiliki gangguan pencernaan.
Orang yang kekurangan vitamin D jarang menunjukkan gejala yang spesifik, bahkan merasa sehat-sehat saja. Namun secara umum orang yang kekurangan vitamin D akan merasa mudah lelah, nyeri pada tulang, kram pada otot, mudah sakit, rambut rontok, penyembuhan luka yang lebih lama, dan perubahan suasana hati. "Akibatnya lebih mudah marah, cemas, cenderung lebih murung," katanya.
Devia menjelaskan vitamin D menjaga kesehatan tulang, gigi, dan otot dan mencegah penyakit kronis di kemudian hari seperti tekanan darah tinggi, hipertensi, kencing manis atau diabetes, hingga penyakit autoimun.
Vitamin D juga membantu meningkatkan sistem kekebalan tubuh terutama bagi lansia dan anak-anak agar bisa lebih tahan terhadap penyakit. "Kita bisa mendapatkan vitamin D dari alam yakni sinar matahari dengan rutin berjemur di pagi hari kemudian mengonsumsi makanan yang serat dan vitaminnya tinggi seperti telur, ikan, susu, keju, jamur yogurt dan sebagainya, bisa juga dari suplemen tambahan," jelasnya. (H-3)
Nyeri tulang dan otot, kelelahan, meningkatnya risiko infeksi seperti flu dan infeksi saluran pernapasan, dan gangguan mood, merupakan gejala-gejala kekurangan vitamin D.
Kekurangan vitamin D sering tidak disadari. Kenali 6 tanda utamanya dan cara mengatasinya sebelum terlambat.
Walaupun tubuh manusia secara alami memproduksi vitamin D, banyak orang tidak mendapatkan paparan sinar matahari yang memadai untuk memproduksi vitamin D yang cukup.
Vitamin D sangat diperlukan oleh tubuh karena berfungsi dalam pengaturan jumlah kalsium dan fosfor yang diperlukan untuk membentuk tulang yang kuat.
Vitamin D kerap diasosiasikan sebagai suplemen yang mampu memperlambat penuaan. Vitamin D memang penting untuk membangun otot dan tulang.
Regenerasi saraf merupakan proses krusial dalam pemulihan struktur dan fungsi sistem saraf setelah cedera traumatis, penyakit kronis, atau kondisi degeneratif.
Lansia berisiko mengalami kekurangan nutrisi karena konsumsi makanannya menurun atau gangguan mekanisme penyerapan tubuh.
Berdasarkan hasil dari penelitiannya, kelompok dengan terapi tambahan vitamin D menunjukkan perbaikan nyeri yang lebih signifkan.
Orang yang kekurangan vitamin D jarang menunjukkan gejala yang spesifik, bahkan merasa sehat-sehat saja.
Defisiensi mikronutrien tertentu bisa menyebabkan masalah kesehatan termasuk hidden hunger yang merupakan salah satu bentuk kekurangan gizi atau malnutrisi pada anak.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved