Headline
KPK akan telusuri pemerasan di Kemenaker sejak 2019.
SEJAK masih sekolah taman kanak-kanak (TK) Hanah Halfikih sudah sering berhalusinasi. Ia juga kerap mengalami dua suasana hati, yakni depresi dan gembira yang tidak terkendali.
Keadaan itu membuat dia berontak dan akhirnya sering berada di luar rumah. Namun, saat berada di luar rumah pun ia tetap merasa tersiksa, bahkan pada puncaknya ia ingin bunuh diri.
Seiring dengan berjalannya waktu, tepatnya saat duduk di SMA, dokter pun memvonis perempuan yang akrab disebut Hanah Madness itu menderita gangguan bipolar. Sejak itu, Hanah yang kini menekuni dunia visual artistik menjalani terapi dan sejumlah pengobatan. Bahkan sampai saat ini ia tidak berhenti menjalani terapi.
Baca juga: Ini 5 Sumber Makanan yang Bisa Meredakan Depresi
“Makin parahnya lagi, keluarga di rumah tidak cukup punya pemahaman apa itu gangguan bipolar,” kata Hanah dalam testimoninya pada seminar peringatan Hari Bipolar Sedunia, di Jakarta beberapa waktu lalu.
Ia mengaku masih mendapatkan banyak stigma atau anggapan negatif dari masyarakat bahwa ia orang gila. “Seharusnya, orang terdekat kita merangkul orang dengan bipolar (ODB), bukan malah mengecap gila. Dari situ kami bisa diarahkan untuk sesuatu hidup yang normal,” lanjut Hanah yang memilih penyaluran bakat positif melalui seni dan bermeditasi.
Dari proses menekuni seni itu, Hanah kemudian mendapat banyak apresiasi dari dalam maupun luar negeri. “Apresiasi itu sangat membantu saya untuk perlahan-lahan sembuh. Termasuk orang terdekat yang sangat bisa memahami saya. Intinya beri kami lingkungan yang positif saja pasti akan lebih baik,” pungkas Hanah.
Baca juga: Ini Tanda-tanda Dini Gangguan Mental OCD
Di acara terpisah Kepala Instalasi dan Rehabilitasi Psikososial RS Marzoeki Mahdi, Lahargo Kembaren, mengatakan kehadiran keluarga dan warga sekitar untuk mengetahui ciri dan gejala ODB sangat penting. ODB umumnya tidak mengetahui dirinya mengalami gangguan tersebut.
“Perubahan suasana hati di bipolar sangat signifikan atau ekstrem sekali. Mereka bisa tiba-tiba berubah tanpa tahu bagaimana atau seperti apa keadaannya. Bahkan kadang tanpa ada pemicunya. Jadi, harus orang sekitar yang punya awareness,” tambahnya, dalam seminar di Kemendikbud, Jakarta, Sabtu (7/4).
Jadi, lanjut Lahargo, bila ada anggota keluarga yang sudah memiliki gejala melankolis, enggan bergerak, hingga perubahan suasana hati yang ekstrem dalam jangka waktu lama, ia harus segera mendapatkan penanganan.
Baca juga: Bisa Beri Perhatian Positif untuk Orang Lain, Satu Tanda Sehat Mental
“Bila tidak, berbagai kendala dapat dialami ODB. Mulai dalam bekerja, bersosialisasi, hingga potensi bunuh diri.”
Dikatakan Lahargo, meski lebih banyak diderita pada usia remaja hingga usia peralihan menuju dewasa, bipolar sebenarnya dapat diderita semua usia, mulai anak-anak hingga lansia. ODB berisiko untuk melakukan bunuh diri meningkat sampai 15 kali lipat pada mereka yang tidak mengalaminya.
Gangguan Bipolar, sambungnya, bersifat seumur hidup. Namun, terapi obat yang tepat serta dukungan orang-orang terdekat dapat membantu ODB mendapatkan kembali kendali mood mereka.
Di tempat yang sama, pembicara lain dalam diskusi, Manajer Indonesian Institute Yossa Nainggolan, mengatakan stigma pada orang dengan bipolar (ODB) hingga sekarang masih tinggi di Indonesia.
“ODB merupakan penyandang disabilitas, ada di undang-undang (UU No 8 Tahun 2016 tentang Disabilitas). Sampai sekarang masih banyak warga yang anggap ODB adalah orang gila, sakit, tidak mampu bekerja dan mengenyam pendidikan normal.”
Baca juga: Brrrr... Ini Alasan Mandi Air Dingin Sangat Dianjurkan
Stigma tersebut, lanjut Yossa, sangat keliru. ODB tetap dapat bekerja, sekolah, dan berkarya bila mereka mendapatkan penanganan yang tepat.
Menurut data WHO pada 2017, terdapat 60 juta penderita gangguan bipolar di seluruh dunia. Di Indonesia, belum ada data pasti karena banyak ODB tidak menyadari kondisi mereka dan tidak didukung dengan lingkungan yang memahami bipolar.
Namun, pada 2017 RS Cipto Mangunkusumo Jakarta memperkirakan jumlah ODB berkisar 1%-3,5% dari populasi orang dewasa. Sebanyak 15% di antaranya berakhir dengan bunuh diri.
Dikatakan Yossa, dukungan terhadap pasien dengan gangguan bipolar juga masih minim. Hanya 30% dari 9.000 puskemas di seluruh Indonesia yang memiliki program layanan kesehatan jiwa. (Ths/X-7)
Riskesdas 2018 menunjukkan bahwa 35,4% penduduk dewasa Indonesia mengalami obesitas, dengan angka tertinggi tercatat di DKI Jakarta (43,2%).
Pemerintah Singapura telah melarang penggunaan vape karena penambahan zat berbahaya seperti Etomidate ke dalam alat penguap elektronik itu menimbulkan bahaya serius pada penggunanya.
KETUA Majelis Kehormatan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Prof Tjandra Yoga Aditama menyoroti usulan anggota DPR RI agar ada gerbong kereta api khusus untuk perokok.
Pentingnya penguatan data kesehatan, khususnya penyakit zoonosis (penyakit yang ditularkan dari hewan dan unggas) serta pemantauan malnutrisi, agar kasus serupa dapat dicegah sejak dini.
Medical Check Up menjadi layanan yang paling diminati di luar negeri, menandakan potensi besar industri kesehatan domestik yang harus dioptimalkan.
Kasus Raya, anak di Sukabumi, Jawa Barat, yang meninggal karena tubuhnya dipenuhi cacing menunjukkan standar kebersihan di masyarakat Indonesia masih tergolong rendah.
Studi terbaru menunjukkan memelihara kucing dapat mengurangi stres, memperkuat kesehatan mental, serta memberikan efek positif bagi kesehatan fisik.
Ilmuwan Tiongkok menemukan cara mengubah stem cell atau sel punca manusia menjadi sel otak penghasil dopamin.
Penting bagi keluarga maupun orangtua yang memiliki remaja bisa memahami perubahan perilaku remaja agar bisa mendeteksi dini jika anak mereka mengalami masalah kesehatan mental.
Functional Freeze adalah kondisi emosional di mana orang tua tetap menjalankan rutinitas sehari-hari namun merasa mati rasa secara internal.
KESEHATAN mental dinilai menjadi isu yang perlu menjadi perhatian di momen hari kemerdekaan.
Fenomena ini, menurut Kak Seto, tak lepas dari lemahnya interaksi sosial di dunia nyata, yang semakin tergeser oleh aktivitas di dunia maya.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved