Headline
Perekonomian tumbuh 5,12% melampaui prediksi banyak kalangan.
Perekonomian tumbuh 5,12% melampaui prediksi banyak kalangan.
SEJUMLAH pihak meragukan keakuratan angka pertumbuhan ekonomi kuartal II 2025 yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS), dengan alasan tidak mencerminkan kondisi nyata di lapangan. Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menyatakan daya beli masyarakat saat ini masih lesu, tercermin dari tren penyusutan penjualan mobil di Tanah Air.
"Memang daya beli masyarakat masih lemah," ujar Ketua Gaikindo Jongkie Sugiarto kepada Media Indonesia, Rabu (6/8).
Data Gaikindo menunjukkan penjualan kendaraan bermotor di Indonesia pada Juni 2025 mengalami perlambatan. Secara bulanan (month-to-month), penjualan dari pabrik ke dealer (wholesales) turun sebesar 4,7%, dari 60.612 unit di Mei menjadi 57.760 unit di Juni 2025. Meski demikian, penjualan ke konsumen akhir (retail sales) naik tipis sebesar 0,6%, dari 61.307 unit menjadi 61.647 unit.
Namun, jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year), pelemahan permintaan lebih tajam terlihat. Wholesales pada Juni 2025 turun 22,6% atau berkurang 16.855 unit mobil dibanding Juni 2024. Sementara itu, retail sales juga anjlok 12,3% atau setara 8.643 unit.
Secara kumulatif sepanjang Januari hingga Juni 2025, total wholesales tercatat sebesar 374.740 unit, atau turun 8,6% dibanding periode yang sama pada 2024. Sementara itu, retail sales menurun lebih dalam sebesar 9,7%, dari 432.453 unit pada semester I 2024 menjadi 390.467 unit di semester I 2025.
Dari sisi merek, Toyota tetap memimpin pasar dengan penjualan kumulatif sebesar 123.846 unit atau 33% dari total wholesales. Namun, merek ini mencatatkan penurunan penjualan sebesar 15,1% pada Juni dibanding bulan sebelumnya. Daihatsu menyusul di posisi kedua dengan 64.405 unit (17,2%) dan juga mengalami penurunan bulanan sebesar 16,2%. Sementara itu, Honda mencatatkan kinerja positif dengan peningkatan penjualan 32% di bulan Juni, menjadikan total penjualan selama enam bulan pertama tahun ini mencapai 32.681 unit.
BPS mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga pertengahan tahun 2025 mencapai angka 5,12%. Ketua Forum Konsumen Berdaya Indonesia (FKBI) Tulus Abadi menuturkan, di atas kertas data ini terlihat menggembirakan dan seolah menjadi sinyal positif bagi perekonomian nasional.
Namun, angka tersebut justru melampaui berbagai estimasi dari banyak pemangku kepentingan di sektor ekonomi, yang sebelumnya memproyeksikan pertumbuhan ekonomi di kisaran 4,5%
“Dari sisi pelaku ekonomi dan masyarakat konsumen, angka pertumbuhan ekonomi yang dirilis BPS tersebut sungguh tidak mencerminkan kondisi riil masyarakat,” tegas Tulus dalam keterangan yang diterima Media Indonesia, Rabu (6/8).
Ia menyoroti daya beli masyarakat saat ini justru tengah mengalami tekanan yang sangat dalam. Fenomena yang terjadi di lapangan menunjukkan pelemahan konsumsi rumah tangga yang signifikan, yang seharusnya menjadi indikator utama dalam menilai pertumbuhan ekonomi nasional. Para pelaku usaha juga merasakan kelesuan ekonomi, tercermin dari penurunan transaksi di pusat-pusat perbelanjaan dan penjualan otomotif. (H-2)
Pemerintah provinsi sangat aktif dan peduli terhadap dunia usaha, bahkan turun langsung ke lapangan untuk memastikan sinergi berjalan.
Menteri Pariwisata menjelaskan perjalanan wisatawan nusantara pada kuartal kedua 2025 mencapai 331,37 juta perjalanan atau meningkat 22,32% dibandingkan kuartal kedua 2024.
Core menilai ada kejanggalan beberapa komponen pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II 2025 yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS).
Ekonomi Jawa Timur secara kuartal tumbuh impresif dan mencatatkan pertumbuhan ekonomi tertinggi se-Jawa yang mencapai 3,09%.
Tulus Abadi menuding angka pertumbuhan ekonomi yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) tidak tidak mencerminkan kondisi masyarakat di lapangan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved