Headline
Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.
Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.
MAYORITAS warga (89,5%) menilai kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) adalah langkah yang tepat untuk memutus mata rantai virus korona atau covid-19.
Hal itu adalah hasil survei Jurnalisme Presisi hasil kerja sama Puslitbangdiklat Radio Republik Indonesia (RRI) dan Indo Barometer (IB) bertema PSBB yang diterima Media Indonesia, Kamis (23/4).
Direktur Eksekutif Indo Barometer Muhammad Qodari menuturkan, survei jurnalisme presisi RRI pada April 2020 mencoba memotret persepsi dan opini publik tentang PSBB dan mudik lebaran.
Survei yang dilaksanakan pada 9–15 April ini melibatkan 400 responden berdasarkan quota & purposive sampling yang tersebar secara proporsional. Margin of error survei ini ± 4.90% pada tingkat kepercayaan 95%.
Baca juga: Survei: Sekitar 2 Juta Orang bakal Tetap Mudik
Wilayah pelaksanaan survei di tujuh provinsi di Indonesia yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, DKI Jakarta, Banten, Sumatra Utara, dan Sulawesi Selatan yang memiliki populasi 64,9% populasi nasional.
Qodari menjelaskan, PSBB dianggap sebagai langkah yang tepat karena dianggap dapat mengurangi penyebaran virus korona oleh 25% responden, supaya penyebaran virus korona tidak semakin luas (22,8%), untuk keamanan masyarakat (14,3%), wujud perlindungan pemerintah terhadap masyarakat (10,5%), dapat mencegah penularan virus korona (10,5%), penyebaran virus korona sangat cepat (10,3%), agar penyebaran virus korona cepat berhenti (4,3%), dan mengurangi interaksi di masyarakat (2,5%).
Baca juga: Cegah Dehidrasi, Tenaga Medis Butuh Asupan Air Mineral
Survei ini menemukan masih ada 10% responden yang menilai PSBB sebagai langkah yang tidak tepat. Sedangkan sekitar 0,5% menjawab tidak tahu/tidak jawab.
Bagi yang menganggap PSBB seperti diatur Peraturan Menteri Kesehatan (PMK) Nomor 9 Tahun 2020 tentang PSBB sebagai langkah yang tidak tepat beralasan kesulitan mencari nafkah (40,3%), berdampak terhadap ekonomi masyarakat (30,7%), kepatuhan masyarakat masih rendah (11,4%), kehilangan pekerjaan (8,5%), (pendidikan, ibadah, bekerja) terbatas (4%), harusnya lockdown menyeluruh (2,3%), virus korona tidak terlalu berbahaya (1,7%), dan bantuan pemerintah belum ada (1,1%).
Sebanyak 65% responden menilai pelaksanaan PSBB seperti peliburan sekolah dan tempat kerja, pembatasan kegiatan keagamaan dan pembatasan kegiatan di tempat/fasilitas umum telah dipatuhi publik. Meskipun, cukup besar responden (32,8%) yang menilai pelaksanaan PSBB belum dipatuhi oleh masyarakat. Sisa responden yang menjawab tidak tahu/tidak jawab sebesar 2,3%.
Responden menyatakan pelaksanaan PSBB sudah dipatuhi oleh masyarakat yaitu karena alasan sekolah sudah diliburkan dan kerja dari rumah (42,4%), jalanan dan tempat umum terlihat sepi (14,6%), banyak penyemprotan disinfektan (11,4%), banyak warga yang menggunakan masker (8,4%), banyak aktivitas yang dibatasi (6,5%), kegiatan ibadah dibatasi (5,4%), mengikuti anjuran pemerintah (3,8%), karantina wilayah (3,5%), tempat kerja banyak yang libur (toko, ruko, perusahaan) (2,4%), dan penjagaan setiap wilayah (1,6%).
Sedangkan yang menyatakan pelaksanaan PSBB belum dipatuhi karena alasan tuntutan ekonomi masyarakat (51%), masih banyak warga yang berkerumun (17,2%), masih banyak warga yang berangkat kerja (11,7%), belum ada bantuan sehingga sulit tinggal di rumah (9%), masih banyak warga muslim yang melaksanakan salat Jumat (5,5%), tingkat kesadaran masyarakat masih rendah (3,4%), dan kurang sosialisasi (2,1%).
"Karena masih cukup besar responden (32,8%) yang menilai pelaksanaan PSBB belum dipatuhi, aparat pemerintah perlu lebih tegas dan menyeluruh dalam mengimplementasikan PSBB. Cara dan teknik implementasi di negara lain layak dicari untuk menjadi contoh," kata Qodari. (X-15)
Nimbus berada pada kategori VUM, artinya sedang diamati karena lonjakan kasus di beberapa wilayah, namun belum menunjukkan bukti membahayakan secara signifikan.
KEPALA Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan Ishaq Iskanda, Sabtu (21/6) mengatakan Tim Terpadu Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan (Sulsel) menemukan satu kasus suspek Covid-19.
Peneliti temukan antibodi mini dari llama yang efektif melawan berbagai varian SARS-CoV, termasuk Covid-19.
HASIL swab antigen 11 jemaah Haji yang mengalami sakit pada saat tiba di Asrama Haji Sukolilo Surabaya, menunjukkan hasil negatif covid-19
jemaah haji Indonesia untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap gejala penyakit pascahaji. Terlebih, saat ini ada kenaikan kasus Covid-19.
Untuk mewaspadai penyebaran covid-19, bagi jamaah yang sedang batuk-pilek sejak di Tanah Suci hingga pulang ke Indonesia, jangan lupa pakai masker.
Presiden Joko Widodo mengaku bingung dengan banyaknya istilah dalam penangan covid-19, seperti Pembatasan Sosial Berskala Besar hingga Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat.
Demi membantu UMKM untuk bangkit kembali, influencer Bernard Huang membuat gerakan yang diberi nama PSBB atau Peduli Sesama Bareng Bernard dii Kota Batam.
Kebijakan itu juga harus disertai penegakan hukum yang tidak tebang pilih, penindakan tegas kepada para penyebar hoaks, dan jaminan sosial bagi warga terdampak.
Dari jumlah tes tersebut, sebanyak 20.155 orang dites PCR hari ini untuk mendiagnosis kasus baru dengan hasil 6.934 positif dan 13.221 negatif.
Untuk menertibkan masyarakat, tidak cukup hanya dengan imbauan. Namun harus dibarengi juga dengan kebijakan yang tegas dalam membatasi kegiatan dan pergerakan masyarakat di lapangan.
Epidemiolog UI dr.Iwan Ariawan,MSPH, mengungkapkan, untuk menurunkan kasus Covid-19 di Indonesia, sebenarnya dibutuhkan PSBB seperti tahun 2020 lalu.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved