Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Kepala LIPI: Kontribusi Swasta pada Riset Indonesia Masih Rendah

Humaniora
28/1/2021 13:00
Kepala LIPI: Kontribusi Swasta pada Riset Indonesia Masih Rendah
Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia ( LIPI) Laksana Tri Handoko(MI/RAMDANI)

Upaya peningkatan produktivitas riset dan inovasi membutuhkan ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, terlebih produktivitas riset Indonesia masih rendah.

“Produktivitas riset kita masih rendah. modal utama riset dan inovasi adalah SDM, bukan anggaran dan infrastruktur meskipun keduanya tidak kalah penting,” ujar Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Laksana Tri Handoko dalam seminar virtual UIN Sunan Kalijaga “Rancangan Induk dan Peta Jalan Penelitian Indonesia Bidang Sains dan Teknologi beberapa waktu lalu seperti dilansir dari laman LIPI.

Baca juga: Wakaf Uang Hanya Diinvestasikan untuk Produk Keuangan Syariah

Handoko mengatakan bahwa alokasi anggaran dari pemerintah bukan lagi menjadi soal. “Berdasarkan standar Unesco, tanggung jawab pemerintah untuk mengalokasikan belanja litbang nasional sudah tercapai, yaitu 1% PDB (Produk Domestik Bruto),” ungkapnya.

Menurutnya, peningkatan produktivitas riset nasional terganjal peran dan kolaborasi pihak industri. “Yang masalah, kita masih belum berhasil menarik belanja litbang dari nonpemerintah. Rendahnya kontribusi swasta/eksternal dalam kegiatan riset membuktikan akan rendahnya kapasitas dan kompetensi riset Indonesia,” sambung Handoko.

Handoko mengutakan, karakter pengembangan produk saat ini adalah individualis, faktor teknologi pengungkit semakin dominan, nonmanufaktur, jangka waktu hidup pendek dengan margin besar dan padat kreativitas.

“Kita di level riset dan inovasi harus fokus pada product development yang basisnya adalah teknologi fungsi. Peneliti adalah pencipta teknologi pengungkit,” terangnya.

Untuk dapat bersaing dan mengatasi iklim kompetisi yang ada, Handoko menegaskan agar pelaku riset tidak terfokus pada end product. “Karena end product itu melibatkan berbagai komponen dalam suatu sistem yang mengandung banyak risiko. Dalam konteks itu, di sinilah kolaborasi itu penting, karena kita perlu meminimalisasi risiko,” ucapnya.

Selain itu, proses manajemen riset pun harus mengedepankan Hak Kekayaan Intelektual dan berbasis kebaruan. (H-3)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : HUMANIORA
Berita Lainnya