Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Langkah Cepat Kementan Genjot Produktivitas

(Iam/E-2)
11/1/2021 05:25
Langkah Cepat Kementan Genjot Produktivitas
OPERASI PASAR STABILISASI HARGA KEDELAI: Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo meninjau tempat produksi tempe saat operasi stabilitas harga(ANTARA FOTO/Fauzan/wsj.)

MELONJAKNYA harga kedelai membuat Kementerian Pertanian (Kementan) menyusun berbagai langkah strategis untuk melipatgandakan produksi kedelai guna menstabilkan harga di pasar.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan pihaknya menyusun agenda SOS untuk pemulihan harga kedelai di jangka pendek dan kemandirian kedelai untuk jangka panjangnya.

"Jadi, agenda SOS itu melakukan stabilisasi, baik pasokan maupun harga. Pertama, mendekatkan semua ketersediaan kedelai yang ada kepada sentra pengguna kedelai di seluruh Pulau Jawa bahkan di luar Jawa. Kita berharap 100 hari ini kondisi kita normalkan sesuai perintah Presiden kepada saya," kata Syahrul.

Pada 100 hari pertama, Kementan fokus pada penguatan pembibitan kedelai. Hasil dari pembibitan tersebut akan dibagi kembali sebagian untuk dikonsumsi dan sebagian lagi langsung ditabur untuk 100 hari pembibitan kedua.

Langkah selanjutnya, yakni di 200 hari berikutnya, Kementan akan membuat loncatan produktivitas dengan menggandeng importir dan asosiasi lainnya.

Kementan sendiri telah menetapkan harga kedelai seharga Rp8.500/kg supaya ada margin yang cukup untuk diintervensi sehingga petani lokal mau menanam kedelai.

"Sekarang kita sudah punya kesepakatan terhadap standar (harga) supaya semua bisa jalan dengan baik. Tentu ini harus menghilangkan ego sektor sehingga kita capai angka Rp8.500/kg secara nasional bukan hal yang mudah," ucapnya.

Syahrul membuat estimasi selama 2 tahun terkait dengan anomali naik-turunnya harga kedelai di Tanah Air.

"Jadi, saya yakin kalau perajin tahu-tempe kembali produksi, tidak ada persoalan ketersediaan. Jika harga naik sedikit maka kami patok dari Rp9.200/kg, tapi sekarang harus Rp8.500/kg untuk sementara. Jadi besok harapannya ada standar eceran," ungkapnya.

Mantan Gubernur Sulawesi Selatan tersebut menyebutkan rendahnya serapan kedelai lokal karena petani cenderung lebih memilih menanam jagung, bukan kedelai. Hal itu karena menanam jagung dinilai lebih mudah jika dibandingkan dengan menanam kedelai. Harga jagung pun lebih tinggi.

"Kenapa petani kita pilih tanam jagung? Karena harga jagung jauh lebih tinggi, mana mau dia tanam kedelai yang keuntungannya lebih sedikit. Selain itu, kedelai itu lebih repot, hamanya banyak," ucapnya.

Dihubungi di kesempatan terpisah, Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian Agung Hendriadi menyebutkan Indonesia memiliki potensi untuk swasembada kedelai. Namun, hingga kini usaha tersebut belum dilakukan.

"Sangat mungkin untuk melakukan swasembada kedelai. Namun, saat ini belum untuk melakukannya tetapi potensi untuk usaha tersebut pasti ada karena kebutuhan kedelai nasional sebanyak 2,8 juta ton," ujarnya. (Iam/E-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Triwinarno
Berita Lainnya