Headline

Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.

Fokus

PSG masih ingin menambah jumlah pemain muda.

New Normal, Kebiasaan Hidup Sehat Harus Jadi Prioritas

Ghani Nurcahyadi
14/6/2020 18:35
New Normal, Kebiasaan Hidup Sehat Harus Jadi Prioritas
Koordinator Staf Khsusu Presiden yang juga Pengurus PP Kagama AAGN Ari Dwipayana(Dok. Istimewa)

KENORMALAN baru (New Normal) merupakan isu yang sedang populer di masyarakat saat ini. Namun, sebaiknya tidak dibicarakan secara latah. 

Sekretaris Jenderal Pengurus Pusat Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (PP Kagama) sekaligus Koordinator Staf Khusus Presiden, AAGN Ari Dwipayana mengatakan bahwa, banyak pihak menggunakan istilah new normal dengan bermacam pandangan. 

Hal tersebut Ari sampaikan dalam sambutannya di seminar Kagama Health and Caring, bertopik New Normal: Perilaku Hidup Sehat, Bijak Memilih Obat dan Suplemen Kesehatan Selama Pandemi Covid-19, secara daring. Acara yang digelar PP Kagama tersebut dihadiri sekitar 500 orang peserta. 

"Ada yang menganggap new normal sebagai re-opening, pelonggaran PSBB. Tetapi, ada juga yang melihat new normal sebagai perubahan gaya hidup, perilaku, kebiasaan, atau adaptasi terhadap kebiasaan-kebiasaan baru," ujarnya.

Setiap orang memiliki pemaknaannya sendiri terhadap new normal. Namun, dalam seminar tersebut Ari mengajak masyarakat untuk membahas new normal dalam konteks perubahan perilaku hidup sehat.

"Pandemi ini memberikan makna yang luar biasa bagi kita semua. Karena telah mengubah secara fundamental kebiasaan-kebiasaan kita sebelumnya. Misalnya, cara kita belajar atau cara kita bekerja dari rumah yang sebelumnya tidak pernah kita bayangkan. Cara kita melakukan aktifitas ekonomi juga berubah termasuk dalam hal konsumsi," ujar Ari.

Baca juga : Ini Jam Kerja Dua Shift Jabodetabek Versi Gugus Tugas

Menurutnya, pandemi Covid-19 mempercepat adanya perubahan kebiasaan, termasuk juga kebiasaan menjaga kesehatan. Jika sebelumnya orang agak abai terhadap kesehatan, abai menjaga daya tahan tubuh, kali ini masyarakat menganggap persoalan ini sebagai sesuatu yang penting dan harus diutamakan.

Alumnus Departemen Politik Pemerintahan UGM angkatan 1990 itu menuturkan, pandemi telah menggugah kesadaran tentang ketahanan di bidang kesehatan, bukan hanya ketahanan di bidang ekonomi dan sosial.

Seperti kesadaran betapa tergantungnya Indonesia terhadap bahan obat-obatan.  Berdasar data, kata Ari, 95% bahan obat-obatan Indonesia diimpor dari berbagai negara. Indonesia banyak bergantung pada bahan obat-obatan dari luar. Demikian juga dalam hal pemenuhan kebutuhan alat-alat kesehatan. 

Pria asal Ubud, Bali itu menuturkan, Indonesia belum memiliki fasilitas pendukung yang cukup untuk melakukan rapid test maupun PCR (polymerase chain reaction) test. Laboratorium kesehatan juga terbatas, ditambah jumlah tenaga kesehatan yang kurang di tengah banyaknya ancaman penyakit berbahaya dan menular. Sebagai contoh angka TBC Indonesia menempati posisi ketiga tertinggi di dunia.  Indonesia juga punya masalah cukup serius dengan HIV.  

"Pandemi ini menjadi kesempatan kita untuk meningkatkan ketahanan negara di bidang kesehatan," pungkas pria kelahiran 1972 ini.

Untuk itu selain perilaku hidup sehat, serta bijak memilih obat dan suplemen, Ari juga mengimbau masyarakat untuk mengkonsumsi produk dalam negeri, termasuk dalam hal ini produk obat-obatan dan suplemen kesehatan. (OL-7)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi
Berita Lainnya