Headline

Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.

Fokus

Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.

Teungku Husin, Calhaj Berusia 108 Tahun Sabar Menanti Keberangkatan

Amiruddin Abdullah Reubee
17/6/2021 13:00
Teungku Husin, Calhaj Berusia 108 Tahun Sabar Menanti Keberangkatan
Teungku Husin Bin Hasyem, 108 tahun, calhaj tertua dikunjungi Kepala Kantor Kemenag Kabupaten Pidie, Abdullah, Rabu (16/6)(MI/AMIRUDDIN ABDULLAH REUBEE)

JARUM JAM menunjukkan pukul 12.03 Wib, cuaca cerah saat matahari mengitari bumi, Rabu (16/6) siang itu. Sebuah rumah berkontrusi permanen berdiri kokoh di sudut Gampoeng (Desa) Dua Paya, Kecamatan Peukan Baro sekitar 7 km arah tenggara Kota Sigli Ibukota Kabupaten Pidie, Provinsi Aceh, Indonesia.

Sesuai namanya, Desa Dua Paya (dua rawa) di depan rumah bercat putih itu ada hamparan rawa kecil yang dikelingi rumpun bambu dan didiami banyak jenis ikan air tawar. Ada dua unit rumah sederhana di ujung perkampungan pedalaman setempat. Suasana teduh karena sekitarnya ditumbuhi berbagai pohon seperti melinjo, bambu dan  lainnya.

Disitulah tempat tinggal Teungku Husin Bin Hasyem,108, lelaki lanjut usia calon jemaah haji (Calhaj) tertua kelahiran 1 Desember 1913. Husin terdaftar nomor porsi 13225. Karena usianya sudah renta, mantan Imam Besar Masjid Taqwa, Lampoh Saka, Kecamatan Peukan Baro ini tinggal di kediaman anaknya yang ke-6 bernama Safwiyah,55.

Husin berencana diterbangkan dari Bandara Internasional Sultan Iskandar Muda, Aceh Besar-Jeddah, Saudi Arabia pada musim haji 2021 kali ini untuk menunaikan rukun Islam ke-5. Ternyata Allah berkehendak lain, yakni pemerintah Arab Saudi membatalkan penyelenggaraan ibadah haji untuk tamu dari negara lain, termasuk calon jemaah haji asal Indonesia.

Saat dikunjungi Media Indonesia, bersama Kepala Kantor Kementerian Agama  Kabupaten Pidie, Abdullah dan stafnya, Rabu siang kemarin, calon jemaah Teungku Husin, sedang berzikir, bertasbih dan bertahmid di tempat tidur kamar depan, rumah tepi rawa kecil itu. Di samping kanan tempat pembaringannya tersusun banyak jenis kitab kuning yang sudah tampak lusuh, termakan usia. Isi kitab itu mungkin ilmu fiq, tasauf dan tarikh Islam

"Beliau memang alim, berbudi luhur. Cukup lama memimpin ummat terutama menjadi imam besar Masjid Taqwa. Orang yang murka dengan beliau sering mendapat kesulitan. Saya yakin ini keramat," kata Bukhari Thahir, keponakan Teungku Husin yang juga Ketua Majelis Pendidikan Kabupaten Pidie.

Mengisi hari-harinya, Teungku Husin gemar membaca dan mempelajari dengan seksama kitab berbahasa Arab dan jawi bermazhab Syafii. Di sisa usia senja lagi uzur Alumni Dayah Bustanul Maarif Reubee, Kecamatan Delima, Pidie itu, membekali sebuah jam tangan tersimpan di dekat tempat tidur. Jam itu selalu di lihat sebagai pedoman waktu salat.

"Ini kitab Jam'u Jawami Almushanifat (kitab lapan), bab yang menjelaskan tentang hari kiamat dan alam kubur" tutur Abdullah, Kepala Kantor Agama Kabupaten Pidie, saat melihat sebuah kitab, bab dan halaman yang sedang dipelajari Teungku Husin.

Kunjungan Kepala Kemenag Pidie, Abdullah, guna menghibur serta menyemangati calhaj Teungku Husin Bin Hasyem, karena batal berangkat pada musim haji kali ini. Abdullah kagum dan bersimpati melihat Teungku Husin, karena begitu sabar menanti keberangkatan haji yang tertunda dua kali sejak dua tahun terakhir.

Padahal umurnya yang sudah satu abad lebih. Namun tidak pernah menyalahkan siapa-siapa terkait kegagalan keberangkatan haji internasional sudah dua tahun terakhir. Kakek 8 orang anak ini tampaknya bisa memahami bahwa jadwal yang tertunda ini karena pandemi Covid-19.

Menjawab Media Indonesia, terkait apakah dirinya siap naik haji bila tahun depan jadi pemberangkatan jemaah. Dengan suara parau seraya menyeka air mata, Husin berujar Insya Allah akan menyanggupi kalau kesehatan mengizinkan untuk berangkat.

"Insya Allah saya diberi kesehatan untuk berhaji. Semoga bisa berangkat tahun depan. Rencananya, anak saya Safwiyah yang mendampingi. Mungkin boleh membawa kursi roda ke sana" kata Husin sambil menunjukkan kusi roda di sudut kamar tidurnya.

Lelaki alim yang lama menimba ilmu pada sebuah pesantren tradisional di Kecamatan Matangkuli, Kabupaten Aceh Utara ini patut di teladani banyak orang. Meski sudah lunas menyetor ONH (Ongkos Naik Haji) dan sudah mendapat porsi keberangkatan, tapi tetap sabar menghadapi pembatalan keberangkatan, sampai situasi mengizinkan untuk berhaji.

Lalu tidak berencana menarik kembali uang pelunasan sebesar sekitar Rp6 jutaan dari jumlah Rp31 juta biaya ONH seluruhnya. Padahal sebagai seorang petani biasa di masa mudanya, tidak mudah mengumpul uang untuk biaya naik haji. Sebagaimana sering di Aceh, seorang petani tradisional ingin menunaikan ibadah haji, dia rela menjual sawah atau kebunnya demi menyetor ONH.

"Sekitar dua pekan lalu ayah sudah divaksin untuk persiapan rencana berangkat bulan ini. Begitu ada pengumuman tertunda lagi seperti tahun 2020 lalu, beliau tidak pernah marah kalau memang itu untuk kemaslahatan ummat. Hanya saja berdoa agar terkabulkan menjadi tamu Allah atau mendapat pahala haji yang mabrur" kata Safwiyah. (OL-13)

Baca Juga: Haji 2021 Batal, Dana Haji di Bank Syariah Dipastikan Aman

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Muhamad Fauzi
Berita Lainnya