Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Waspada 3 Kombinasi Maut Libur Nataru untuk Cegah Lonjakan Kasus

M. Iqbal Al Machmudi
16/11/2021 12:20
Waspada 3 Kombinasi Maut Libur Nataru untuk Cegah Lonjakan Kasus
Warga menunjukkan kartu vaksin covid-19 setelah melakukan vaksinasi di Polsek Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Senin (15/11/2021)(ANTARA/YULIUS SATRIA WIJAYA)

EPIDEMIOLOG dari Griffith University Australia, Dicky Budiman mengatakan kombinasi maut dalam setiap perburukan gelombang pandemi jika terjadi 3 hal yakni pelonggaran terhadap mobilitas, interaksi manusia yang tidak terkendali, dan varian baru. Hal ini bisa menjadi pengingat agar tidak terjadi gelombang 3 di Libur Nataru nanti.

Selain itu kombinasi tersebut bisa diperparah dengan pergerakan manusia dengan mayoritas orang yang belum memiliki imunitas artinya belum terinfeksi atau belum divaksinasi.

"Dengan banyaknya orang yang belum memiliki imun atau belum divaksinasi atau belum memiliki vaksin alami bisa menjadi bahan bakar untuk terjadinya lonjakan kasus," kata Dicky saat dihubungi, Selasa (16/11).

Baca jugaTanah Longsor di Lumajang, Rumah Rusak dan Jalur Antardesa Terputus

Oleh karena itu untuk mengantisipasi 3 hal tersebut perlu upaya pembatasan dalam beraktivitas, meningkatkan vaksinasi penuh status negatif dengan rapid antigen dan didorong aktivitasnya hanya di beberapa tempat saja.

"Jika harus ke luar kota maka harus memenuhi syarat perjalanan jauh. Termasuk di lokasi destinasi harus diperkuat dari sisi protokol pengelola, sarana prasarana, dan vaksinasi 70 persen dari total populasi," ujar Dicky.

Di sisi lain pembatasan mitigasi yang dilakukan oleh pemerintah daerah di masing-masing wilayah adalah dengan memberikan literasi dan harus ditingkatkan. Upaya cangkupan vaksinasi di masing-masing wilayah kemudian harus ada manajemen risiko dalam memberi opsi yang solutif untuk publik.

Kemudian agar kepatuhan masyarakat kembali tinggi maka harus ada literasi termasuk strategi komunikasi risiko pemerintah setiap level dan sektor. Meski saat ini Indonesia mengalami pelandaian kita harus apresiasi namun perlu disadari juga bahwa faktor negara lain juga berpengaruh terhadap peningkatan kasus di Indonesia.

"Di dunia sudah mengalami gelombang ke 3 dan banyak negara mengalami gelombang ke 4, jadi kita tinggal menunggu giliran sebetulnya. Tapi jika harus terjadi maka jangan sampai tinggi caranya harus diperkuat 3T, 5M, dan vaksinasi, PPKM juga di level yang kuat," jelasnya.

Baca juga:Nuklir Bakal Jadi Solusi Menuju Net Zero Emission

"Masyarakat juga jangan abai karena menuntut 3T, 5M, dan vaksinasi harus dilakukan setiap saat. Kita juga harus belajar dari Singapura yang terlalu cepat melakukan pelonggaran akhirnya terjadi banyak gelombang kasus dan meledak dan rugi kita semua," tambahnya.

Selain itu adanya evaluasi berkala per 2 pekan untuk penerapan PPKM bertingkat ini adalah satu upaya dan langkah yang tepat karena kita bisa melihat perkembangan, sehingga bisa merespon sesuai dengan perkembangan terakhir.

Kemudian satu hal yang juga harus menjadi prinsip dalam penerapan PPKM bertingkat ini adalah ini merupakan strategi yang diperlukan dan terbukti efektif dalam menjaga stabilitas atau terkendalinya situasi pandemi di Indonesia yang juga tentu sesuai dengan rujukan atau rekomendasi WHO

"Jadi selama masa pandemi atau status pandemi belum dicabut maka di situlah peran PPKM bertingkat ini menjadi penjaga dari efektivitas atau terjaganya optimalisasi atau pendekatan strategi 3T, 5M, atau vaksinasi dan juga strategi yang ada baik di sektor pemerintahan mau pun di masyarakat," ungkapnya. (H-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : HUMANIORA
Berita Lainnya