Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
KOMITMEN Kepala Daerah penting untuk mewujudkan target 0% Buang Air Besar Sembarangan dan mewujudkan sanitasi layak di 90% Desa/Kelurahan pada 2024 mendatang. Hal itu menjadi salah satu kesimpulan dalam Lokakarya advokasi percepatan Stop Buang Air Besar Sembarangan atau SBS yang diselenggarakan oleh Kementerian kesehatan dan melibatkan virtual78 kabupaten/kota secara virtual.
Direktur kesehatan lingkungan Kemenkes R Vensya Sitohang mengungkapkan, target Kemenkes pada 2024-2030 adalah seluruh masyarakat Indonesia mendapat akses sanitasi dan bisa memperoleh air minum yang aman serta tidak ada lagi warga desa yang membuang air besar sembarangan.
"Dengan adanya komitmen pemimpin daerah dengan kebijakan dan strategi yang efektif merupakan kunci keberhasilan SBS atau Open Defecation Free (ODF). Hari ini kita melakukan virtual meeting dengan perwakilan pimpinan dari 78 kabupaten/kota agar kegiatan Stop Buang Air Sembarangan (SBS) yang telah mencapai 60% dapat lebih ditingkatkan secara cepat," ungkap R Vensya.
Walikota Jambi sekaligus Ketua Aliansi Kabupaten Kota Peduli Sanitasi (AKKOPSI), Syarif Fasha, menjelaskan, persoalan sanitasi yang berkaitan erat dengan target SBS pada tahun 2024 bukan saja persoalan pemerintah pusat melainkan juga harus ada kepedulian dari kabupaten/kota.
"Berdirinya AKKOPSI bukan perintah dan inisiatif dari pemerintah pusat melainkan mufakat dari beberapa orang walikota dan bupati sebagai mitra pemerintah dalam menyadarkan masyarakat agar tidak melakukan kebiasaan buang air besar sembarangan," ungkap Syarif Fasha.
Saat ini di Kota Jambi sendiri jelas Fasha dalam mengubah perilaku masyarakat buang air besar sembarangan diatas sungai yang sudah menjadi tradisi, pemerintah kabupaten/kota melawannya dengan cara menyiapkan sarana dan prasarana ditempat umum maupun ditempat tinggal masing-masing warganya.
Senada dengan Fasha, Walikota Metro Lampung Wahdi Siradjuddin juga memiliki kiat tersendiri dalam mewujudkan Indonesia yang terbebas dari perilaku ODF di tahun 2024 nanti.
Baca juga : Kolaborasi Banyak Pihak Gelorakan Gerakan Cuci Tangan Pakai Sabun
"Dalam mencegah perilaku buang air besar sembarangan, pertama kami membangun kesadaran dan menjelaskan efek buruk dari perilaku tersebut. Disisi lain peran media dalam mengedukasi dan menyampaikan kemajuan pembangunan khususnya dibidang sanitasi juga kami lakukan," tandas Wahdi.
Dalam merubah perilaku buang air besar sembarangan maupun perilaku-perilaku buruk lainnya yang terkait dengan lingkungan, pemerintah kabupaten/kota Metro Lampung, lanjut Wahdi juga memberikan award atau penghargaan kepada perorangan maupun institusi yang bisa menjadi teladan bagi masyarakat luas.
Selain Walikota Jambi dan Metro Lampung, berbagi pengalaman dalam lokakarya advokasi percepatan Stop Buang Air Besar Sembarangan atau SBS juga dipaparkan oleh Bupati Flores Timur Antonius Hubertus Gege Hadjon, Bupati Sumbawa Barat W. Musyafirin serta Wakil Bupati Sukabumi Iyos Somantri.
Seperti diketahui sebelumnya gerakan Stop Buang Air Besar Sembarangan atau yang disingkat menjadi SBS dilaksanakan menjadi satu kesatuan dengan Gerakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). STBM sendiri dijalankan dengan 5 pilar kegiatan yang meliputi Stop Buang Air Besar Sembarangan, Cuci tangan pakai sabun, Pengelolaan air minum dan makanan rumah tangga, Pengamanan sampah rumah tangga, serta Pengamanan limbah cair rumah tangga.
Hingga kini dari hasil monitoring STBM smart pada Juli 2021, provinsi dengan tingkat pencapaian 80 hingga 100% diraih oleh Provinsi DI Jogjakarta, Sulawesi Selatan serta Jawa Tengah. Sementara pencapaian antara 50 hingga 79% diraih oleh Provinsi Lampung, Kepulauan Bangka Belitung, Nusa Tenggara Barat dan Jawa timur. Untuk provinsi dengan tingkat pencapaian dibawah 10% meliputi Sumatera utara, Gorontalo, Papua barat, Papua serta Maluku.
Dari hasil studi benchmarking tata kelola kegiatan STBM yang dilakukan di 414 kabupaten/kota pada bulan Juli 2021 lalu, Kemenkes yang didukung oleh UNICEF menemukan fakta menarik yaitu komitmen kepala daerah merupakan faktor kunci pencapaian SBS. (RO/OL-7)
Setahap demi setahap terus dilakukan pembangunan septic tank di lingkungan masyarakat
Langkah mencari kolaborator akan terus dilakukan untuk mengatasi permasalahan tanki septik di wilayah Johar Baru.
PT Transjakarta menindaklanjuti laporan warga terkait adanya seseorang yang buang air besar (BAB) sembarangan di Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) Semanggi Jakarta Selatan.
SEMUA penyakit berawal dari pencernaan. Kalimat itu diungkapkan filsuf Yunani yang juga Bapak Kedokteran Hippocrates pada 2.500 tahun lalu.
Biasanya salah satu faktor kesulitan BAB disebabkan oleh kurangnya makan makanan sehat atau kurangnya mengonsumsi serat, sehingga makanan sulit dicerna.
Masalah obesitas semakin meresahkan masyarakat Indonesia, dengan data terbaru dari WHO menunjukkan peningkatan yang signifikan, terutama pada wanita.
Skrining akan adanya faktor risiko di atas dilakukan minimal setahun sekali. Skrining dapat dilakukan di puskesmas, puskesmas pembantu, dan posyandu.
Tema hari Pencegahan Bunuh Diri 2024 adalah “Changing the Narrative on Suicide”
Sekitar 65 juta anak di dunia menderita mata minus dan diprediksi meningkat menjadi 275 juta di tahun 2050.
Cara penyimpanan makan juga memiliki potensi untuk merusak kandungan nutrisi atau gizi yang terdapat dalam makanan yang nantinya hendak dikonsumsi.
Pemerintah tengah mempersiapkan pelaksanaan vaksinasi covid-19 di seluruh Tanah Air agar pelaksanaan program tersebut berjalan baik.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved