Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Apakah Covid-19 Varian Delta Bunuh Mimpi Kekebalan Kelompok?

Mediaindonesia.com
27/8/2021 19:37
Apakah Covid-19 Varian Delta Bunuh Mimpi Kekebalan Kelompok?
Ilustrasi.(AFP/Indranil Mukherjee.)

VIRUS korona varian delta melanjutkan lonjakan di tingkat global. Para ahli mempertanyakan tujuan lama untuk mencapai kekebalan kelompok (herd immunity) dari covid-19 melalui vaksinasi masih layak atau tidak.

Kekebalan kelompok tercapai ketika ambang batas tertentu dari populasi global telah diinokulasi terhadap patogen atau telah pulih dari infeksi. Tetapi hal itu masih diperdebatkan dapat dicapai atau tidak ketika muncul strain covid-19 yang lebih menular secara teratur.

"Jika pertanyaannya yaitu 'Apakah vaksinasi saja memungkinkan kita untuk meredam dan mengendalikan pandemi?' Jawabannya yakni tidak," kata ahli epidemiologi Mircea Sofonea kepada AFP. Dia mengatakan herd immunity bergantung pada dua faktor dasar yaitu daya infeksi intrinsik virus dan kemanjuran vaksin untuk melindungi dari infeksi. "Dan saat ini, kemanjuran itu tidak ada."

Delta telah terbukti sekitar 60% lebih mudah menular daripada varian alfa dari SARS-CoV-2 dan dua kali lebih menular daripada jenis asli yang muncul pada akhir 2019. Semakin efektif virus menginfeksi orang, semakin tinggi ambang batas kekebalan kawanan.

"Secara teoretis, ini merupakan perhitungan yang sangat sederhana untuk dibuat," kata ahli epidemiologi Antoine Flahault. Untuk virus asli, yang memiliki tingkat reproduksi antara nol dan tiga yang berarti setiap orang yang terinfeksi menginfeksi hingga tiga lain, kekebalan kelompok dapat dicapai dengan sekitar 66% orang yang diimunisasi, kata Flahault kepada AFP.

"Namun jika tingkat reproduksinya delapan, seperti delta, itu membuat (imunisasi) kita mendekati angka 90%," katanya. Jika vaksin 100% efektif dalam menghentikan infeksi Delta, imunisasi 90% penduduk itu bisa dibayangkan. Sayangnya, vaksin-vaksin covid-19 yang ada sekarang tidak punya efektivitas.

Kekebalan berkurang

Menurut data yang diterbitkan minggu ini oleh otoritas AS, kemanjuran vaksin mRNA Pfizer dan Moderna dalam mencegah infeksi telah turun dari 91% menjadi 66% sejak Delta menjadi varian dominan. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa kemanjuran vaksin terhadap infeksi delta turun dari waktu ke waktu. Ini menjadi salah satu alasan beberapa negara sekarang bersiap untuk suntikan ketiga.

Dengan perhitungan itu, tidak ada langkah-langkah kesehatan lain seperti pemakaian masker atau jarak sosial, Sofonea mengatakan akan membutuhkan lebih dari 100% orang divaksinasi untuk menjamin akhir penularan. Tentu ini merupakan kemustahilan.

"Varian delta masih akan menginfeksi orang yang telah divaksinasi dan itu berarti bahwa siapa pun yang masih belum divaksinasi, pada titik tertentu, akan terkena virus," Andrew Pollard, direktur Oxford Vaccine Group Inggris, mengatakan kepada anggota parlemen bulan ini.

Mistis

Bahkan jika, seperti yang disebut Pollard, tujuan mistis dari herd immunity tidak lagi dimainkan, para ahli menekankan bahwa vaksinasi tetap penting. Ini seperti vaksin terhadap penyakit lain yang sekarang mewabah seperti campak dan influenza, vaksin covid-19 menawarkan perlindungan yang sangat baik terhadap penyakit parah.

"Yang direkomendasikan para ilmuwan yaitu mendapatkan jumlah maksimum orang yang dilindungi melalui vaksinasi," kata Flahault. Akhirnya, tentu saja, semua pandemi berakhir.

Sofonea mengatakan masih mungkin bahwa covid-19 akan menjadi penyakit endemik lain dari waktu ke waktu. Tidak hanya dengan vaksin, dia membayangkan dalam waktu dekat bahwa masker dan jarak sosial berlanjut di wilayah tertentu untuk membatasi penularan dan penyakit parah.

"Selama pandemi AIDS, ketika para ilmuwan mengatakan kita perlu memakai kondom, banyak orang berkata, 'Oke, kita akan melakukannya untuk sementara waktu'," kata Flahault. "Nyatanya pada akhirnya mereka terus menggunakannya. Bisa jadi kita akan terus menggunakan masker di ruang tertutup dan di transportasi untuk beberapa waktu." (AFP/OL-14)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya