Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
INDUSTRI film Indonesia tengah mengalami transformasi besar lewat keberanian para produser yang tidak hanya memproduksi tontonan, tetapi juga mengusung misi perubahan. Tiga nama menonjol—Angga Dwimas Sasongko, Linda Gozali, dan Mira Lesmana—mendorong batas genre konvensional untuk membawa perfilman nasional ke level baru: lebih inklusif, lintas usia, lintas budaya, dan kompetitif secara global.
Sebagai CEO Visinema dan produser film Jumbo, Angga Dwimas Sasongko masuk ke dunia animasi bukan karena tren, melainkan karena keprihatinan. Dengan hanya 21% anak Indonesia mengakses pendidikan usia dini, ia melihat film sebagai sarana penguatan literasi sejak dini.
“Kami sadar dunia anak dan keluarga di film masih minim eksplorasi. Maka kami ambil risiko besar di animasi—dan hasilnya mulai terlihat dengan sambutan terhadap Jumbo,” ujarnya di Jakarta (11/6).
Baginya, animasi bukan sekadar bentuk visual, tapi pertaruhan strategis. Jika berhasil, film anak Indonesia bisa punya ekosistemnya sendiri—yang selama ini dikuasai impor.
Linda Gozali, yang menggarap Qodrat 2, memulai perjalanannya dari ketidaktahuan terhadap genre horor. Tapi justru itu yang membuat pendekatannya unik: ia menonton 40 film horor untuk memahami ritmenya.
“Saya sadar banyak film horor kita belum memanfaatkan nilai-nilai lokal yang sebenarnya bisa jadi kekuatan. Qodrat membawa itu—nilai Islam yang hangat dan berbeda dari horor Barat,” jelasnya.
Misi Linda adalah menjangkau pasar internasional lewat kearifan lokal. Bahkan ketika sulit mendapatkan dukungan investor, ia membuktikan keseriusannya dengan menyutradarai adegan pembuka sebelum pandemi, sebagai bentuk komitmen.
Genre musikal adalah ‘anak tiri’ di industri film Indonesia. Tapi bagi Mira Lesmana, ini justru lahan yang layak diperjuangkan. Film terbarunya, Rangga & Cinta, melanjutkan jejak Petualangan Sherina yang ia produksi lebih dari dua dekade lalu.
“Musikal itu darah saya. Tapi tantangannya besar—dari sisi produksi hingga penerimaan pasar. Tapi saya percaya penonton haus akan sesuatu yang berbeda,” ungkapnya.
Mira membangun film ini dengan aktor baru yang multitalenta: bisa bernyanyi, menari, dan berakting. Ia melihat gelombang minat baru pada musikal lewat panggung seperti Laskar Pelangi dan Keluarga Cemara sebagai sinyal bahwa waktunya genre ini kembali.
Edwin, Presiden APROFI, menggarisbawahi pentingnya sinergi lintas pihak—pemerintah, komunitas kreatif, dan mitra global—dalam memperkuat narasi perfilman Indonesia.
“Kami melihat lonjakan pertumbuhan industri film yang sangat signifikan. Mari jaga momentum ini bersama,” tegasnya. (Z-10)
Angga Dwimas Sasongko percaya bahwa cerita bermuatan lokal dan inovasi dengan cerita tersebut adalah kunci yang dibutuhkan untuk membuka pintu peluang perfilman nasional menembus global.
Menurut Angga Dwimas Sasongko, film Ratu Malaka adalah karya yang personal dan monumental.
Angga Dwimas Sasongko akan kembali menyutradarai film terbaru berjudul Ratu Malaka. Proyek film aksi tersebut direncanakan akan diproduksi pada 2026.
Ardhito Pramono berperan sebagai William, sosok anak muda pendiri perusahaan mata uang digital yang mahir di bidang teknologi.
Berperan sebagai Gita, seorang staff divisi Cyber di Badan Kontra Terorisme Indonesia, Niken Anjani dituntut memiliki badan yang proporsional untuk mendukung tampilannya.
Karakter Mamet, yang sebelumnya diperankan Dennis Adhiswara, dikenal dengan perangainya yang lucu dan sempat menaruh hati pada Cinta.
Sutradara Riri Riza mengatakan karakter Rangga merupakan sosok ‘outsider’ dari lingkungannya.
Kedua perusahaan film tersebut melengkapi jajaran kolaborator Miles Films dalam memproduksi dan mempersembahkan film Rangga & Cinta
Selama tiga hari, ada 151 booth yang dibuka, 1.767 meeting telah diadakan, 61 MoU telah ditandatangani, 164 jurnalis hadir dari berbagai negara, dan 1.054 market badge
Miles Films siap melahirkan karya-karya baru dengan genre yang beragam dan berkolaborasi bersama para sineas muda.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved