Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
KOMITMEN Kepala Daerah penting untuk mewujudkan target 0% Buang Air Besar Sembarangan dan mewujudkan sanitasi layak di 90% Desa/Kelurahan pada 2024 mendatang. Hal itu menjadi salah satu kesimpulan dalam Lokakarya advokasi percepatan Stop Buang Air Besar Sembarangan atau SBS yang diselenggarakan oleh Kementerian kesehatan dan melibatkan virtual78 kabupaten/kota secara virtual.
Direktur kesehatan lingkungan Kemenkes R Vensya Sitohang mengungkapkan, target Kemenkes pada 2024-2030 adalah seluruh masyarakat Indonesia mendapat akses sanitasi dan bisa memperoleh air minum yang aman serta tidak ada lagi warga desa yang membuang air besar sembarangan.
"Dengan adanya komitmen pemimpin daerah dengan kebijakan dan strategi yang efektif merupakan kunci keberhasilan SBS atau Open Defecation Free (ODF). Hari ini kita melakukan virtual meeting dengan perwakilan pimpinan dari 78 kabupaten/kota agar kegiatan Stop Buang Air Sembarangan (SBS) yang telah mencapai 60% dapat lebih ditingkatkan secara cepat," ungkap R Vensya.
Walikota Jambi sekaligus Ketua Aliansi Kabupaten Kota Peduli Sanitasi (AKKOPSI), Syarif Fasha, menjelaskan, persoalan sanitasi yang berkaitan erat dengan target SBS pada tahun 2024 bukan saja persoalan pemerintah pusat melainkan juga harus ada kepedulian dari kabupaten/kota.
"Berdirinya AKKOPSI bukan perintah dan inisiatif dari pemerintah pusat melainkan mufakat dari beberapa orang walikota dan bupati sebagai mitra pemerintah dalam menyadarkan masyarakat agar tidak melakukan kebiasaan buang air besar sembarangan," ungkap Syarif Fasha.
Saat ini di Kota Jambi sendiri jelas Fasha dalam mengubah perilaku masyarakat buang air besar sembarangan diatas sungai yang sudah menjadi tradisi, pemerintah kabupaten/kota melawannya dengan cara menyiapkan sarana dan prasarana ditempat umum maupun ditempat tinggal masing-masing warganya.
Senada dengan Fasha, Walikota Metro Lampung Wahdi Siradjuddin juga memiliki kiat tersendiri dalam mewujudkan Indonesia yang terbebas dari perilaku ODF di tahun 2024 nanti.
Baca juga : Kolaborasi Banyak Pihak Gelorakan Gerakan Cuci Tangan Pakai Sabun
"Dalam mencegah perilaku buang air besar sembarangan, pertama kami membangun kesadaran dan menjelaskan efek buruk dari perilaku tersebut. Disisi lain peran media dalam mengedukasi dan menyampaikan kemajuan pembangunan khususnya dibidang sanitasi juga kami lakukan," tandas Wahdi.
Dalam merubah perilaku buang air besar sembarangan maupun perilaku-perilaku buruk lainnya yang terkait dengan lingkungan, pemerintah kabupaten/kota Metro Lampung, lanjut Wahdi juga memberikan award atau penghargaan kepada perorangan maupun institusi yang bisa menjadi teladan bagi masyarakat luas.
Selain Walikota Jambi dan Metro Lampung, berbagi pengalaman dalam lokakarya advokasi percepatan Stop Buang Air Besar Sembarangan atau SBS juga dipaparkan oleh Bupati Flores Timur Antonius Hubertus Gege Hadjon, Bupati Sumbawa Barat W. Musyafirin serta Wakil Bupati Sukabumi Iyos Somantri.
Seperti diketahui sebelumnya gerakan Stop Buang Air Besar Sembarangan atau yang disingkat menjadi SBS dilaksanakan menjadi satu kesatuan dengan Gerakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). STBM sendiri dijalankan dengan 5 pilar kegiatan yang meliputi Stop Buang Air Besar Sembarangan, Cuci tangan pakai sabun, Pengelolaan air minum dan makanan rumah tangga, Pengamanan sampah rumah tangga, serta Pengamanan limbah cair rumah tangga.
Hingga kini dari hasil monitoring STBM smart pada Juli 2021, provinsi dengan tingkat pencapaian 80 hingga 100% diraih oleh Provinsi DI Jogjakarta, Sulawesi Selatan serta Jawa Tengah. Sementara pencapaian antara 50 hingga 79% diraih oleh Provinsi Lampung, Kepulauan Bangka Belitung, Nusa Tenggara Barat dan Jawa timur. Untuk provinsi dengan tingkat pencapaian dibawah 10% meliputi Sumatera utara, Gorontalo, Papua barat, Papua serta Maluku.
Dari hasil studi benchmarking tata kelola kegiatan STBM yang dilakukan di 414 kabupaten/kota pada bulan Juli 2021 lalu, Kemenkes yang didukung oleh UNICEF menemukan fakta menarik yaitu komitmen kepala daerah merupakan faktor kunci pencapaian SBS. (RO/OL-7)
BAB terlalu sering atau terlalu jarang dikaitkan dengan berbagai masalah kesehatan mendasar.
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh nyamuk Aedes aegypti.
Upaya Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) untuk mencapai target Open Defecation Free (ODF) atau gerakan Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS) masih menghadapi banyak kendala
Penurunan fungsi organ umum terjadi pada seseorang yang sudah memasuki usia 60 tahun ke atas atau lanjut usia (lansia).
Setahap demi setahap terus dilakukan pembangunan septic tank di lingkungan masyarakat
Hirschsprung menyebabkan gangguan buang air besar (BAB) pada bayi.
Di Indonesia, Survei Kesehatan 2023 mencatat sekitar 6,7 juta penduduk terinfeksi hepatitis B dan 2,5 juta terinfeksi hepatitis C.
Sebanyak 13 provinsi belum mencapai target cakupan imunisasi bayi lengkap 90% dalam tiga tahun terakhir dan tren anak yang belum mendapatkan imunisasi dasar meningkat signifikan.
BEBAN penyakit pneumonia di Indonesia masih tergolong tinggi, khususnya pada kelompok usia dewasa dan lansia, serta individu dengan penyakit penyerta.
Direktur Penyakit Tidak Menular Kemenkes, mengatakan bahwa kandungan gula garam dan lemak pada (GGL) pada makanan yang dikonsumsi ditengarai menjadi salah satu penyebab obesitas pada anak.
Rasio dokter di Indonesia hanya sekitar 0,60 hingga 0,72 dokter per 1.000 penduduk. Angka itu jauh di bawah standar WHO yaitu 1 dokter per 1.000 penduduk.
Sebanyak 103 lokasi Koperasi Desa Merah Putih akan menjadi proyek percontohan untuk kehadiran klinik dan apotek desa.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved