Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Kominfo: Efikasi Vaksin Covid-19 di Bawah 2% Hoaks

Atalya Puspa
05/6/2021 14:35
Kominfo: Efikasi Vaksin Covid-19 di Bawah 2% Hoaks
Ilustrasi(Istimewa)

SEJUMLAH informasi tidak benar atau hoaks terkait dengan vaksinasi covid-19 kembali beredar di jagat maya. Kementerian Komunikasi dan Informatika pun meluruskan informasi tersebut.

Pertama, beredar sebuah unggahan di media sosial terkait tingkat efikasi vaksin covid-19 dalam daftar vaksin yang beredar. Ditulis bahwa empat vaksin yang di antaranya adalah Pfizer, Johnson&J, Moderna dan AstraZeneca memiliki tingkat efikasi rendah di bawah dua persen. Kominfo memastikan bahwa informasi tersebut merupakan hoaks.

Dilansir dari AFP, klaim bahwa efikasi vaksin covid-19 Dr Piero Olliaro, Penulis dari artikel berjudul COVID-19 Vaccine Efficacy and Effectiveness—the Elephant (not) in the Room”

mengatakan bahwa, artikel tersebut bermaksud untuk memberikan pertimbangan tentang kemanjuran vaksin dan efikasinya ketika digunakan kepada populasi yang berbeda.

"Tidak benar membandingkan vaksin berdasarkan uji klinis menggunakan pengurangan risiko relatif (RRR), dan menganggap vaksin dengan RRR lebih rendah tidak bekerja dengan cukup baik," ujar Kominfo dalam keterangan resmi, Sabtu (5/6).

Kedua, Kominfo menemukan hoaks dari sebuah pesan berantai WhatsApp yang berisi tentang ajakan untuk mendaftar vaksinasi bagi masyarakat umum berumur 18-59 tahun dan mengatasnamakan Dinas Kesehatan Kota Semarang.

Setelah ditelusuri, Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang Moh Abdul Hakam mengklarifikasi terkait adanya pesan yang beredar tersebut. Menurut Hakam, secara khusus, tidak ada vaksinasi covid-19 massal bagi warga berumur 18-59 tahun.

Namun, warga berumur 18-59 tahun bisa mendapat vaksinasi covid-19 secara gratis lewat mekanisme 3 in 1. Artinya, mereka harus membawa dua lansia untuk divaksinasi Covid-19, sebelum akhirnya mendapat vaksinasi gratis.

Melihat masih banyaknya informasi tidak benar yang beredar, pakar Imunisasi Julitasari Sundoro berpesan agar masyarakat harus mendapat penjelasan dari institusi yang kredibel dan dapat dipercaya.

“Institusi seperti Kemenkes dan Kemkominfo perlu jadi rujukan agar masyarakat jangan menelan mentah-mentah suatu berita dan informasi. Kita harus cek kembali kalau ragu dan tidak langsung menyebarkannya,” ujarnya.

Seperti halnya menjawab keraguan masyarakat terhadap kandungan vaksin covid-19 Julitasari menerangkan sebenarnya kandungan vaksin covid-19 ini adalah antigen dari virus SARS-CoV-2, yang diperlukan untuk membentuk antibodi.

“Apabila mendengar ada demam atau bengkak di tempat penyuntikan, itu adalah hal yang biasa saja dalam proses pembentukan antibodi dalam tubuh manusia. Reaksi-reaksi ringan akibat divaksinasi itu bisa hilang dalam satu dua hari. Dalam kartu vaksinasi pun sudah diberikan nomor kontak untuk menghubungi apabila terjadi kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI),” ujar Julitasari.

Salah satu vaksin covid-19 yang digunakan untuk program vaksinasi nasional adalah AstraZeneca. Ia memastikan, vaksin AstraZeneca hadir di Indonesia sehubungan dengan adanya regulasi dari Kemenkes bahwa vaksin ini akan digunakan untuk program vaksinasi nasional.

"Tentu dasarnya adalah pertimbangan ilmiah dan medis, sehingga kita harus percaya pemerintah kita telah melakukan evaluasi mendalam sehingga vaksin-vaksin yang telah ditetapkan layak untuk membentuk herd immunity bagi masyarakat Indonesia,” tambah Direktur AstraZeneca Indonesia Rizman Abudaeri.

Rizman juga menambahkan ketika vaksin akan dipergunakan oleh suatu negara, harus mendapatkan izin oleh otoritas negara tersebut. Khusus untuk Indonesia vaksin harus mendapat izin dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM).

“Khusus untuk vaksin covid-19 ini harus mendapatkan izin penggunaan darurat (Emergency Use Authorization/EUA), Semua vaksin tidak hanya AstraZeneca harus melalui persetujuan Badan POM. Kemudian ada juga persyaratan WHO, yakni vaksin yang dikatakan efektif memiliki efikasi lebih dari 50%,” ujar Rizman.

AstraZeneca sendiri hadir di Indonesia sejak 1971, dan pada masa pandemi ini AstraZeneca bekerja sama dengan lembaga penelitian Oxford untuk mengembangkan vaksin covid-19 dengan prinsip tidak mengambil keuntungan, lalu memproduksi vaksin sebanyak-banyaknya untuk disebarkan secara luas dan merata ke semua negara. Saat ini Indonesia sendiri sudah menerima kurang lebih 6 juta dosis AstraZeneca dari jalur COVAX Facility.

“Sampai hari ini, ada 400 juta dosis vaksin covid-19 AstraZeneca yang sudah diproduksi dan didistribusikan ke 165 negara di dunia. Lalu pada 165 negara dimana vaksin AstraZeneca diedarkan, selalu memantau perkembangan dari sisi keamanan dan efikasi vaksin covid-19 tersebut,” terang Rizman. (H-2)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zubaedah Hanum
Berita Lainnya