Headline

Pemilu 1977 dan 1999 digelar di luar aturan 5 tahunan.

Fokus

Bank Dunia dan IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini di angka 4,7%.

Fenomena Jerome Curse dan Pentingnya Tanggung Jawab Sosial dalam Media Online

Jesseline Jovanka Susanto, Lewis Edbert Chendana, Angelin Gabriela, Geneviere Michelle, P. Tommy Y. S. Suyasa (Mahasiswa Universitas Tarumanegara)
17/7/2024 20:20
Fenomena Jerome Curse dan Pentingnya Tanggung Jawab Sosial dalam Media Online
Ilustrasi.(Freepik)

SIAPA sih yang tidak mengenal Jerome Polin? Jerome Polin (JP) adalah seorang YouTuber (selebritas internet) berkewarganegaraan Indonesia yang senang sekali membagikan konten vlog mengenai kehidupannya di Jepang. Jerome Polin mengawali kariernya sebagai YouTuber sekitar 6 tahun lalu. Di awal karier video YouTube yang dipublikasikan, Jerome Polin sempat menceritakan bagaimana ia mendapatkan beasiswa penuh untuk bisa kuliah di Universitas Waseda, Shinjuku, Tokyo, Jepang.

Seiring dengan kariernya sebagai YouTuber, JP bukan saja menerima pujian, tetapi ia juga mendapat cacian/makian dari para warganet. Bahkan ada istilah yang diberikan oleh warganet kepadanya, yaitu Kutukan Jerome (Jerome Curse). Kutukan Jerome adalah label yang diberikan oleh warganet kepada Jerome yang dianggap sebagai penyebab dari ketidakberuntungan.

Kutukan Jerome (Jerome Curse) berawal dari kejadian tahun lalu, dimana JP mendukung tim basket Golden State Warriors yang berimbas pada kekalahan tim tersebut. Kejadian yang membuat JP dianggap sebagai penyebab dari ketidakberuntungan tidak hanya sampai di situ. Meme 'masbro' kapibara yang tidak lagi viral, Zenius yang bangkrut setelah JP menjadi brand ambassador, Band Kana-boon asal Jepang yang bubar setelah JP menyanyikan lagu berjudul Silhouette, hingga salah satu Vtuber yang hampir diberhentikan setelah JP mampir ke kantor Nijisanji. 

Baca juga : Traveling Anti-Mainstream di Jepang, Ini Tips dari Jerome Polin

Bahkan, ada juga yang mengaitkan kutukan Jerome dengan kerusuhan yang terjadi pada tahun 1998, karena Jerome yang lahir pada tahun tersebut. Dan baru-baru ini, kutukan Jerome kembali viral di media sosial setelah Jerome mendukung Timnas Indonesia yang melawan Uzbekistan di ajang Piala Asia U-23 2024 di Qatar, yang berujung kekalahan Timnas Indonesia.

Terkait dengan beberapa masalah di atas, secara logika, bisa jadi hal tersebut hanya bersifat kebetulan. Sesuatu yang tidak lagi viral bisa disebabkan karena masyarakat yang sudah bosan, munculnya konten baru yang lebih menarik, perubahan algoritma, dan banyak alasan lainnya. Sehingga, terlalu dini untuk menghubungkan bahwa JP sebagai penyebab sesuatu tidak lagi viral. 

Sebuah perusahaan yang bangkrut bisa disebabkan karena ketatnya persaingan dalam dunia usaha, biaya operasional yang semakin tinggi, gagal dalam menyesuaikan perubahan, manajemen yang bermasalah, dan sebab lainnya. Maka, terlalu dini untuk menghubungkan bahwa JP sebagai brand ambassador adalah penyebab dari bangkrutnya Zenius. Bahkan, sudah banyak berita yang membahas terkait masalah tutupnya Zenius itu. Yakni, karena adanya proses pengakuisisian dan masalah operasional. 

Baca juga : Satu dari Sepuluh Pemuda Jepang Mengalami Pelecehan di Kereta dan Tempat Umum

Alasan sebuah band bubar, dan diberhentikannya seseorang dari agensi biasa terjadi karena pihak terkait yang melanggar kontrak atau terlibat skandal yang membuat agensi terpaksa memutus kontrak. Jadi, hal tersebut tidak dapat dihubungkan bahwa JP sebagai penyebab bubarnya Band Kana-boon hanya karena JP menyanyikan salah satu lagu dari band itu, atau diberhentikannya seorang Vtuber karena JP mampir ke kantor tempat Vtuber tersebut bekerja. 

Seperti yang kita ketahui, bahwa kerusuhan tahun 1998 terjadi karena masalah ekonomi yang disebabkan krisis moneter, sehingga hal tersebut tidak dapat dihubungkan dengan kelahirannya JP. Kalahnya sebuah tim dalam pertandingan, umumnya disebabkan oleh kesiapan mental pemain, kondisi fisik pemain, kualitas lawan, kurangnya strategi atau taktik yang digunakan, dan faktor lainnya yang menyebabkan kalahnya sebuah tim. 

Bahkan Shin Tae-yong, pelatih Timnas U-23 Indonesia, mengatakan bahwa kekalahan Timnas Indonesia terjadi karena para pemain yang merasa gugup sebelum laga. Oleh karena itu, kita tidak dapat menghubungkan JP adalah penyebab dari kalahnya Timnas Indonesia melawan Uzbekistan. 

Baca juga : Islam Bercahaya di Negeri Sakura, Masjid Pertama di Yokohama Akan Dibangun

Istilah Jerome Curse yang salah kaprah, seperti pada pembahasan di atas yang awalnya hanya sebagai candaan, diikuti dengan berbagai macam komentar negatif warganet. Komentar negatif pada dasarnya adalah bentuk dari perilaku agresif. Perilaku agresif, adalah sebuah tindakan yang bersifat negatif dan bertujuan untuk melukai atau mencelakai individu lainnya (Krahé, 2013; King, 2017). 

Perilaku agresif terdiri dari dua jenis, yaitu fisik dan verbal. Komentar negatif yang disampaikan oleh warganet merupakan contoh salah satu bentuk agresi verbal yang dapat melukai hati orang yang menerima komentar tersebut.

Akibat dari berbagai komentar negatif yang disampaikan oleh warganet, Jerome Polin sempat merasa down, takut, overthinking, trauma, dan tertekan. Hal tersebut ia akui dalam podcast YouTube milik Deddy Corbuzier yang dipublikasikan pada tanggal 3 Mei 2024. 

Baca juga : Jadi Indikator Pertumbuhan, Mitra Agen dapat Apresiasi 

Agresivitas terjadi, karena kurangnya tanggung jawab sosial (Courel-Ibanez et al., 2019). Tanggung jawab sosial (social responsibility) adalah komitmen individu untuk berpartisipasi dalam memberikan manfaat kepada komunitas/masyarakat sekitar (Pastor et al., 2024). 

Tanggung jawab sosial merupakan kewajiban individu terhadap kepentingan dan kesejahteraan masyarakat. Menurut Lee et al. (2023), dengan adanya tanggung jawab sosial, maka seseorang akan mengedepankan tujuan dan manfaat bersama dibandingkan dengan tujuan pribadi. 

Demikian pula menurut Mergler (2016), tanggung jawab sosial yang tinggi ditandai dengan kecenderungan individu untuk membantu, menghargai, dan berkontribusi kepada masyarakat, serta berperan aktif dalam melakukan perubahan ke arah yang lebih baik (Wong, 2010).

Pada saat individu memiliki tanggung jawab sosial, individu akan lebih memperdulikan perasaan orang lain, dan lebih berhati-hati sebelum melakukan tindakan tertentu atau sebelum berkata-kata. 

Untuk itu, agar agresivitas dapat diantisipasi, tampaknya kita perlu lebih memiliki tanggung jawab sosial. Kesadaran terhadap tanggung jawab sosial akan membuat kita menjadi lebih peduli terhadap perasaan orang-orang di sekitar, sehingga agresivitas kita menjadi lebih terkendali. 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik