BADAN Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Organisasi Riset Ilmu Pengetahuan Teknik (OR IPT) mengalokasikan Rp19 miliar untuk rumah program teknologi kendaraan listrik berbasis baterai berlisensi Indonesia. Anggaran riset tersebut dinilai masih terlalu sedikit untuk bisa mencapai hasil yang diharapkan.
Peneliti Institut Teknologi Bandung (ITB) Syarif Hidayat mengatakan bila anggara seperti itu digunakan untuk riset sejak tahap awal tentu masih jauh dari cukup. Namun, bila untuk tahap-tahap tertentu yang tidak membutuhkan anggaran yang besar mungkin masih cukup.
Baca juga: Dikti-Ristek: Penelitian dan Pengabdian di PT Bukan untuk Naik Jabatan
"Tergantung lingkup kerjanya ya. Bila membangun dari nol termasuk molding body, saya kira kurang. Saya kebetulan belum tahu apa saja yang akan dikerjakan dengan dana sebegitu," ujarnya kepada Media Indonesia, Senin (13/12).
Rencananya, anggaran Rp19 miliar digunakan untuk riset dengan target 10 prototype pada tahun 2022. Hal itu sekaligus mendukung prioritas riset nasional terkait kendaraan listrik.
"Mungkin saja KL prototipe, dengan subsistem yang sudah ada di pasar dan Ody dibuat manual atau pakai body yang sudah ada dimodifikasi," tambah peneliti Ventilator Indonesia (Vent-I) itu.
Untuk mencapai hasil yang optimel dalam riset, tentu dukungan dana menjadi hal penting. Apalagi riset terkait mobil listrik belum banyak dilakukan di Tanah Air. Artinya beberapa fasilitasnya mungkin akan diimpor dari luar negeri atau bekerja sama dengan lembaga riset negara lain. (H-3)