Headline
Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.
Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.
Penemuan terbaru dari Studi Biologi Komunikasi, University College London (UCL) mengungkapkan bahwa bentuk kerangka hidung manusia modern ditentukan oleh materi genetik yang diwarisi dari manusia purba Neanderthal.
Neanderthal adalah spesies kuno yang tinggal di Eurasia 40.000 tahun yang lalu. Neanderthal berevolusi ketika manusia purba beradaptasi dengan iklim yang lebih dingin setelah meninggalkan Afrika. Para ilmuwan percaya bahwa beberapa DNA mereka tetap terdapat pada manusia modern.
Dr Kaustubh Adhikari, dari UCL Genetika, Evolution & Environment dan The Open University, mengatakan bahwa dalam 15 tahun terakhir, sejak genom Neanderthal diurutkan, para peneliti telah menemukan leluhur mereka.
“Di sini, kami menemukan bahwa beberapa DNA yang diwariskan dari Neanderthal memengaruhi bentuk wajah kita (manusia). Ini mungkin berguna bagi nenek moyang kita, karena telah diwariskan selama ribuan generasi,” jelasnya seperti dilansir dari Phys pada Rabu (10/5).
Studi ini menggunakan data dari lebih dari 6.000 sukarelawan di seluruh Amerika Latin yang terdiri dari keturunan campuran Eropa, Amerika Asli, dan Afrika. Mereka adalah bagian dari studi CANDELA dari studi UCL, yang direkrut dari Brasil, Kolombia, Cile, Meksiko, dan Peru.
Para peneliti membandingkan informasi genetik dari peserta dengan foto wajah mereka, khususnya melihat jarak antara titik-titik di wajah seperti ujung hidung atau tepi bibir untuk melihat bagaimana ciri-ciri wajah yang berbeda dikaitkan dengan kehadiran penanda genetik yang berbeda.
“Para peneliti berpikir DNA yang diwarisi dari Neanderthal, mungkin telah memengaruhi bentuk wajah manusia modern. Salah satu bidang yang menarik adalah hidung,” jelas penelitian tersebut.
Para peneliti juga mengidentifikasi 33 wilayah genom yang terkait dengan bentuk wajah. Dimana 26 di antaranya dapat mereka tiru dibandingkan dengan data dari etnis lain menggunakan responden di wilayah Asia Timur, Eropa, atau Afrika.
Seleksi alam
Dalam satu wilayah genom tertentu yang disebut ATF3,, para peneliti menemukan bahwa banyak orang dalam studi mereka dari keturunan penduduk asli Amerika (serta orang lain dari keturunan Asia timur) memiliki materi genetik dalam gen ini yang diwarisi dari Neanderthal. Mereka berkontribusi untuk meningkatkan karakter kerangka hidung yang mancung.
Mereka juga menemukan bahwa wilayah gen ini memiliki tanda-tanda seleksi alam. Hal itu menunjukkan bahwa prosesnya memberikan keuntungan bagi mereka yang membawa materi genetik.
Penulis pertama Dr. Qing Li (Universitas Fudan) mengatakan telah lama berspekulasi bahwa bentuk hidung kita ditentukan oleh seleksi alam; karena hidung kita dapat membantu mengatur suhu dan kelembaban udara yang kita hirup,
“Gen yang telah kita identifikasi disini mungkin diwariskan dari Neanderthal untuk membantu manusia beradaptasi dengan iklim yang lebih dingin saat nenek moyang kita pindah dari Afrika,” jelasnya.
Sementara itu, rekan penulis lain yang terlibat dalam penelitian ini, Profesor Andres Ruiz-Linares (Universitas Fudan, Genetika UCL, Evolusi dan Lingkungan, dan Universitas Aix-Marseille) menambahkan bahwa sebagian besar studi genetik tentang keragaman manusia telah menyelidiki gen orang Eropa
“Sampel studi kami yang beragam dari peserta Amerika Latin memperluas jangkauan temuan studi genetik, itu juga membantu kita untuk lebih memahami genetika semua manusia,” jelasnya.
Hasil penelitian itu merupakan penemuan DNA kedua dari manusia purba. Berbeda dengan Homo sapiens yang memengaruhi bentuk wajah kita, tim yang sama menemukan dalam makalah tahun 2021 bahwa gen yang memengaruhi bentuk bibir diwarisi dari Denisovans kuno (lihat grafis). (M-3)
Ekskavasi arkeologi di Tamil Nadu, India, temukan bukti pembuatan dan penggunaan besi yang diperkirakan berusia 5.000 hingga 5.400 tahun.
PARA pemangku kebijakan harus didorong dan diingatkan untuk memasukan perspektif arkeologis sebagai salah satu dasar pengambilan keputusan dalam melahirkan kebijakan.
Penemuan luar biasa terjadi di East Lomond, dekat desa Falkland, Fife, Skotlandia. Dalam sebuah proyek arkeologi sukarela, para penggali menemukan gagang tombak perunggu langka
Studi internasional yang melibatkan ahli genetika dan arkeologi mengungkapkan dua pola migrasi utama yang membentuk asal usul bahasa di kawasan Mediterania.
Misi arkeologi gabungan Mesir-Spanyol mengungkap penemuan luar biasa dari era Ptolemaik di situs Al-Bahnasa, Mesir.
Penggalian arkeologi di nekropolis Almalyk-Dere di Dataran Tinggi Mangup, Krimea, mengungkap koleksi perhiasan emas dan perak milik wanita bangsawan dari abad ke-4 - ke-6 Masehi.
Peneliti berhasil mengidentifikasi rahang Penghu 1 dari dasar laut Taiwan sebagai milik Denisovan, spesies manusia purba yang misterius.
Penemuan baru di Gua Kruger, Afrika Selatan, mengungkapkan teknik berburu canggih yang digunakan oleh manusia purba sekitar 7.000 tahun yang lalu.
Indonesia merupakan rumah bagi koleksi fosil manusia purba terbesar di Asia Tenggara. Dari seluruh temuan Homo erectus di dunia, 60% ditemukan di Indonesia.
Penemuan fosil manusia berusia sekitar 86.000 tahun di Gua Tam Pà Ling, Laos, memberikan wawasan baru tentang keberadaan manusia purba di Asia Tenggara.
Sekitar 40.000 tahun yang lalu, Homo sapiens muncul dari Afrika menggantikan Neanderthal, yang telah hidup di Eurasia barat selama ratusan ribu tahun.
Sebagai bentuk penghargaan dan kesepakatan para peneliti, fosil kerangka itu dinamai Besse, julukan khas bagi anak perempuan Suku Bugis
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved