Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

BNPB Perkuat Mitigasi Bencana Masyarakat Desa di Pesisir Jawa

Indriyani Astuti
10/7/2019 15:10
BNPB Perkuat Mitigasi Bencana Masyarakat Desa di Pesisir Jawa
Salah satu dampak kerusakan akibat tsunami yang terjadi di Banten, Desember, Tahun lalu.(MOHD RASFAN / AFP)

KESIGAPAN masyarakat yang tinggal di pesisir Selatan Pulau Jawa perlu ditingkatkan mengingat adanya potensi tsunami di wilayah tersebut. Badan Nasional Penaggulangan Bencana (BNPB) memetakan bahwa ada 584 desa yang dihuni sekitar 600 ribu penduduk di Selatan Pulau Jawa yang masuk dalam daerah risiko tinggi tsunami.

"Tanpa adanya kesiapsiagaan dan mitigasi, kalau terjadi tsunami di Selatan Pulau Jawa, diprediksi menelan korban yang tidak sedikit," ujar Direktur Pemberdayaan Masyarakat BNPB Liliek Kurniawan dalam acara temu media mengenai Ekspedisi Desa Tangguh Bencana di Graha BNPB, Jakarta, pada Rabu (10/7).

BNPB akan mengadakan ekspedisi Desa Tangguh Bencana di Selatan Pulau Jawa selama 34 hari, mulai 11 Juli. Ekspedisi tersebut melibatkan lintas sektor termasuk pemerintah daerah, perguruan tinggi, akademisi, organisasi masyarakat, perusahaan, dan media.

Tujuan dari ekspedisi guna memotret kesiapsigaan masyarakat termasuk aparat desa apabila bencana tsunami terjadi, termasuk menggali lebih dalam kearifan lokal yang dimiliki masyarakat dalam memitigasi bencana dan infastruktur yang tersedia, seperti alat deteksi dini tsunami, sirine, shelter untuk berlindung dari tsunami, dan rambu-rambu peringatan.

Liliek menuturkan peristiwa tsunami di Selat Sunda, Banten, pada Desember 2018 lalu menjadi pelajaran kurangnya kesiapan masyarakat menghadapi tsunami di Selatan Jawa. "Kami juga akan memberikan sosialisasi ke sekolah-sekolah dan masyarakat potensi bencana apa saja yang ada di wilayah mereka," imbuh Liliek.

Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai mitigasi kebencanaan diakui oleh Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG). Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG Rahmat Triyono menuturkan kebanyakan masyarakat belum memahami peringatan tsunami yang diberikan BMKG.

Ia menyontohkan ketika ada gempa bumi kemudian BMKG mengeluarkan peringatan level waspada tsunami, kerap kali disalahartikan oleh masyarakat di sekitar pantai agar melakukan evakuasi. Waspada tsunami, terang Rahmat berarti masyarakat dihimbau untuk menjauhi daerah pantai.
"Kalau sudah pada level awas baru dilakukan evakuasi secara menyeluruh," tuturnya. (A-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Adiyanto
Berita Lainnya