Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Mempertahankan Nama Besar Tahu Sayang Cianjur

(BB/E-3)
11/1/2021 05:45
Mempertahankan Nama Besar Tahu Sayang Cianjur
Sejumlah pekerja di pabrik pembuatan tahu di Gang Semboja, Kampung Sayang Semper, Kelurahan Sayang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat,(MI/BENNY BASTIANDY)

TAHU Sayang begitu melegenda. Bagi warga Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, merek ini sudah sangat melekat. Siapa saja yang hendak membeli tahu, pasti selalu menanyakan terlebih dulu tahu sayang atau bukan.

Kalau disebut Tahu Sayang, bisa dipastikan warga akan langsung membelinya. Kalaupun bukan, pasti akan pikir-pikir dulu.

Tahu Sayang disebut-sebut sebagai tahu yang kali pertama diproduksi di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Nama Tahu Sayang sendiri diambil dari nama tempat pabrik pembuatannya di Kelurahan Sayang, tepatnya di Gang Semboja III Kampung Sayang Semper RT 02/04, Kelurahan Sayang, Kecamatan Cianjur.

Kelebihan Tahu Sayang tentu lebih ke rasa, kualitas, dan daya tahan. Apalagi, tahu tersebut diproduksi tanpa bahan pengawet atau pewarna buatan. Semuanya menggunakan bahan alami.

Perjalanan pabrik Tahu Sayang sudah cukup lama. Agusnawan, anak pemilik pabrik Tahu Sayang, menyebut pabrik yang dibangun orangtuanya itu berdiri pada sekitar 1970-an. Kini Agusnawan dipercaya orangtuanya mengelola pabrik tahu dan tempe itu.

Banyak suka dan duka dialami Agusnawan selama mengelola pabrik orangtuanya. Satu di antaranya ketika harus dihadapkan dengan lonjakan harga kacang kedelai saat ini dari Rp7.600 per kilogram menjadi Rp9.400 per kilogram.

Bagi Agusnawan maupun perajin tahu dan tempe lainnya, kenaikan harga mencapai selisih hampir Rp2 ribu per kilogram tentu cukup memberatkan.

Mereka kebingungan antara tetap memaksakan berproduksi atau memilih mogok sementara waktu sambil menunggu harga kembali stabil. Apalagi di tengah kondisi pandemi covid-19 yang penuh dengan perjuangan.

Tapi Agusnawan memilih tetap bertahan. Ia memang memiliki beban moral mempertahankan usaha turun-temurun dari orangtuanya. Agusnawan juga berupaya mempertahankan eksistensi brand Tahu Sayang yang sudah begitu melekat bagi masyarakat Cianjur.

"Memang kami sempat kebingungan juga saat harga kacang kedelai naiknya jadi drastis begini," tutur Agusnawan.

Agar usahanya tetap berjalan, Agusnawan pun mengatur strategi produksi.

Berbeda dengan pedagang lain yang mengurangi ukuran dengan harga tetap, Agusnawan memilih menaikkan harga tapi ukuran tidak berubah.

Baginya, cara itu dinilai solutif daripada tidak berproduksi sama sekali yang artinya tidak ada penghasilan dan pekerjanya pun tidak akan mendapatkan upah untuk keluarga mereka.

"Sebelum harga kedelai naik seperti ini, saya biasa ngejual tahu Rp350 per buah. Kalau sekarang saya jual Rp380 per buah. Mau gimana lagi, kondisinya seperti ini," tuturnya.

Cara lain agar biaya operasional tidak membengkak, Agusnawan pun mengurangi jumlah produksi bahan baku kacang kedelai. Biasanya dalam kondisi normal Agusnawan memproduksi bahan baku kacang kedelai sebanyak 5-6 kuintal per hari untuk pembuatan tahu dan 1 kuintal untuk pembuatan tempe.

Terkait kenaikan ini, Agusnawan berharap pemerintah bisa segera mengendalikan harga yang tidak terkontrol. "Selama kami berjualan, baru kali ini kenaikan harganya sangat signifikan," pungkas Agusnawan.

Dinas Koperasi UKM Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Cianjur, Tohari Sastra, mengatakan pada prinsipnya pemerintah tentu akan berupaya maksimal agar harga bisa kembali normal.

"Pasti kami akan berupaya maksimal agar harga kacang kedelai bisa kembali normal," pungkasnya. (BB/E-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Triwinarno
Berita Lainnya