Headline

Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

Butuh Kemitraan Lokal dan Global untuk Tangkal Perubahan Iklim

Mediaindonesia.com
09/4/2021 23:50
Butuh Kemitraan Lokal dan Global untuk Tangkal Perubahan Iklim
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar.(DOK Pribadi.)

PERUBAHAN iklim menjadi ancaman yang masih terus menimpa manusia dan membutuhkan respons bersama dan berkelanjutan dari semua sektor. Kerja sama dan kemitraan lokal maupun global sangat penting untuk menangani hal ini.

Itu disampaikan Chief Executive Officer Temasek Foundation Ng Boon Heong dalam diskusi antara panelis ahli dari instansi pemerintah, korporasi, lembaga keuangan dan investasi, serta himpunan asosiasi lingkungan hidup seputar aksi iklim menjadi sorotan utama Temasek Shophouse Conversations (TSC) yang diselenggarakan oleh Temasek Foundation, Jumat (9/4). "Negara-negara akan mendapatkan banyak manfaat dari saling bertukar pembelajaran dan praktik terbaik saat mereka bergerak maju menuju keberlanjutan," ujarnya.

Acara virtual yang dihadiri sekitar 1,000 peserta itu merupakan bagian dari rangkaian acara untuk mengajak para pemimpin di sektor publik, swasta, dan komunitas bersama-sama mendiskusikan kolaborasi multisektor dan mendorong aksi untuk menjawab tantangan sosial dan lingkungan hidup demi meraih tujuan bersama, baik di kawasan maupun dunia.  Acara yang bertajuk Climate Action dan bertema Leadership in a sustainability journey itu menampilkan sesi-sesi utama dari Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Indonesia, Siti Nurbaya Bakar, dan Menteri Pembangunan Nasional Singapura, Desmond Lee.

"Temasek Shophouse Conversations menegaskan pentingnya aksi iklim yang lebih kuat dari berbagai sudut pandang dalam konteks lokal dan dunia. Platform ini menargetkan untuk saling bertukar gagasan dan menciptakan kesadaran yang lebih besar akan upaya terhadap lingkungan yang dilakukan baik di wilayah maupun di dunia. Kami yakin ini akan menginspirasi peserta untuk mengambil tindakan sesuai dengan kapasitas mereka," imbuhnya.

Asia Tenggara termasuk salah satu wilayah paling rentan terhadap perubahan iklim. Jika dibiarkan, perubahan iklim tidak hanya memberikan efek lingkungan yang tidak bisa diperbaiki, tetapi juga dampak ekonomi yang sangat merugikan. Asian Development Bank (ADB) memperkirakan Asia Tenggara bisa mengalami kerugian yang lebih besar dari wilayah-wilayah lain di dunia yang menggerus 11% produk domestik bruto wilayah hingga akhir abad ini karena sektor-sektor kunci seperti pertanian, pariwisata, dan perikanan bersama dengan kesehatan manusia dan produktivitas tenaga kerja yang menjadi korbannya .

Acara itu juga menampilkan peluncuran buku Steering a Middle Course: From Activist to Secretary General of Golkar karya Sarwono Kusumaatmadja, Ketua Dewan Pertimbangan Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Buku yang diterjemahkan dan diterbitkan oleh ISEAS Publishing ini menggali kehidupan Sarwono dari masa mudanya sebagai aktivis hingga memasuki dunia politik serta berpengaruh dalam perubahan dan reformasi tata kelola dalam administrasi publik dan lingkungan hidup.

Acara itu ditutup dengan ajakan untuk menjawab tantangan dari perubahan iklim melalui inisiatif lingkungan dan komunitas. Ajakan pertama datang dari proyek Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) Indonesia yang ingin menyatukan sektor publik dan swasta dalam Aliansi Restorasi Ekosistem Bakau/ Mangrove Ecosystem Restoration Alliance (MERA).

Direktur Eksekutif YKAN Dr Herlina Hartanto mengatakan pihaknya senang menjadi bagian dari Temasek Shophouse Conversations, platform yang sangat bagus untuk melakukan diskusi penting dan mendapatkan inspirasi untuk melakukan aksi. "Dengan semakin besarnya kesadaran dan keterlibatan sektor publik dan swasta, kami yakin bisa mencapai target restorasi 500.000 hektare ekosistem bakau pada 2025 dan mengelolanya secara berkelanjutan. Ini akan membantu mata pencaharian masyarakat pesisir dan menjaga keanekaragaman hayati Indonesia," ujarnya.

Ajakan kedua berupa undangan dari para muda-mudi berusia 40 tahun ke bawah dari Singapura dan kawasan untuk menjadi advokat dan pembuat perubahan guna memajukan ketahanan iklim di masyarakat. Inisiatif bernama Youth Action for Climate ini mengajak orang muda untuk menyumbangkan ide dalam memerangai krisis iklim dan membentuk masa depan berkelanjutan. Bisnis dan organisasi juga diajak untuk maju dan menjadi mentor para muda-mudi serta membantu dalam pembentukan dan dukungan terhadap proyek-proyek ini. (RO/OL-14)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya