Headline

Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Ini Dampak Covid-19 Terhadap Target SDGs

Zubaedah Hanum
27/9/2020 08:05
Ini Dampak Covid-19 Terhadap Target SDGs
Infografis SDG's(MI)

PEREKONOMIAN Indonesia dipastikan masuk dalam jurang resesi setelah tumbuh negatif karena pandemi covid-19. Pemerintah mengaku sudah mengantisipasi dampaknya terhadap sederet target pencapaian Sustainability Development Goals (SDGs).  

"Ada beberapa dampak covid-19 terhadap target SDGs di beberapa poin seperti memengaruhi tingkat kemiskinan dan kelaparan juga berpengaruh pada ketidaksetaraan di mana jumlah pengangguran semakin meningkat," ucap Staf Ahli Menteri PPN Bidang Sinergi Ekonomi dan Pembiayaan Amalia Adininggar Widyasanti ST, MSi, MEng, PhD, seperti dikutip dari laman Institut Teknologi Bandung, Sabtu (26/9).

Saat ini, imbuhnya, pemerintah sudah memberikan respons kebijakan yang dijalankan dalam empat tahap yaitu, penguatan fasilitas kesehatan, melindungi kelompok masyarakat rentan dan dunia usaha, mengurangi tekanan sektor keuangan, dan melakukan program pemulihan pascacovid-19.

Pemerintah juga sudah memiliki rencana pembangunan pascacovid-19 dengan menjadikan covid-19 sebagai transformasi atau radical change. Terdapat empat aspek yang akan dilakukan transformasi yaitu, percepatan, pemulihan industri, pariwisata dan investasi, reformasi sistem kesehatan nasional, reformasi sistem perlindungan sosial, dan reformasi sistem ketahanan bencana.

Guru Besar Ekonomi Unpad yang juga Founder SDGs Center Unpad Prof Arief Anshory Yusuf mengingatkan, bahwa pertumbuhan ekonomi yang sustained (terus menerus) dan inklusif sangat sentral dalam pencapaian SDGs.

"Hal-hal yang sentral untuk mencapainya adalah pengetahuan, produktivitas, inovasi, sains dan teknologi riset atau disebut dengan new growth theory.Ketika membicarakan pertumbuhan ekonomi dalam konsep SDGs adalah pertumbuhan ekonomi untuk jangka panjang, Ini bukan tentang ukuran besarnya ekonomi tapi tentang kesehjateraan,” ujar Prof Arief.

Ia menyebutkan, untuk mencapai pertumbuhan ekonomi bisa dengan inovasi yang terus-menerus dikembangkan. Ada beberapa faktor yang memengaruhi untuk malas berinovasi, yaitu luck hypothesis, geography hypothesis (negara yang ada di ekuator cenderung kurang berinovasi karena terlalu terlena dengan sumber daya yang dimiliki), culture hypothesis, dan institution hypothesis yang sebenarnya bisa dikontrol.

"Solusi yang bisa digunakan adalah dengan menggunakan konsep keadilan untuk pertumbuhan sebagai prasyarat memperoleh pertumbuhan ekonomi tinggi," cetusnya.(H-2)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zubaedah Hanum
Berita Lainnya