Headline

Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.

Fokus

PSG masih ingin menambah jumlah pemain muda.

Nova Eliza, Luka Masa Kecil di Aceh Dorong Aksi Bela Perempuan

Atalya Puspa
28/11/2024 11:06
Nova Eliza, Luka Masa Kecil di Aceh Dorong Aksi Bela Perempuan
Nova Eliza(Instagram @novaelizatime)

MASA kecil selebritas Nova Eliza di Aceh pada era Daerah Operasi Militer (DOM) menjadi titik awal kesadaran dan tekadnya untuk memperjuangkan hak perempuan. Hal itu diungkapkannya dalam acara bersama dengan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA), beberapa waktu lalu.   

Aktris berusia 44 tahun itu tumbuh di tengah situasi konflik yang memunculkan banyak korban, terutama perempuan dan anak-anak. Pengalaman itu meninggalkan kesan mendalam yang membentuk komitmennya untuk melawan segala bentuk kekerasan terhadap perempuan di Indonesia.

"Saya melihat langsung bagaimana perempuan dan anak-anak menjadi korban. Dari situ, saya punya tekad bahwa suatu hari, ketika pindah ke Jakarta, saya ingin mendedikasikan diri untuk mendorong perempuan agar tidak lagi mengalami kekerasan atau pelecehan," ujar Nova Eliza. 

Tekad ini akhirnya diwujudkan dengan mendirikan Suara Hati Perempuan Foundation pada 2015. 

Dengan latar belakang sebagai aktor, Nova memilih seni sebagai medium untuk menyuarakan misinya. Yayasan yang dipimpinnya sering mengadakan pameran fotografi yang menggambarkan kisah-kisah korban kekerasan. 

Kegiatan ini melibatkan lebih dari 150 figur publik, termasuk laki-laki, untuk menunjukkan bahwa perjuangan melawan kekerasan bukan hanya tugas perempuan, tetapi tanggung jawab bersama.

“Kami sering berkolaborasi untuk membuat kampanye kreatif. Selain itu, kami fokus pada dare to speak up, yakni mendorong para penyintas untuk berani berbicara meskipun sangat sulit. Hal ini penting untuk memecah kebisuan yang sering kali menghalangi keadilan,” tambahnya.

Nova dan timnya juga kembali ke Aceh untuk memberikan edukasi dan dorongan kepada masyarakat setempat. Mereka bekerja sama dengan mahasiswa, pelajar, hingga kementerian untuk menggalakkan kampanye anti-kekerasan. 

Dalam salah satu kegiatan di Aceh, antusiasme masyarakat terlihat jelas ketika banyak peserta yang dengan berani berbicara tentang pengalaman mereka.

“Kami melihat bagaimana mahasiswa di Aceh bersemangat untuk menyampaikan uneg-uneg mereka tentang pelecehan dan kekerasan. Ini menunjukkan bahwa upaya membangun kesadaran mulai berhasil. Perempuan kini lebih berani melapor, yang berarti ada peningkatan keberanian untuk melawan kekerasan,” kata Nova.

Nova juga menyoroti tantangan baru yang dihadapi perempuan, terutama dalam ranah digital. Banyak kasus kekerasan berbasis gender yang terjadi di dunia maya, sering kali melibatkan pelaku lintas negara, sehingga sulit diatasi. Hal ini menambah beban yang dihadapi korban, terutama dalam budaya patriarki yang masih kuat.

“Trauma yang dialami korban sangat mendalam. Oleh karena itu, kami terus bekerja sama dengan komunitas, yayasan, dan pemerintah untuk menciptakan ruang ekspresi bagi mereka. Perjuangan ini membutuhkan kolaborasi semua pihak,” tegasnya. (Z-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya