Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
BADAN Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperediksi musim kemarau tahun ini dimulai pada April, yang menyasar 22,8% Zona Musim (ZOM). Itu mencakup beberapa zona musim di Nusa Tenggara, Bali dan sebagian Jawa.
"BMKG memprediksi peralihan angin monsun akan terjadi pada akhir Maret 2021. Setelah itu, monsun Australia akan mulai aktif. Karena itu, musim kemarau 2021 diprediksi mulai terjadi pada April," ujar Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, Kamis (25/3).
Dia menjelaskan bahwa periode April sampai Mei merupakan masa peralihan dari musim hujan ke musim kemarau (masa pancaroba). Walau sejumlah daerah mulai memasuki musim kemarau, namun tidak serentak.
Baca juga: Mulai Kemarau, BMKG Minta Daerah Waspadai Karhutla
Hasil pemantauan terhadap anomali iklim global menunjukkan kondisi La Nina diprediksi masih terus berlangsung hingga Mei, dengan intensitas melemah. Sedangkan pemantauan kondisi Indian Ocean Dipole Mode (IOD), diprediksi netral hingga September.
Kedatangan musim kemarau umumnya terkait erat dengan peralihan Angin Baratan (Monsun Asia) menjadi Angin Timuran (Monsun Australia). BMKG memprediksi peralihan angin monsun akan terjadi pada akhir Maret. Setelahnya, monsun Australia akan mulai aktif.
Deputi Bidang Klimatologi Herizal menjelaskan dari total 342 Zona Musim (ZOM) di Indonesia, sebanyak 22.8% diprediksi mengawali musim kemarau pada April, yaitu beberapa zona musim di Nusa Tenggara, Bali dan sebagian Jawa.
Baca juga: Kementan: 85 Kabupaten Alami Penurunan Harga Gabah
Kemudian 30,4% wilayah akan memasuki Musim Kemarau pada Mei. Itu mencakup sebagian Nusa Tenggara, sebagian Bali, Jawa, Sumatera, sebagian Sulawesi dan sebagian Papua.
Sementara itu, sebanyak 27,5% wilayah akan memasuki Musim Kemarau pada Juni. Dalam hal ini, meliputi sebagian Sumatera, Jawa, sebagian Kalimantan, sebagian Sulawesi, sebagian kecil Maluku, dan Papua.
Periode April–Mei merupakan masa peralihan dari musim hujan ke musim kemarau. Oleh karena itu, pihaknya mengimbau perlunya mewaspadai potensi hujan lebat dengan durasi singkat, angin kencang, puting beliung dan potensi hujan es.(OL-11)
MUSIM kemarau menyebabkan krisis air bersih di sejumlah wilayah Kabupaten Tegal, Jawa Tengah. Krisis air bersih terjadi di Desa Lebaksiu Kidul, Kecamatan Lebaksiu, yang terdampak
TIGA daerah di Jawa Timur dalam status siaga darurat kekeringan akibat kemarau yang mulai melanda.
Di beberapa titik seperti Kecamatan X Koto Singkarak, Kabupaten Solok, kondisi kering telah berlangsung lebih dari lima bulan.
Sebagai langkah antisipasi, masyarakat diingatkan untuk tidak melakukan tindakan yang bisa memicu terjadinya kebakaran.
PLT Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati menegaskan pihaknya akan cepat memberikan informasi daerah-daerah yang rawan terjadi kebakaran hutan dan lahan (karhutla), khususnya di lahan gambut.
BMKG memperingatkan bahwa cuaca ekstrem masih berpotensi terjadi di sebagian besar wilayah Indonesia, meskipun musim kemarau secara klimatologis telah dimulai.
Fenomena kemarau basah saat ini terjadi di beberapa daerah Indonesia. Berbeda dengan kemarau biasa yang kering dengan sedikit hujan, kemarau basah justru ditandai dengan hujan yang turun
BMKG memprediksi hujan dengan intensitas sedang hingga sangat lebat yang dapat disertai kilat atau petir dan angin kencang selama periode 3–9 Januari 2025
BMKG memantau bahwa Monsun Asia yang aktif, disertai fenomena La Nina lemah, menjadi faktor utama yang memengaruhi curah hujan di sejumlah wilayah.
MENTERI Koordinator Politik dan Keamanan (Menko Polkam) Budi Gunawan mengingatkan potensi dampak fenomena La Nina pada malam tahun baru 2025.
KEPALA Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menjelaskan bahwa cuaca ekstrem diperkirakan berpotensi terjadi hingga Maret-April 2025.
STASIUN Meteorologi El Tari Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), mengimbau warga agar mewapadai potensi cuaca ekstrem yang diperkirakan terjadi pada 22-24 September 2024.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved