Headline
Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.
Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.
Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.
SAAT anak mengalami kejang-kejang, sebaiknya orang tua jangan terburu-buru menyimpulkan bahwa anak terkena epilepsi.
Dokter spesialis anak, Irawan Mangunatmadja, mengatakan ada perbedaan antara kejang yang menandakan epilepsi dan kejang bukan epilepsi.
Epilepsi merupakan gangguan sistem saraf pusat akibat pola aktivitas listrik yang berlebihan di otak. Epilepsi lebih dikenal masyarakat dengan sebutan penyakit ayan.
Penyebab epilepsi pada anak bisa karena kerusakan otak akibat sang ibu yang terinfeksi, kekurangan oksigen atau mengalami gizi buruk.
Baca juga: Sonata Mozart ini Diklaim Bermanfaat bagi Penyandang Epilepsi
Kata Irawan, kejang yang disebabkan epilepsi ditandai dengan gerakan seluruh tubuh, gerakan bola mata dan wajah ke satu sisi.
Selain itu ia juga mengatakan kejang pada epilepsi terjadi berulang.
“Kita bisa membedakan gerakan kejang-kejang yaitu dari gerak bola matanya. Kalau ada gerakan seluruh tubuh dan gerakan bola mata ke satu sisi, mungkin saja itu terkena epilepsi,” kata Dokter Spesialis Anak, Irawan Mangunatmadja, Jum’at (25/3) dalam diskusi Instagram Live RSCM Kencana.
Ia juga menjelaskan, kejang epilepsi terjadi berulang selama beberapa detik sampai menit.
Kejang yang dialami anak juga harus dipastikan dengan ciri-ciri yang sama. Jika kejang berlangsung lama, lebih dari hitungan menit, kata Irawan bisa dipastikan itu bukan epilepsi.
Baca juga: Ini Mitos Epilepsi yang Salah Kaprah
Irawan menuturkan ada ciri yang khas dari anak yang terkena epilepsi. Orang tua bisa memperhatikan saat anak sedang bermain.
Apabila anak yang sedang asyik bermain lalu tiba-tiba termenung, berhenti sejenak kurang lebih selama 20 detik dengan bola mata yang disebutkan tadi, dan itu terjadi berulang, Irawan menyarankan untuk segera konsultasikan ke dokter untuk memastikan apakah anak terkena epilepsi.
Anak dengan gangguan perkembangan otak akan lebih rentan. Harapan kesembuhannya hanya 20 persen dibandingkan anak yang terkena epilepsi tanpa gangguan perkembangan otak.
“Jadi kalau perkembangan anak itu normal, harusnya dia bisa tumbuh sempurna. Sekitar 70%-80% dia bisa tumbuh sempurna dan sembuh.
Tetapi kalau dia ada gangguan, maka ya itu yang 20 persen itu. Anak harus memerlukan pengobatan yang jangka waktunya lebih panjang dan menggunakan beberapa jenis obat,” jelas Irawan. (H-2)
Berendam di hot tub mampu meningkatkan suhu inti tubuh lebih efektif dibandingkan duduk di sauna.
Berolahraga pagi hari memberikan banyak manfaat bagi tubuh. Simak 13 manfaatnya berikut.
Dengan vaksinasi yang tepat dan gaya hidup yang sehat, para lansia dapat menikmati masa tua yang lebih aktif, mandiri, dan penuh semangat.
Mengkonsumsi sayuran secara konsisten dapat mengurangi kemungkinan timbulnya uban, menurut temuan terbaru dari peneliti internasional.
Diabetes tipe 2 muncul ketika tubuh menjadi resisten terhadap insulin dan/atau tidak memproduksi insulin cukup untuk menjaga kadar glukosa darah tetap normal.
PT Lami Packaging Indonesia (LamiPak Indonesia) melalui tim environment, health, and safety (EHS), bekerja sama dengan tim public relations, menyalurkan 180 dosis vaksin influenza.
Musik bisa merangsang area otak seperti lobus temporal untuk pendengaran, lobus frontal untuk emosi, cerebellum untuk koneksi motorik.
Menurut sejumlah penelitian, musik bisa dikenalkan kepada anak dari usia di bawah enam tahun.
Kriteria informasi yang layak bagi anak adalah informasi yang bersifat positif, mendukung tumbuh kembang anak, serta sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan.
Menurut Director Learning Development JMAkademi, Coach A Ricky Suroso, orangtua perlu membekali anak-anaknya di usia golden untuk tangguh dalam karakter dan punya daya juang tinggi.
Konsumsi makanan dan minuman dengan kadar gula tinggi dapat menyebabkan kelebihan berat badan dan obesitas serta memicu diabetes dan gangguan kesehatan jantung.
Jika anak dalam kondisi yang prima tanpa adanya masalah pada saluran pencernaan dan dapat tumbuh serta berkembang dengan baik, pemberian probiotik tidak perlu harus rutin.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved